Analisis kelayakan pengembangan usaha ransel laptop di UMKM Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

(1)

DESA LALADON KECAMATAN CIOMAS

KABUPATEN BOGOR

Oleh

ROFIQ IRFANI

H24063201

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

i  

Di bawah Bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO dan R. DIKKY INDRAWAN.

Pertumbuhan penggunaan laptop yang terus meningkat membuka peluang bagi pengusaha untuk memproduksi dan memasarkan aksesoris pendukung laptop, khususnya ransel laptop. Yogi Tas yang semula memproduksi berbagai macam tas bermaksud untuk mengembangkan usahanya dengan membuat satu divisi khusus yang memproduksi ransel laptop. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha Yogi Tas dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, teknis dan operasi, hukum dan manajemen, ekonomi sosial, lingkungan dan keuangan, (2) Melakukan analisis sensitivitas untuk mengukur tingkat kepekaan usaha terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.

Penelitian ini dilakukan di UMKM Yogi Tas Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus-Oktober 2010. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk data yang bersifat kualitatif pada aspek pasar dan pemasaran, teknis dan operasi, hukum dan manajemen, sosial ekonomi, dan lingkungan. Data kuantitatif pada aspek keuangan dianalisis dengan menggunakan analisis kriteria investasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1) Pengembangan usaha layak dari aspek pasar dan pemasaran dengan mempertimbangkan hasil forecasting yang dilakukan, (2) Pengembangan usaha layak dari aspek teknis dan operasi dengan mempertimbangkan proses produksi, lokasi usaha, dan teknologi yang digunakan, (3) Pengembangan usaha layak dari aspek hukum dan manajemen dengan mempertimbangkan izin-izin usaha, pembagian tugas yang jelas, serta sistem kompensasi, (4) Pengembangan usaha layak dari aspek sosial ekonomi dengan pertimbangan penyerapan tenaga kerja walaupun kecil, (5) Pengembangan usaha layak dari aspek lingkungan karena tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, (6) Pengembangan usaha layak dari aspek finansial dengan menghasilkan kriteria investasi berupa NPV sebesar Rp 251.207.000, IRR sebesar 28,46%, Net B/C sebesar 1,79, Gross B/C sebesar 1,23, PI sebesar 2,52, dan PBP selama 2 tahun 10 bulan 27 hari, (7) Analisis sensitivitas dengan metode switching value menggunakan parameter inflasi menunjukkan usaha masih layak dijalankan hingga angka maksimum inflasi menyentuh nilai 14,37%. Lebih dari itu usaha tidak layak untuk dijalankan lagi.


(3)

ii  

DESA LALADON KECAMATAN CIOMAS

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ROFIQ IRFANI

H24063201

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

iii  

Kabupaten Bogor Nama : Rofiq Irfani NIM : H24063201

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) (R. Dikky Indrawan, SP. MM) NIP : 19491210 197803 1 002

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 19610123 198601 1 002


(5)

iv  

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 6 Mei 1985 dan memiliki nama lengkap Rofiq Irfani. Penulis merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Syaifudin Irfan dan Ibu Siti Amanah.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 7 Argamakmur, Bengkulu Utara dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Argamakmur, Bengkulu Utara, tamat tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Al Zaytun, Indramayu (lulus tahun 2003) dan Madrasah Aliyah Al Zaytun, Indramayu (lulus tahun 2006). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa Perkuliahan, penulis aktif di kelembagaan tingkat fakultas. Pada tahun 2007/2008, penulis aktif di Karemata (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pencinta Alam) sebagai Ketua Divisi Logistik. Selanjutnya pada tahun 2008/2009, penulis aktif menjadi staf divisi mounteneering Karemata, anggota Coast Futsal dan Voli BEM FEM IPB. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan di berbagai acara yang diselenggarakan oleh FEM.


(6)

v  

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan nikmat waktu dan kesehatan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan proses penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UMKM Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor“ ini dari awal sampai akhir dengan lancar. Penyusunan skripsi ini penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pertumbuhan penggunaan laptop yang semakin meningkat secara tidak langsung juga meningkatkan kebutuhan akan aksesoris pendukung laptop tersebut, salah satunya yaitu ransel laptop. Peningkatan penggunaan laptop yang diiringi dengan pemakaian ransel laptop yang semakin meningkat membuka peluang usaha bagi produsen tas untuk terjun dalam bisnis ini.

CV. Yogi Tas merupakan salah satu produsen tas di Bogor yang bermaksud mengembangkan usahanya di bidang ransel laptop dengan membentuk satu divisi baru yang khusus menangani produksi dan pemasaran ransel laptop. Untuk melakukan pengembangan usaha ini perlu dilakukan suatu kajian awal mengenai kelayakan pengembangan usaha sesuai dengan teori dalam Studi Kelayakan Bisnis agar usaha ini dapat berhasil dan sustainable.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyusun skripsi dan kepada Mas Yogi selaku pemilik CV. Yogi Tas atas kesempatan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.

Bogor, Februari 2011


(7)

vi  

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materi. Oleh karena itu, penulis mempersembahkan skripsi ini kepada :

1. Ibu, Bapak dan kakak-kakakku tercinta atas segala doa, dukungan, kasih sayang, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.

2. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB

3. Irna Monalisa atas segala waktu, tenaga, pikiran, kasih sayang, dorongan, perhatian, doa, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.

4. Bewok, Kuya, Hombreng, Sedeng, Begung, dan seluruh anggota Karemata atas doa dan dukungan serta kebersamaannya di Karemata.

5. Wiwid, Lintang, Yunita, Gae, Neni, Maul, Hari dan Lisma atas kebersamaan kita sebagai satu bimbingan.

6. Toni, Galih, Afif, Ojan, dan seluruh rekan Manajemen’43 atas doa dan dukungan serta kebersamaannya di FEM.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.


(8)

vii  

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ... 6

2.1.1 Pengertian UMKM ... 6

2.1.2 Kriteria UMKM ... 6

2.1.3 Peran UMKM dalam Pembangunan Nasional ... 7

2.2 Studi Kelayakan Bisnis ... 8

2.2.1 Siklus Bisnis ... 8

2.2.2 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 9

2.3 Analisis Sensitivitas ... 17

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 21

3.1.1 Aspek Pasar ... 21

3.1.2 Aspek Teknis ... 21

3.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 22

3.1.4 Aspek Ekonomi Sosial ... 22

3.1.5 Aspek Finansial ... 22

3.2 Metode Penelitian ... 24

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.2 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 24

3.3.1 Analisis Kriteria Investasi ... 24

3.3.2 Analisis Sensitivitas... 27


(9)

viii  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha ... 29

4.2 Visi dan Misi ... 30

4.3 Analisis Kelayakan Usaha ... 30

4.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ... 32

4.3.2 Aspek Teknis ... 34

4.3.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 40

4.3.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ... 45

4.3.5 Aspek Lingkungan... 46

4.3.6 Aspek Finansial ... 46

4.4 Implikasi Manajerial ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 57

2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

ix  

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah penjualan laptop berdasarkan segmen ... 2

2. Tren penjualan PC (notebook dan desktop) di Indonesia ... 3

3. Kriteria UMKM. ... 6

4. Penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2000 dan 2003 (orang) ... 7

5. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan... 31

6. Kapasitas optimum produksi ransel laptop ... 32

7. Perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi usaha yogi tas ... 34

8. Peralatan dan perlengkapan dalam pembuatan pola ... 40

9. Peralatan dan perlengkapan dalam proses pemotongan ... 40

10. Ringkasan rencana anggaran biaya ... 48

11. Ringkasan biaya operasional ... 49

12. Nilai kriteria investasi pengembangan Usaha Yogi Tas ... 50

13. Rekapitulasi Analisis Aspek Finansial ... 54

14. Fungsi manajemen dan penjabarannya pada pengembangan Usaha Yogi Tas ... 55


(11)

x  

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus Bisnis ... 9

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 23

3. Model Tren Kuadratik ... 31

4. Peta Lokasi Usaha ... 36


(12)

xi  

DATA LAMPIRAN

No. Halaman

1. Alur Pikir Penelitian ... 59

2. Asumsi peramalan penjualan pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 60

3. Program linear penentuan kapasitas optimum produksi ... 63

4. Perhitungan rencana kapasitas dan kebutuhan produksi pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 65

5. Dasar perhitungan rencana kebutuhan fisik menurut item ... 67

6. Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 71

7. Rencana indeks harga pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 74

8. Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Yogi Tas……….77

9. Perhitungan biaya penyusutan pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 80

10. Perhitungan modal awal pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 81

11. Proyeksi penerimaan pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 83

12. Rekapitulasi biaya pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 84

13. Perhitungan kriteria investasi pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 85

14. Perhitungan analisis sensitivitas dengan metode switching value pada pengembangan usaha Yogi Tas (parameter inflasi) ... 88


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan salah satu unsur penting dalam menopang perekonomian nasional secara menyeluruh. UMKM telah lama menjadi pondasi yang kokoh sekaligus penggerak dinamika dari sistem ekonomi kita. Di tengah badai krisis ekonomi yang melanda, UMKM justru mampu untuk bertahan karena usahanya yang bergerak di sektor riil tidak terlalu banyak terpengaruh dibandingkan dengan sektor moneter. UMKM juga sangat berperan dalam membantu program pemerintah dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Data statistik tahun 2008 menyebutkan bahwa dari jumlah tenaga kerja dari sektor industri di Kabupaten Bogor sebanyak 21.050 orang, 16.640 orang berasal dari industri kecil dan menengah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, 2008). Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa UMKM memegang peranan yang sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran dan melebihi sektor industri besar.

Pada dasarnya, keberadaan UMKM tidak lepas dari usaha pemiliknya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup. Pola fikir (mindset) pelaku usaha kecil dan menengah adalah selalu ada keuntungan selama usaha masih dapat berjalan serta sangat mengandalkan intuisi atau insting bisnis dalam menjalankan usaha. Ada banyak faktor yang bisa menentukan usaha itu dapat sukses atau tidak diantaranya peluang pasar, kondisi persaingan, trend bisnis, dan lain-lain. Oleh karena itu, secara teori tidak cukup hanya mengandalkan insting dalam mengambil keputusan di dunia bisnis. Lebih dari itu, diperlukan suatu kalkulasi yang komprehensif baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari segala aspek yang berkaitan dengan usaha yang akan kita buat. Agar UMKM dapat lebih bersaing dan memiliki prospek perkembangan yang bagus, maka sebelum


(14)

mendirikan UMKM sebaiknya dilakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk memperhitungkan kemungkinan apakah usaha dapat bersaing dan bertahan diantara para kompetitornya sekaligus melihat kemungkinan pengembangan usaha di masa depan dilihat dari berbagai aspek/sudut pandang.

Salah satu UMKM di Bogor adalah Yogi Tas yang terletak di Laladon. Yogi Tas bergerak di bidang produksi berbagai macam tas dan menerima pesanan. Setiap bulan pesanan selalu fluktuatif, tetapi dari data yang ada menunjukkan pertumbuhan pesanan (produksi). Segmen pasar yang cukup potensial untuk pengembangan usaha pada Yogi Tas ini adalah pada bagian ransel laptop (notebook). Hal ini berdasarkan permintaan laptop yang terus meningkat tiap tahun dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Saat ini laptop bukan hanya sebagai alat kerja, tetapi juga telah menjadi gaya hidup dan bagian dalam pergaulan masyarakat.

Total penjualan laptop semester I pada tahun 2010 mencapai 2,18 juta unit, mengalami pertumbuhan 32,46 persen dibandingkan dengan total penjualan laptop semester I pada tahun 2009 sebesar 1,6 juta unit. Kenaikan ini terjadi karena laptop tidak lagi menjadi barang mewah di Indonesia. Baik karyawan, mahasiswa, maupun pelajar mulai beralih dari desktop ke laptop (tekno.kompas.com).

Tabel 1. Jumlah penjualan laptop berdasarkan segmen1 Segmen Konsumer Kuartal 1

(unit)

Kuartal 2

(unit) Total (unit)

2010 993.000 1.020.000 2.013.000

2009 749.000 753.000 1.502.000

Pertumbuhan 32% 35% 34%

Segmen Bisnis Kuartal 1 (unit)

Kuartal 2 (unit)

Total (unit)

2010 82.000 88.000 170.000

2009 70.000 76.000 146.000

Pertumbuhan 17,1% 15,7% 16,4%

      

1


(15)

Tabel 2. Tren penjualan PC (notebook dan desktop) di Indonesia2

Tahun Jumlah Pertumbuhan

2010 5,1 juta 53%

2009 3,3 juta 36%

2008 2,4 juta n/a

Adanya tren peningkatan penggunaan laptop tentu juga berimbas kepada aksesoris yang mendukungnya, diantaranya tas khusus laptop. Penggunaan tas ini selain mem udahkan dalam mobilitas juga berguna untuk melindungi laptop dari benturan atau goresan. Hal ini menciptakan peluang bagi Yogi Tas untuk mengembangkan usahanya dengan membentuk bagian khusus untuk memproduksi dan memasarkan tas khusus laptop ini.

Asumsi dasar dalam pengembangan usaha ini adalah dengan melakukan peramalan (forecasting) dengan menggunakan aplikasi Minitab 14 dengan input data time series tingkat penjualan ransel laptop Yogi Tas selama 22 bulan (Januari 2009-Oktober 2010). Hasil peramalan ini kemudian akan di bandingkan dengan perhitungan kapasitas optimum produksi usaha dengan bantuan aplikasi Lindo32, sehingga akan didapat angka produksi ransel laptop yang akan di supply ke pasar. Hasil peramalan menunjukkan tren positif dalam penjualan ransel laptop dalam beberapa tahun kedepan, sehingga dengan pertimbangan sumber daya yang dimiliki pengembangan ini cukup prospektif.

1.2. Rumusan Masalah

Prediksi penjualan notebook di Indonesia tahun 2011, meningkat sekitar 30% atau mencapai 1,8 - 2 juta unit3. Sayangnya, kenaikan itu belum diimbangi dengan peningkatan produksi tas laptop atau digital case nasional. Apalagi produsen di dalam negeri masih sangat terbatas, sehingga produk tas laptop impor banyak membajiri pasar Indonesia.

Peningkatan penjualan laptop dan pasar tas laptop tersebut dapat dijadikan peluang oleh Yogi Tas untuk mengembangkan usahanya dengan mendirikan satu bagian khusus yang memproduksi tas ransel laptop. Selama       

2

www.tekno.kompas.com [28-09-2010]

3


(16)

ini, sebagian besar pasar sasaran ransel laptop Yogi Tas adalah segmen instansi pemerintah dan masyarakat umum. Sebelum mendirikan bagian khusus ini, perlu dilakukan suatu analisis awal mengenai kelayakan pengembangan usaha tersebut dilihat dari berbagai macam aspek, diantaranya aspek pasar, teknis dan operasi, manajemen, sosial ekonomi, dan finansial. Hal itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana prospek pengembangan usaha ke depannya. Dari studi kelayakan tersebut dapat dilihat dari awal bagaimana prospek pemasarannya, sampai perhitungan matematis mengenai modal awal dan proyeksi penerimaan sehingga dapat dijadikan tolak ukur apakah usaha pengembangan layak dijalankan atau tidak.

Untuk melihat prospek pengembangan usaha ransel laptop Yogi Tas, penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana gambaran usaha Yogi Tas selama ini serta kemungkinan pengembangan usaha ransel laptop dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, keuangan, teknis dan operasi, manajemen dan hukum, ekonomi sosial, dan dampak lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha ransel laptop apabila terjadi perubahan pada beberapa variabel yang dianggap paling berpengaruh?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha Yogi Tas dilihat dari aspek hukum, pasar dan pemasaran, keuangan, teknis dan operasi, manajemen/organisasi, ekonomi sosial dan dampak lingkungan.

2. Melakukan analisis sensitivitas untuk mengukur tingkat kepekaan usaha terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pihak Yogi Tas dalam perencanaan dan pelaksanaan operasional usaha kedepannya.

2. Sebagai aplikasi ilmu manajemen yang didapat penulis selama perkuliahan, dan sebagai rujukan bagi penulis lain yang membutuhkan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UKM CV. Yogi Tas Laladon. Penelitian berfokus pada aspek-aspek yang berpengaruh pada kelayakan pengembangan usaha ransel laptop, yakni pada aspek pemasaran, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan finansial. Pemilihan ransel laptop didasarkan pada data yang ada selama ini menunjukkan permintaan ransel laptop lebih banyak dibandingkan jenis yang lain, serta pertumbuhan penjualan laptop di pasar yang semakin tinggi. Studi kelayakan usaha ini akan mencoba untuk memproyeksikan pengembangannya di masa yang akan datang dengan menggunakan asumsi-asumsi penelitian yang telah ditetapkan.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2.1.1. Pengertian UMKM

Pengertian UMKM menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah :

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini1.

2.1.2. Kriteria UMKM

Kriteria UMKM dapat dilihat dalam tabel berikut yang sesuai dengan ketentuan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Tabel 3. Kriteria UMKM2

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet 1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta

2 Usaha Kecil >50 juta-500 juta >300 juta-2,5 miliar 3 Usaha Menengah >500 juta-10 miliar >2,5 miliar-50 miliar

      

1

www.depkop.go.id [11-07-2010]

2


(19)

2.1.3. Peran UMKM dalam Pembangunan Nasional

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal3.

Usaha mikro, kecil dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 99,45% tenaga kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada masa mendatang. Selama periode 2000 – 2003, usaha mikro dan kecil telah mampu memberikan lapangan kerja baru bagi 7,4 juta orang dan usaha menengah mampu memberikan lapangan kerja baru sebanyak 1,2 juta orang. Pada sisi lain, usaha besar hanya mampu memberikan lapangan kerja baru sebanyak 55.760 orang selama periode 2000 – 2003. Hal ini merupakan bukti bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator dan stabilisator perekonomian Indonesia4. Untuk lebih jelasnya, jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. Penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2000 dan 2003 (orang)5

No Skala Usaha 2000 2003 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro dan Kecil 62.856.765 (88,79)

70.282.178 (88,43)

7.425.413 (11,81%) 2 Usaha Menengah 7.550.674

(10,67)

8.754.615 (11,02)

1.203.941 (15,94%) 3 Usaha Besar 382.438

(0.54)

438.198 (0,55)

55.760 (14,58%) Jumlah Tenaga Kerja 70.789.877

(100) 79.474.991 (100) 8.685.114 (12,27%)        3 www.smecda.com [8-10-2010] 4 www.smecda.com [8-10-2010] 5 www.smecda.com [8-10-2010]


(20)

2.2. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka ( Umar, 2003).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina dkk, 2009).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2003).

2.2.1. Siklus Bisnis

Menurut Nurmalina dkk (2009), siklus bisnis meliputi: a. Identifikasi

Tahap ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat gambaran mengenai kemampuan potensial dari bisnis yang akan dilaksanakan (identifikasi potensi bisnis). Usulan bisnis bisa datang dari berbagai sumber, yaitu: investor, para ahli dalam bidang teknis, pemerintah daerah setempat, konsultan dan pebisnis itu sendiri.

b. Persiapan dan analisis

Tahap persiapan dan analisis meliputi semua kegiatan yang perlu dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan melakukan persiapan terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya diawali dengan pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi tertentu yang sudah ditentukan.

c. Penilaian (appraisal)

Merupakan suatu proses pengkajian atau penilaian oleh tim penilai dari manajemen perusahaan, investor atau kreditor


(21)

apakah suatu binsis yang direncanakan itu layak atau tidak untuk dijalankan.

d. Pelaksanaan

Merupakan tahapan terpenting dalam siklus bisnis yang direncanakan. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel, mengingat keadaan akan selalu berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis, perubahan harga dan perubahan lingkungan ekonomi dan politik yang akan merubah cara pelaksanaan suatu bisnis.

e. Evaluasi

Kegiatan bisnis perlu dievaluasi secara sistematis apakah berjalan sesuai rencana dan mendatangkan manfaat atau keuntungan. Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi rencana bisnis yang akan datang.

       

Gambar 1. Siklus Bisnis

2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan saling berkaitan satu sama lain. Menurut Nurmalina dkk (2009), secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek finansial.

Pelaksanaan

Persiapan dan Analisis Identifikasi

Evaluasi


(22)

1. Aspek Pasar

Menurut Stanton dalam Umar (2003), pasar adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan ditelaah dalam aspek ini adalah(Nurmalina dkk, 2009):

a. Permintaan, baik secara total atau diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan.

c. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk akan dibuat.

e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan.

Kotler (2004) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses tempat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan orang lain. Dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan. Sedangkan menurut Stanton dalam Umar (2007), pemasaran adalah keseluruhan


(23)

sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

Agar berhasil di dalam pasar dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi, perusahaan harus memperhatikan pelanggan, meraih pelanggan dari pesaing, mempertahankan dan mengembangkan mereka dengan nilai yang lebih baik (Kotler, 2004).

Menurut Kotler (2004), ada tiga langkah dalam proses mendesain strategi untuk melayani pelanggan secara lebih baik, yaitu :

a. Segmentasi Pasar (Segmentation)

Merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilakunya yang mungkin membutuhkan bauran produk atau bauran pemasaran yang terpisah. Konsumen dapat dikelompokkan dan dilayani dengan berbagai cara berdasarkan faktor geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

b. Membidik Pasar (Targeting)

Meliputi mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen yang akan dimasuki. Perusahaan harus membidik segmen dimana perusahaan dapat memberikan nilai yang terbesar bagi pelanggan dan mempertahankannya dalam jangka waktu yang cukup lama.

c. Penetapan Posisi di Pasar (Positioning)

Merupakan pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan tempat produk pesaing.


(24)

2. Aspek Teknis

Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek-aspek finansial, ekonomi, dan pasar. Hubungan erat ini diartikan sebagai saling memberi masukan, dan keputusan mengenai aspek yang satu tergantung bagaimana dampaknya terhadap aspek yang lain dan sebaliknya. Pada studi kelayakan aspek ini masih dalam bentuk konseptual. Baru nanti di tahap berikutnya dilanjutkan dan dikembangkan menjadi desain engineering terinci, dan menjadi cetak biru proyek yang akan dibangun (Soeharto, 1999).

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Pelaksanaan evaluasi dari aspek ini seringkali tidak dapat memberikan suatu keputusan yang baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Karenanya sangat perlu diperhatikan beberapa pengalaman pada bisnis lain yang serupa di lokasi lain yang menggunakan teknologi serupa. Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis di tempat lain sangat membantu dalam pengambilan keputusan akhir (Nurmalina dkk, 2009).

Menurut Nurmalina dkk (2009), faktor-faktor yang perlu mendapat jawaban dari aspek teknis ini adalah:

a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.

b. Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.


(25)

c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin dan equipment.

d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat.

Sebelum semua faktor di atas diidentifikasi ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu karakteristik produk yang dihasilkan yang meliputi standar kualitas, dimensi, warna, paten, trade mark, lisensi, syarat penyimpanan, packing, syarat pengiriman dan juga kemungkinan untuk mempertimbangkan bahwa tidak keseluruhan komponen produk dibuat sendiri (Nurmalina dkk, 2009).

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga inti (Nurmalina dkk, 2009).

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu aspek hukum mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.


(26)

4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Dalam aspek sosial yang perlu diperhatikan adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran di sekitar lokasi dimana bisnis dijalankan. Lebih jauh lagi, bagaimana pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya (Nurmalina dkk, 2009).

Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi.

5. Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis tersebut lingkungan menjadi semakin baik atau sebaliknya. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt dalam Nurmalina dkk, 2009).

6. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah bisnis akan dapat berkembang terus (Umar, 2003).


(27)

Dalam pengkajian aspek keuangan diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun usaha disebut dana modal tetap yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan dan biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan bisnis. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk memutar roda operasi bisnis setelah selesai dibangun disebut dana modal kerja (Nurmalina dkk, 2009).

Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Adapun beberapa indikator yang sering digunakan untuk menentukan kelayakan usaha dari aspek keuangan diantaranya :

a. Payback Period (PBP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum payback period yang dapat diterima (Umar, 2003). b. Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003).

c. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam


(28)

perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Nurmalina dkk, 2009).

d. Profitability Index (PI)

Pemakaian metode Profitability Index ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi yang telah dilaksanakan (Umar, 2003).

e. Break Event Point (BEP)

Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost (TR=TC), tergantung pada lama arus penerimaan sebuah bisnis dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Selama suatu usaha masih di bawah BEP, maka perusahaan masih mengalami kerugian. Semakin lama mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan (Nurmalina dkk, 2009).

f. Net Benefit – Cost Ratio

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina dkk, 2009).

g. Gross Benefit – Cost Ratio

Gross B/C Ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisa bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina dkk, 2009).


(29)

2.3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Menurut Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009), analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, B/C).

2.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)

Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan analisis switching value ini adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal: penurunan harga output 20%) untuk selanjutnya dihitung dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada switching value justru perubahan tersebut yang dicari (misal: berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak). Hal ini menunjukkan bahwa harga output tidak boleh turun melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0.


(30)

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow.

2.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Moch. Luthfi Zakaria (2010) melakukan penelitian mengenai studi kelayakan bisnis pengembangan usaha isi ulang minyak wangi pada usaha perseorangan Boss parfum, Bogor. Analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan pada empat aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen dan operasional, dan finansial. Hasil dari aspek pasar dan pemasaran menunjukkan Boss parfum memiliki pangsa pasar konsumen di Bogor sebesar 5 % dengan segmen konsumen menengah ke atas dengan range usia 14 – 60 tahun. Bentuk pasar yang dimasuki adalah pasar persaingan sempurna dan pasar konsumen yang dipilih adalah penjualan langsung (direct selling) ke konsumen dan reseller. Dari aspek teknis baik dari segi lokasi, penyediaan bahan baku, dan proses produksi dapat dikatakan memenuhi kriteria untuk dijalankan. Dalam aspek manajemen dan operasional, Boss parfum telah mengantongi berbagai macam perizinan untuk mendukung legalitas usaha. Analisis aspek finansial menghasilkan kriteria investasi berupa Net Present Value (NPV) sebesar Rp 57.494.385 (positif, arus masuk >arus keluar), Internal Rate of Return (IRR) 21% (lebih besar dari tingkat pinjaman 13%), Net (B/C) 1,24 (lebih besar dari 1), Break Even Point (BEP) Rp 391.161.287, dan Payback Period (PP) sebesar 1,12 (kurang dari umur proyek). Hasil dari kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan pada dua skenario yaitu peningkatan biaya variabel sebesar 5% dan penurunan penjualan 10%. Peningkatan biaya variabel 5% menyebabkan usaha tidak layak karena menghasilkan IRR sebesar 8%, sedangkan penurunan penjualan 10% usaha masih layak dijalankan.

Penelitian Diky Satria (2010) mengkaji tentang analisis kelayakan pengembangan usaha peternakan kambing perah peranakan ettawa di peternakan Cordero, Kabupaten Bogor. Ada lima aspek yang dianalisis, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, ekonomi dan sosial,


(31)

dan finansial. Hasil aspek pasar dan pemasaran menunjukkan prospek yang bagus karena data menunjukkan permintaan akan susu kambing masih defisit 173 liter per hari dan ini dapat dijadikan peluang dalam pemasaran. Aspek teknis menunjukkan semua tahapan teknis dalam operasional peternakan kambing beserta fasilitas pendukung dapat diakomodasi dengan baik sehingga layak dijalankan. Aspek legalitas dalam manajemen peternakan Cordero masih dalam tahap pengusahaan namun tidak menghalangi kegiatan usaha dan struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan telah efektif dijalankan. Dalam aspek ekonomi dan sosial keberadaan peternakan Cordero memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan tidak mengakibatkan efek negatif yang berarti. Analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan dengan maenghasilkan NPV sebesar Rp 908.058.246, IRR 32,14%, Net B/C 2,32, PP 4,1 tahun, dan BEP 4,6 tahun. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan analisis nilai pengganti (switching value), dimana parameter yang dibahas adalah tingkat inflasi, harga pakan per tahun, dan harga jual susu kambing. Tingkat inflasi maksimum yang dapat ditoleransi sebesar 57,16%, kenaikan harga pakan maksimum 44,66% ceteris paribus, dan penurunan harga jual susu maksimum sebesar 49,16%.

Billy (2010) meneliti tentang kelayakan pengembangan usaha pada pengolahan kerupuk Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Studi kelayakan dilakukan pada enam aspek, yaitu aspek pemasaran, hukum, manajemen sumber daya manusia, produksi operasi, lingkungan ekonomi dan sosial, serta finansial. Studi pada aspek pemasaran menunjukkan segmentasi yang dilakukan yaitu segmentasi geografis yang mencakup wilayah Bogor dan sekitarnya sebagai tempat pemasaran, target yang disasar adalah pedagang eceran dan memposisikan produk pada mutu dan ukuran produk yang lebih besar beserta pelayanan yang baik dalam penjualan. Aspek hukum menunjukkan aspek legalitas usaha dari sisi perizinan telah mendapat izin berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan No 238/10-21/PK/V/1994. Aspek manajemen telah melaksanakan fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan


(32)

pengendalian dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Aspek produksi dan operasi melihat lokasi produksi, proses produksi, dan fasilitas produksi yang digunakan cukup memadai. Aspek lingkungan, ekonomi dan sosial menunjukkan manfaat dari adanya proyek berupa penyerapan tenaga kerja walaupun tidak terlalu banyak dan tidak mengganggu kehidupan sosial di sekitar lingkungan usaha.


(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sebagai salah satu pelaku industri kerajinan tas yang berskala kecil dan menengah di Bogor, Yogi Tas bermaksud untuk melakukan pengembangan usahanya. Hal ini dilakukan selain untuk meningkatkan profitabilitas yang didapat, juga sebagai salah satu langkah diferensiasi untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Bentuk pengembangan usaha yang dipilih adalah dengan menambah lini produknya dengan membangun satu bagian khusus yang menangani produksi tas ransel laptop. Hal ini dipilih melihat perkembangan teknologi yang semakin cepat dan menurunnya harga barang teknologi diantaranya laptop yang semakin terjangkau. Pengembangan produksi ini akan berimbas pada beberapa faktor diantaranya bahan baku, fasilitas produksi, dan tenaga kerja. Agar rencana pengembangan usaha ini dapat berjalan efektif dan efisien, maka diperlukan studi awal berupa analisis kelayakan pengembangan usaha.

Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalis rencana pengembangan usaha dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi sosial, serta aspek finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan atau tidak.

3.1.1. Aspek Pasar

Tujuan analisis pada aspek pasar yaitu untuk melihat peluang atau pangsa pasar tas yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan. Pada aspek pasar dilakukan analisis terhadap bentuk pasar, persaingan usaha, strategi pemasaran (segmentasi, targeting, positioning), serta bauran pemasaran (marketing mix).

3.1.2. Aspek Teknis

Analisis pada aspek teknis dilakukan untuk mengukur apakah pengembangan usaha pada Yogi Tas layak dilakukan secara teknis dan operasional. Hal-hal yang perlu dianalisis meliputi lokasi bisnis


(34)

dan layoutnya, proses produksi, kapasitas produksi, dan fasilitas produksi.

3.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Dalam aspek manajemen dan hukum, hal yang dipelajari dan dianalisis adalah bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi pekerjaaan, dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk mengetahui apakah proses perencanaan dan pengelolaan bisnis yang ada sudah efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

3.1.4. Aspek Ekonomi Sosial

Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk melihat manfaat dari bisnis Yogi Tas yang dijalankan terhadap lingkungan sekitarnya baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Faktor yang menjadi tolak ukur adalah peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja warga sekitar, dan pajak bagi pemerintah setempat.

3.1.5. Aspek Finansial

Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Secara umum dalam aspek finansial yang diperhitungkan antara lain rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, modal dan rencana penerimaan, biaya operasional, analisis kriteria investasi, dan analisis kepekaan (sensitivitas).

1. Analisis Kriteria Investasi

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI).

2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah variabel yang dianggap penting dan berpengaruh pada kelangsungan


(35)

produksi baik pada variabel input atau output. Pada variabel input, hal yang dianggap paling berpengaruh adalah kenaikan harga bahan baku, sedangkan pada variabel output yaitu penurunan harga jual produk.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Usaha Produksi Tas

“Yogi Tas”

Identifikasi kondisi yang ada:

¾ Penggunaan laptop terus bertambah

¾ Permintaan ransel laptop cenderung meningkat dan lebih besar dari jenis lain

Layak Tidak layak

Analisis pengembangan usaha:

¾ Aspek pasar

¾ Aspek teknis

¾ Aspek manajemen dan hukum

¾ Aspek sosial ekonomi

¾ Aspek lingkungan

¾ Aspek finansial

- kriteria investasi (NPV, IRR, PBP, Net B/C, PI)

- analisis sensitivitas

Potensi pengembangan:

¾ Menerima pesanan dan menyediakan stok ransel laptop

¾ Mendirikan divisi produksi ransel laptop


(36)

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Yogi Tas, yang merupakan salah satu UMKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan tas. Yogi Tas berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di sebelah Terminal Laladon. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2010.

3.2.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Yogi Tas dengan teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengamatan langsung di tempat usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik.

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, teknis, manajemen, dan ekonomi sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha produksi tas dari aspek finansial. Kemudian hasil dari pengolahan ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan tentang kelayakan pengembangan usaha. Analisis kuantitatif yang berkenaan dengan aspek finansial dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), Payback Period (PBP), Profitability Index (PI), serta analisis sensitivitas dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2007.

3.3.1. Analisis Kriteria Investasi

1. Net Present Value (NPV) / Nilai Bersih Sekarang.

Rumus :

NPV

=

...(1) Dimana :


(37)

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%)

t = Tahun kegiatan bisnis (t= 0, 1, 2, 3, ...., n) n = Umur usaha (tahun)

Kriteria :

• NPV > 0 : usaha layak

• NPV = 0 : usaha tidak untung dan tidak rugi

• NPV < 0 : usaha tidak layak

2. Internal Rate of Return (IRR)

Rumus :

IRR =

i

1

+

(i

2

-i

1

)

...(2) Dimana :

NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria :

• IRR discount rate : usaha layak

• IRR < discount rate : usaha tidak layak

3. Benefit Cost Ratio (B/C)

a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Rumus :

Gross B/C

=

∑ ...(3)

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t N = Umur bisnis I = Discount rate (%)


(38)

Kriteria :

Gross B/C 1 : usaha layak

Gross B/C < 1 : usaha tidak layak

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Rumus :

Net B/C

=

∑ ...(4)

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t N = Umur bisnis I = Discount rate (%) Kriteria :

• Net B/C > 1 : usaha layak

• Net B/C = 1 : usaha tidak untung atau rugi

• Net B/C < 1 : usaha tidak layak

4. Payback Period (PBP)

Rumus :

PBP = X 1 tahun ...(5)

Kriteria :

• PBP > periode maksimum : usaha tidak layak

• PBP < periode maksimum : usaha layak

5. Profitability Index (PI)

Rumus :


(39)

Kriteria :

PI > 1 : usaha layak PI < 1 : usaha tidak layak

3.3.2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui dampak dari perubahan yang terjadi di masa yang akan datang terhadap kelangsungan bisnis dengan menggunakan metode switching value. Perubahan yang dianalisis adalah dari variabel input yaitu kenaikan seluruh komponen biaya operasional yang disebabkan kenaikan tingkat inflasi. Dari hasil analisis akan terlihat sampai tingkat inflasi berapa usaha masih layak untuk dijalankan.

3.4. Asumsi-Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian digunakan sebagai dasar dalam analisis dan perhitungan dalam aspek keuangan. Asumsi dalam penelitian ini adalah : 1. Periode/umur usaha yang dianalisis dalam proyek pengembangan usaha

Yogi Tas adalah lima tahun. Hal ini berdasarkan umur ekonomis aset yang paling berpengaruh, yaitu mesin jahit dan kesepakatan dengan pemilik usaha.

2. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang berlaku pada saat pengambilan data bulan Agustus-September 2010. 3. Reinvestasi dilakukan pada fasilitas dan perlengkapan produksi dengan

harga yang disesuaikan dengan tingkat inflasi tiap tahun. 4. Modal usaha seluruhnya berasal dari pemilik usaha sendiri.

5. Produk yang dihasilkan terdiri dari empat jenis model. Model akan dimodifikasi setiap 6 bulan agar variatif dengan mengubah atau memodifikasi bentuk model dengan asumsi tidak terlalu berpengaruh pada bahan baku, hanya merubah sedikit pola.

6. Tingkat inflasi yang digunakan sebesar 11% per tahun, yang merupakan rata-rata tingkat inflasi tertinggi selama 5 tahun terakhir (2006-2010). 7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito

berjangka 12 bulan Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) pada bulan November 2010, yaitu sebesar 6%.


(40)

8. Jumlah tenaga kerja 11 orang dengan jam kerja dalam 1 hari kerja 13 jam dan dalam sebulan ada 26 hari kerja.

9. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dengan sistem remunerasi dengan dua jenis yaitu upah borongan untuk tenaga kerja pola, potong, dan jahit, sedangkan tenaga kerja pembelian dengan sistem gaji.

10. Tenaga kerja penjahitan sebanyak 8 orang diasumsikan mengerjakan produksi secara merata untuk tiap model. Rata-rata 13 unit/orang untuk model 1, 3, 4, dan 24 unit/orang untuk model 2.

11. Kapasitas produksi ditetapkan berdasarkan peramalan penjualan dan disesuaikan dengan kemampuan optimum sumber daya yang dimiliki usaha.

12. Waktu pengerjaan tiap produk adalah lima jam untuk produk 1, 2, dan 3, serta 6 jam untuk produk 4. Waktu pengerjaan berdasarkan proses yang paling lama yaitu penjahitan.

13. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus. 14. Asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset yang memiliki

umur ekonomis lebih dari satu tahun.

15. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai buku dari masing-masing aset. 16. Perhitungan pajak dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba

berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang wajib pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut :

a. Kurang dari sama dengan Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak 5 %. b. Rp 25.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak 10 %. c. Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak 15 %. d. Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak 25 %. e. Lebih besar dari Rp 200.000.000,00 besarnya pajak 35 %.


(41)

     

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Usaha

Usaha produksi tas CV. Yogi Tas terletak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Secara geografis, Kecamatan Ciomas merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan wilayah Kotamadya Bogor. Lokasi usaha Yogi Tas berada di pinggir jalan besar dan tidak jauh dari terminal Laladon yang merupakan salah satu urat nadi transportasi yang menghubungkan wilayah Kabupaten Bogor dengan Kotamadya Bogor. Jaringan listrik dan air minum juga sudah cukup stabil untuk menunjang kegiatan usaha. Kondisi geografis dan dukungan infrastruktur yang baik, menjadi keuntungan tersendiri bagi Yogi Tas, baik dari segi pengadaan sumberdaya (bahan baku, tenaga kerja, dan energi) serta pemasaran hasil produksi.

Usaha Yogi Tas mulai dirintis pendiriannya pada tahun 2006. Pada awalnya Mas Yogi yang merupakan pemilik usaha ini hanya menjual outdoor equipment di kalangan teman-teman pecinta alamnya. Saat itu, Mas Yogi sudah memiliki brand sendiri yang dinamakan Pacet Bag. Untuk produksinya sendiri masih dipegang orang tuanya di Tasikmalaya. Namun dikarenakan pangsa pasar yang kecil karena hanya di kampus dan terbatas anggota pecinta alam, usaha ini kurang berkembang. Setelah itu Mas Yogi menyewa sebuah rumah di Laladon untuk dijadikan tempat produksi dan mulai mencoba menerima pesanan dari konsumen. Pada awal pendiriannya Yogi Tas hanya memiliki dua karyawan dan dua mesin jahit serta konsumen yang masih sangat sedikit. Kendala promosi dan pemasaran sangat dirasakan dalam periode awal usaha ini. Seiring berjalannya waktu, dengan kekuatan pemasaran dan promosi yang sederhana yaitu dari mulut ke mulut (word of mouth) usahanya telah berkembang dan sampai saat ini memiliki 12 orang karyawan dan 10 buah mesin jahit. Menurut Mas Yogi usaha dengan sistem pesanan tidak membutuhkan modal yang banyak dan perputaran modalnya lebih cepat. Produk yang dihasilkan sangat bervariasi, mulai dari tas kantor, tas tote, ransel sekolah, dan ransel laptop.


(42)

     

4.2. Visi dan Misi

CV. Yogi Tas termasuk ke dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mempunyai keterbatasan dalam hal modal dan sumber daya. Hal tersebut tidak mengurangi keinginan pemiliknya untuk mengembangkan usahanya agar mampu bersaing dengan kompetitor lain dan mampu tumbuh menjadi perusahaan yang lebih besar. Mas Yogi yang merupakan pemilik CV Yogi Tas ini mengatakan bahwa usahanya mempunyai visi dan misi dalam menjalankan usahanya dan upaya untuk pengembangannya.

Visi yang ditetapkan adalah menjadikan Yogi Tas sebagai salah satu produsen tas yang memiliki spesifikasi yang khas di mata konsumen. Untuk mencapai visi diperlukan misi yang merupakan langkah-langkah yang ditempuh agar visi tersebut dapat tercapai. Misi dari CV. Yogi tas menurut Mas Yogi adalah:

1. Menciptakan produk yang bermutu bagi konsumen. 2. Menjaga kualitas produk.

3. Mengutamakan kualitas pelayanan kepada konsumen.

4.3. Analisis Kelayakan Usaha

Dalam perjalanan usahanya, Yogi Tas bermaksud untuk melakukan pengembangan usahanya dengan memperluas skala unit usaha dan produksi. Usaha Yogi Tas selama ini adalah menerima pesanan berbagai macam tas dari konsumen. Untuk keperluan produksi, Yogi Tas telah memiliki aset berupa bangunan serta peralatan dan perlengkapan yang cukup memadai. Bentuk pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yogi Tas adalah dengan membuat divisi atau unit usaha yang difokuskan untuk memproduksi tas jenis ransel laptop dengan empat jenis model tas. Untuk rencana pengembangan usaha ini Yogi Tas telah menyiapkan seluruh aset baru yang diperlukan mulai dari bangunan, peralatan, dan perlengkapan yang terpisah dari usaha sebelumnya. Bangunan berlokasi di wilayah yang sama dengan usaha sebelumnya, dan berada di bawah badan hukum yang sama dengan usaha sebelumnya. Bentuk pengembangan ini atas dasar permintaan ransel laptop di pasar yang terus meningkat. Pengembangan usaha tersebut sudah pasti akan berpengaruh terhadap beberapa variabel


(43)

     

produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya. Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai apakah pengembangan tersebut layak untuk diusahakan atau tidak.

Skala produksi awal akan ditentukan dengan menggunakan pendekatan peramalan (forecasting) penjualan dengan berdasarkan deret waktu (time series) serta pertimbangan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki usaha. Data peramalan yang digunakan adalah data penjualan selama 22 bulan (Januari 2009 - Oktober 2010 ) dan proses peramalan dilakukan dengan bantuan aplikasi Minitab 14. Metode peramalan yang baik adalah yang mempunyai standar kesalahan yang paling kecil. Parameter kesalahan yang dipakai dalam aplikasi Minitab ada tiga, yaitu Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD), dan Mean Squared Deviation (MSD). Dari hasil pengujian didapat bahwa metode peramalan yang tepat adalah dengan menggunakan metode analisis tren dengan model kuadratik karena menghasilkan nilai MAD yang paling kecil yaitu 58,83. Analisis tren kuadratik memperlihatkan hasil peramalan yang menunjukkan tren yang selalu meningkat di tiap tahunnya selama lima tahun periode usaha.

Tabel 5. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan

Jenis Peramalan MAPE MAD MSD

Analisis Tren Linear 70,9 72,9 10364,9

Analisis Tren Kuadratik 87,76 58,83 6635,93

Moving Average 62,0 66,8 12635,7

Single Exponential Smoothing 75,6 67,1 11865,2 Double Exponential Smoothing 75,13 65,38 9819,35

Gambar 3. Model Tren Kuadratik

I nde x

R a n s e l L a p to p 80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1 10000 8000 6000 4000 2000 0

A ccu r acy Measu r es MA PE 87,76 MA D 58,83 MSD 6635,93

Var iab le

Fo r ecasts A ctu al Fits Tr end Analysis Plot f or Ransel Lapt op

Quadr atic Tr end Model


(44)

     

Untuk mengetahui berapa kapasitas produksi optimum dari usaha maka dibuat model linear dimana pemecahannya menggunakan aplikasi Lindow32. Dengan nilai variabel yang telah ditentukan didapat kapasitas optimum produksi yaitu 100 unit tas/bulan untuk model 1,3, dan 4, serta 190 unit tas/bulan untuk model 2. Asumsi peramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi yang didapat inilah yang akan menjadi dasar penilaian kelayakan usaha pembentukan unit usaha ransel laptop pada usaha Yogi Tas.

Tabel 6. Kapasitas optimum produksi ransel laptop

Jenis ransel laptop yang diproduksi Kapasitas Optimum (unit/bulan)

Model 1 100

Model 2 190

Model 3 100

Model 4 100

Untuk lebih jelasnya mengenai asumsi peramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Asumsi Peramalan Penjualan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas dan Lampiran 3. Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi. Aspek-aspek kelayakan usaha pada Yogi Tas yang akan menjadi dasar penilaian kelayakan usaha meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi dan lingkungan, dan finansial.

4.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengembangan usaha di bidang produksi ransel laptop mempunyai prospek yang cukup potensial di Indonesia. Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki pangsa pasar Notebook PC (laptop) yang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara. Data triwulan II 2010 dari International Data Corporation (IDC) menunjukkan pasar Indonesia mengalami pertumbuhan lebih dari 40%. Menurut perkiraan dengan pertumbuhan yang tinggi ini dalam lima tahun kedepan Indonesia akan menjadi pasar notebook atau laptop terbesar di Asia Tenggara. Kwartal ini dari Oktober hingga Desember, pasar notebook Indonesia diperkirakan sekitar 1,4 juta


(45)

     

unit. Tahun depan, IDC memperkirakan adanya kenaikan hingga sekitar 6 juta unit1. Dijelaskan, penjualan tas laptop juga mengalami kenaikan sekitar 10%-20% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini seiring dengan meningkatnya grafik penjualan laptop yang sangat tinggi. Bodypack yang merupakan produsen ransel laptop dalam negeri yang terbesar hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar sekitar 30% dari total produksi Bodypack sekitar 20.000 unit per bulan.

Dari segi penjualan perusahaan sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap bulan. Peramalan penjualan yang dilakukan juga menunjukkan tren positif dimana angka penjualan selalu meningkat di tiap bulannya. Dengan mempertimbangkan ramalan penjualan yang terus meningkat serta kapasitas optimum produksi usaha dan sumber daya yang tersedia, maka ditetapkan angka penjualan sebesar 5880 unit tas per tahun untuk empat jenis model tas. Pertumbuhan penjualan laptop dan ransel laptop yang positif ini merupakan pasar tersendiri yang cukup menjanjikan bagi Yogi Tas untuk mengembangkan produksi ransel laptop.

Pada awalnya produksi ransel laptop hanya berdasarkan jumlah pesanan. Penjualan dengan berdasarkan sistem pesanan ini menunjukkan peningkatan tiap bulannya. Dengan mempertimbangkan penggunaan laptop yang terus bertambah dan asumsi kebutuhan ransel laptop yang berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah laptop, perluasan segmen pemasaran diperlukan dengan menggunakan pendekatan persediaan (make to stock). Dengan perubahan pendekatan pemasaran ini tentu dibutuhkan usaha promosi dan menjalin relasi yang lebih luas dengan sentra penjualan laptop di dalam maupun luar daerah Bogor.

Dengan membandingkan antara ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi, dapat dilihat bahwa peluang penjualan di tahun pertama sebesar 10.247 unit. Dengan kapasitas produksi       

1


(46)

     

sebesar 5.880 unit dapat diasumsikan bahwa jumlah yang disupply ke pasar oleh Yogi Tas dapat terserap seluruhnya. Supply ransel laptop dari Yogi Tas ini seluruhnya di masukkan ke outlet dan toko-toko penjual laptop dan aksesorisnya yang sudah menjadi langganan selama ini dan outlet baru untuk menunjang pemasarannya. Oleh karena itu, dari aspek pasar usaha pengembangan ransel laptop ini layak untuk dijalankan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi usaha yogi tas

Tahun 2011 Ramalan penjualan (unit/bln)

Kapasitas Optimum Produksi (unit/bln)

Januari 479 490

Februari 535 490

Maret 596 490

April 660 490

Mei 727 490

Juni 797 490

Juli 871 490

Agustus 948 490

September 1029 490

Oktober 1113 490

November 1200 490

Desember 1292 490

Total (1 tahun) 10.247 5.880

4.3.2. Aspek Teknis

Setelah aspek pasar maupun pemasaran menyatakan suatu usaha layak untuk dijalankan, tahap berikutnya yang akan dianalisis adalah mengenai aspek teknis dan teknologi. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1994). Tujuan dari aspek ini adalah untuk meyakini secara teknis bahwa rencana pengembangan usaha layak dilaksanakan. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, proses produksi, dan fasilitas produksi.


(47)

     

1. Lokasi Usaha

Dalam pendirian suatu usaha, aspek lokasi usaha menjadi suatu hal yang penting baik untuk penentuan tempat produksi (pabrik) maupun tempat untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Dalam hal penentuan lokasi usaha untuk tempat produksi, hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan meliputi aspek ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Usaha Yogi Tas sendiri terletak di Desa Laladon RT 05/04 Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi pembelian bahan baku berada di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Tempat ini dipilih karena faktor kelengkapan bahan baku yang dibutuhkan. Secara geografis lokasi pembelian bahan baku terbilang jauh karena sudah berbeda wilayah pemerintahan yaitu di Provinsi DKI Jakarta. Namun dari sisi jarak dan akses transportasi menuju ke lokasi pembelian bahan baku hal itu tergolong relatif dekat dan mudah karena Bogor sendiri merupakan daerah penyangga Jakarta dan jarak antara Bogor dan Jakarta tidak terlalu jauh yaitu dapat ditempuh selama lebih kurang dua jam perjalanan. Akses transportasi berupa jalan raya dan kendaraan umum juga sangat memadai sehingga tidak terlalu menjadi masalah dalam hal penyediaan bahan baku.

Sejak awal berdiri, target awal dari konsumen yang dibidik adalah yang berada di wilayah Bogor, terutama instansi pemerintah dan lembaga pendidikan yang memang cukup banyak berada di dekat lokasi usaha ini. Sehingga dari segi pasar yang dituju pun lokasi usaha layak dijalankan. Ketersediaan energi untuk mendukung proses produksi berupa listrik dan air juga sudah terjamin karena wilayah ini sudah cukup ramai sehingga pasokan energi tidak mengalami masalah. Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Yogi Tas adalah tenaga kerja terlatih dan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga untuk


(48)

     

mendapatkannya dari wilayah sekitar tidaklah susah. Sedangkan untuk fasilitas transportasi, infrastruktur di sekitar lokasi usaha sangat menunjang yaitu ketersediaan jalan utama atau jalan besar (raya), moda transportasi berupa angkutan umum 24 jam, dan keberadaan dua terminal yang menjadi urat nadi transportasi Kabupaten dan Kota Bogor yaitu Terminal Laladon dan Bubulak. Untuk lebih jelasnya, peta lokasi usaha Yogi Tas dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Peta Lokasi Usaha

2. Proses Produksi

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan usaha Yogi Tas ini berupa ransel laptop. Untuk menghasilkan ransel laptop, ada beberapa tahapan produksi yang harus dilakukan. Urutan proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.

a. Pembuatan Pola dan Sampel

Pola merupakan cetakan dari ransel laptop yang akan dibuat. Pola dibuat dengan menggunakan bahan karton. Biasanya pola yang akan dibuat berdasarkan produk ransel laptop yang bagus dan sudah ada di pasar, serta mengalami sedikit modifikasi. Pembuatan pola tergantung dari bentuk tas model. Untuk tas yang tidak terlalu rumit atau tidak mempuyai bentuk yang asimetris pola dapat langsung dibuat dengan


(49)

     

mengukur langsung tas model tersebut dan dibuat modelnya di atas karton. Sedangkan untuk tas yang rumit dengan banyak bagian yang asimetris tas model tersebut akan dibedah terlebih dahulu. Tas yang dijadikan model akan dibedah menjadi bagian-bagian kecil. Kemudian bagian-bagian ini dijiplak di atas karton dengan menggunakan pulpen dan disesuaikan ukurannya dengan menggunakan meteran kain dan dipotong sesuai dengan ukurannya dengan gunting atau cutter. Pembuat pola akan membuat ukuran pola dan ditambah atau dilebihkan sedikit untuk proses penjahitan nanti. Hal ini dilakukan dengan perkiraan dari pembuat pola karena sudah terbiasa dengan proses ini. Proses pemotongan pola dilakukan di atas triplek tebal (multiplek). Setelah proses pembuatan pola selesai, dibuat sampel jadi dari pola yang dibuat sehingga diketahui kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat satu tas. Dalam usaha pengembangan Yogi Tas direncanakan akan dibuat empat model tas, sehingga diperlukan empat buah pola yang berbeda.

b. Pemotongan Bahan

Proses pemotongan bahan pada prinsipnya hampir sama dengan pembuatan pola. Seperangkat alat yang dibutuhkan adalah rolan bahan yaitu tempat gulungan bahan yang akan dipotong. Kemudian triplek tebal (multiplek) sebagai alas untuk memotong bahan. Multiplek ini berukuran 1,5 m x 2 m. Gunting dan cutter untuk memotong dan penggaris besi sebagai alat bantu proses pemotongan. Dari hasil pembuatan pola didapat bentuk dari bagian-bagian tas yang akan dibuat dalam bentuk pola di atas karton beserta ukurannya. Satu per satu pola karton tadi dijiplak ke bahan tas yang di taruh di atas multiplek. Kemudian dipotong dengan menggunakan cutter atau gunting. Setelah satu bagian pola tas dipotong maka diperbanyak dengan menumpuk pola yang sudah dipotong tadi


(50)

     

di atas bahan sejumlah tas yang akan dibuat, kemudian dipotong seperti tadi lagi. Pemotongan bahan ini terutama untuk bahan utama tas seperti bahan D1680, jala mesh, D420 hitam, saten polos, bisban 2,5 cm dan sebagainya. Sedangkan untuk bahan pelengkap lainnya seperti kepala resleting, benang, pegangan, gesper disiapkan sesuai dengan kebutuhan untuk satu tas ransel. Proses pemotongan ini sangat sederhana dan sangat mengandalkan ketelitian dan kecermatan, karena dalam proses pemotongan akan diusahakan penggunaan bahan semaksimal mungkin dan tidak ada bahan yang terbuang. c. Penjahitan

Proses ini menggabungkan seluruh bagian dari bahan-bahan yang sudah dipotong tadi, mulai dari badan tas hingga pernak pernik perlengkapannya seperti resleting, kepala resleting, dan lain sebagainya, hingga akhirnya menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.

Bagan lengkap dari proses produksi ransel laptop di Yogi Tas dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.


(51)

     

Gambar 5. Bagan Proses Produksi

3. Peralatan dan Perlengkapan Produksi

Untuk menjalankan proses produksi tentu dibutuhkan sarana dan prasarana berupa peralatan dan perlengkapan yang berkaitan dengan setiap proses produksi. Peralatan dan perlengkapan dibagi berdasarkan alur proses produksi.

a. Proses Pembuatan Pola

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pembuatan pola Stok bahan baku untuk

produksi satu bulan

Pembelian bahan baku Pembelian jika ada tambahan produksi Jenis tas yang akan dibuat

Penyiapan bahan

Pemotongan bahan Pembuatan pola setiap 6

bulan agar variatif

Kepala sleting, pegangan, disiapkan

Bahan siap dijahit

Penjahitan

Packaging

Perapihan benang sisa jahitan


(52)

     

Tabel 8. Peralatan dan perlengkapan dalam pembuatan pola

No. Item Jumlah Umur

Ekonomis 1. Karton

2. Penggaris siku 1 1 tahun 3. Penggaris panjang 1 m 1 4 tahun 4. Meteran kain 1 6 bulan

5. Jangka 1 4 tahun

6. Pensil, bolpoint, spidol 1 6 bulan 7. Triplek tebal (multiplek) 1 1 tahun

8. Calculator 1 2 tahun

9. Gunting 1 4 tahun

10. Cutter 1 6 bulan

b. Proses pemotongan

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Peralatan dan perlengkapan dalam proses pemotongan

No. Item Jumlah Umur

Ekonomis

1. Cutter 1 6 bulan

2. Penggaris besi 1 5 tahun 3. Meteran kain 1 6 bulan

4. Pensil 1 6 bulan

5. Gunting 1 4 tahun

6. Triplek tebal

(multiplek) 1 6 bulan

7. Rolan bahan 1 3 tahun 8. Isi cutter 20 pak 1 bulan c. Penjahitan

Peralatan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah mesin jahit listrik yang mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun. Dalam usaha pengembangan Yogi Tas ini diperlukan 8 unit mesin jahit.

4.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi hal yang berkaitan dengan perizinan dan legalitas badan hukum usaha, struktur organisasi, kepemilikan,


(53)

     

deskripsi pekerjaan, sistem kompensasi, dan sistem penerimaan tenaga kerja.

1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha

Yogi Tas termasuk ke dalam golongan perusahaan manufaktur yang mengolah bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi. Skala usahanya masih tergolong usaha kecil baik dilihat dari tingkatan produksi maupun aset yang dimilikinya. Dalam pendirian usaha, secara formal disyaratkan untuk meminta izin usaha kepada pihak yang terkait, karena hal ini berkaitan dengan birokrasi yang harus dipenuhi. Dalam hal perizinan, Yogi Tas sudah memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh Badan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Bogor berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk usaha skala kecil dengan nomor 00390/10-20/PK/PO/VI/2009. Selain itu dari perangkat desa dan kecamatan juga sudah memberikan izin berupa surat izin domisili.

Badan hukum usaha merupakan bentuk kekuatan (legalitas ) usaha di mata hukum. Dengan memiliki bentuk badan hukum, usaha akan memperoleh banyak kemudahan, seperti dalam hal menjalin kerjasama (networking) dengan pihak lain. Yogi Tas sendiri telah memiliki bentuk badan hukum usaha dalam bentuk CV (Commanditaire Vennootschap) yang dikukuhkan dengan akta notaris Khadijah Budi Astuti SH dengan nomor 321/AN-CV/2009 dan disahkan oleh Pengadilan Negeri Cibinong.

2. Struktur Organisasi

Struktur formal organisasi dalam suatu perusahaan dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), struktur organisasi tersebut menggambarkan lima aspek, yaitu (1) pembagian pekerjaan, (2) manajer dan bawahan, (3) tipe pekerjaan yang dilakukan, (4) pengelompokan bagian-bagian pekerjaan, dan (5) tingkatan


(54)

     

manajemen. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan dalam pendelegasian tugas dan wewenang sehingga dapat memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan. Struktur organisasi Yogi Tas sendiri masih sangat sederhana. Hampir semua fungsi manajerial dipegang sendiri oleh pimpinan perusahaan sekaligus pemiliknya. Pimpinan usaha langsung membawahi 11 orang karyawan. Pembagian tugas secara spesifik dilakukan pada proses produksinya dimana terdapat tiga kegiatan utama dalam proses produksi, yaitu pembuatan pola, pemotongan pola, dan penjahitan. Dengan struktur organisasi seperti ini, pengambilan keputusan dalam segala hal menjadi wewenang dari pimpinan usaha.

3. Kepemilikan

Pemilik pengembangan usaha Yogi Tas ini adalah Yogi Alwan Fauzi yang sekaligus bertindak sebagai pimpinan yang membawahi 10 orang karyawan. Modal dalam menjalankan pengembangan usaha ini seluruhnya dikeluarkan oleh Mas Yogi sendiri.

4. Deskripsi Pekerjaaan

Dalam pengembangan usaha ransel laptop pada Yogi Tas ini, pemilik sekaligus pimpinan merencanakan untuk menggunakan 10 orang karyawan yang terdiri dari 1 orang tukang belanja, 1 orang tukang pola dan tukang potong, dan 8 orang tukang jahit.

a. Pimpinan (pemilik)

Pemilik yang merupakan pimpinan usaha ini memegang peranan penting dalam menjalankan roda perusahaan. Seluruh kegiatan pra produksi, produksi, dan pasca produksi menjadi tanggung jawab dan wewenang dari pimpinan. Secara umum tugas dari pimpinan mencakup hal-hal sebagai berikut :


(55)

     

1. Memegang tanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan fungsi manajerial usaha, mulai dari pemasaran, produksi, sumber daya manusia, dan keuangan.

2. Menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan konsumen.

3. Mengambil keputusan yang tepat dan cepat dalam menghadapi suatu permasalahan.

b. Tenaga kerja pembelian bahan

Bertanggung jawab dalam proses pembelian bahan baku produksi. Bahan baku dibeli di pasar Tanah Abang Jakarta Pusat dengan pertimbangan kelengkapan bahan.

c. Tenaga kerja pembuatan pola

Bertanggung jawab dalam pembuatan pola dari ransel laptop yang akan dibuat. Proses ini membutuhkan ketelitian yang tinggi karena pola harus dibuat sedetail mungkin dan menuntut akurasi ketepatan dalam setiap ukuran bagian-bagian pola yang dibuat.

d. Tenaga kerja pemotongan

Bertanggung jawab memotong bahan sesuai dengan pola yang telah dibuat sebelumnya. Proses ini menyiapkan bahan utama yang akan dijahit dalam proses selanjutnya. Pemotongan bahan dilakukan secara manual dengan menggunakan seperangkat alat potong yang terdiri dari gunting, penggaris besi, pensil/pulpen, busur, dan sebagainya.

e. Tenaga kerja penjahitan

Bertanggung jawab dalam melakukan proses penjahitan bahan yang telah dipotong menjadi satu bagian ransel laptop yang utuh. Proses ini membutuhkan waktu yang paling lama dan yang paling menentukan bentuk fisik ransel laptop yang diproduksi.


(1)

Perhitungan Gross B/C, Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI)

No. Item

Tahun Analisa

PV

0

1 2 3 4 5

1 Biaya operasional rutin + pemeliharaan

424.553

424.553

424.553

424.553

424.553

(

operational cost

=OC)

2

Biaya

total

319.110 424.993 425.563 426.063 425.663 427.913

(investasi + operasional=TC)

3 Pajak penghasilan 25%

36.702

36.572

36.437

36.587

137.024

4

Total

cost

+

pajak

319.110 461.695 462.135 462.500 462.250 564.937

4

Penerimaan

kotor

571.800 571.850 571.810 572.010 819.409

(

gross benefit

=GB)

5

Penerimaan

bersih

(319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472

(

net benefit

=NB)

6

Discount Factor

(DF)=6%

1 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747

7

Present Value

(PV)

dari

OC

400.354 377.852 356.625 336.246 317.141

1.788.218

8

Present Value

(PV)

dari

TC

319.110 400.768 378.751 357.893 337.125 319.651

2.113.299

9

Present Value

(PV)

dari

GB

539.207 508.947 480.320 453.032 612.099

2.593.604

Jumlah kumulatif PV dari GB

539.207

1.048.154

1.528.474

1.981.506

2.593.604

10

Present Value

(PV) dari NB

(319110)

103.829

97.647

91.821

86.930

190.091

570.317

Jumlah kumulatif PV dari NB

103.829

201.476

293.296

380.226

570.317

Perhitungan Gross B/C

Gross B/C =

jumlah PV GB/jumlah PV TC

2.593.604/2.113.299

Gross B/C =

1,23

Perhitungan Profitability Index (PI)

PI =

(jumlah PV GB-jumlah PV OC)/Total investasi

(2.593.604-1.788.218)/319.110


(2)

Lanjutan Lampiran 13

Perhitungan Payback Period (PBP)

No. Item

Tahun ke-

0 1 2 3 4 5

1 investasi

319.110

2

manfaat

bersih

(319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472

PBP =

(nilai investasi-kas masuk bersih) X 1 tahun

319.110-110.105= 209.005 (thn 1)

209.005-109.715= 99.290 (thn 2)

PBP =

2 tahun + (99.290/109.310) X 12 bulan

2 tahun + 10 bulan + 27 hari

PBP =

2 tahun 10 bulan 27 hari


(3)

inflasi (%) 5 10 15 20 25 30

tahun total benefit total biaya

0 0 319110 335065,5 351021 366976,5 382932 398887,5

1 571800 424993 446242,65 467492,3 488741,95 509991,6 531241,25

2 571850 425563 446841,15 468119,3 489397,45 510675,6 531953,75

3 571810 426063 447366,15 468669,3 489972,45 511275,6 532578,75

4 572010 425663 446946,15 468229,3 489512,45 510795,6 532078,75

5 819409 427913 449308,65 470704,3 492099,95 513495,6 534891,25

selisih

0 -319110 -335065,5 -351021 -366976,5 -382932 -398887,5

1 146807 125557,35 104307,7 83058,05 61808,4 40558,75

2 146287 125008,85 103730,7 82452,55 61174,4 39896,25

3 145747 124443,85 103140,7 81837,55 60534,4 39231,25

4 146347 125063,85 103780,7 82497,55 61214,4 39931,25

5 391496 370100,35 348704,7 327309,05 305913,4 284517,75

pajak

0

1 36701,75 31389,3375 26076,925 12458,7075 9271,26 4055,875

2 36571,75 31252,2125 25932,675 12367,8825 9176,16 3989,625

3 36436,75 31110,9625 25785,175 12275,6325 9080,16 3923,125

4 36586,75 31265,9625 25945,175 12374,6325 9182,16 3993,125

5 137023,6 129535,1225 122046,645 114558,1675 107069,69 99581,2125

DF

5 10 15 20 25 30

0 1 1 1 1 1 1

1 0,943 0,909 0,870 0,833 0,800 0,769

2 0,89 0,826 0,756 0,694 0,640 0,592

3 0,84 0,751 0,658 0,579 0,512 0,455


(4)

Lanjutan Lampiran 14

manfaat bersih

0 -319110 -335065,5 -351021 -366976,5 -382932 -398887,5

1 110105,25 94168,0125 78230,775 70599,3425 52537,14 36502,875

2 109715,25 93756,6375 77798,025 70084,6675 51998,24 35906,625

3 109310,25 93332,8875 77355,525 69561,9175 51454,24 35308,125

4 109760,25 93797,8875 77835,525 70122,9175 52032,24 35938,125

5 254472,4 240565,2275 226658,055 212750,8825 198843,71 184936,5375

npv

0 -319110 -335065,5 -351021

1 103829,25 85607,28 68026,76

2 97646,57 77484,82 58826,48

3 91820,61 70122,38 50862,51

4 86930,12 64065,22 44502,71

5 190090,88 149372,08 112689,11

Total 251207,43 111586,287 -16113,416

Inflasi Maksimum 14,37%

Net B/C

0 -319110 -335065,5 -351021

1 103829,25 85607,28 68026,76

2 97646,57 77484,82 58826,48

3 91820,61 70122,38 50862,51

4 86930,12 64065,22 44502,71

5 190090,88 149372,08 112689,11

Net B/C 1,787 1,333 0,954


(5)

 

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian

Model 1 Model 2


(6)

91