Periodisasi Musim Tanam Padi di Kondisi Serangan Wereng Cokelat Kabupaten Karawang

hujan itu sendiri memiliki pola seperti huruf v seperti yang tertera pada Gambar 8.

4.3 Periodisasi Musim Tanam Padi di

Karawang Penanaman padi di Indonesia secara umum bisa dilakukan sepanjang tahun. Namun sebagian besar petani menanam padi pada saat musim hujan karena ketergantungan padi akan ketersediaan air yang tinggi. Berikut ini periodisasi musim tanam padi di Karawang. Tabel 2 Periodisasi musim tanam padi di Karawang Sumber : pustaka.litbang.deptan.go.id Pemanenan padi rata-rata dilakukan empat bulan setelah masa tanam. Tanam utama akan menghasilkan panen raya, tanam gadu menghasilkan panen gadu, dan tanam kemarau menghasilkan panen kecil. Panen raya dilakukan pada saat memasuki musim hujan. Pemanfaatan curah hujan tersebut memberikan hasil optimum terhadap tanaman padi sehingga hasil yang didapatkan cukup besar. Pada saat tanam gadu kering hasil yang didapatkan tidak sebanyak pada tanam utama karena curah hujan yang terjadi tidak sebesar pada musim tanam utama. Untuk kebutuhan pertanaman petani memanfaatkan saluran irigasi. Panen paling kecil didapatkan pada saat musim tanam kemarau. Pada musim tanam ini petani juga membutuhkan saluran irigasi yang besar karena minimnya curah hujan.

4.4 Kondisi Serangan Wereng Cokelat Kabupaten Karawang

Luas serangan hama wereng cokelat di wilayah Karawang pada selang pengamatan 2006-2009 berbeda-beda. Peningkatan luas serangan berbanding lurus dengan peningkatan populasi hama wereng cokelat itu sendiri di wilayah kajian. Penurunan luas serangan berbanding lurus dengan pengurangan populasi wereng cokelat di wilayah kajian. Berikut merupakan analisis hubungan suhu udara dengan luas serangan. Gambar 10 Hubungan suhu rata-rata bulanan dengan luas serangan hama Berdasarkan gambar di atas luas serangan hama wereng cokelat bulanan periode 2006- 2009 meningkat seiring dengan peningkatan suhu udara. Suhu udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari. Jumlah serangan mulai mengalami peningkatan sampai pada bulan April. Namun serangan menurun ketika suhu menjadi maksimum. Menurut Effendi 1985 suhu optimum untuk perkembangan wereng cokelat berkisar antara 18 C-28 C. Meskipun suhu rata-rata tersebut berada pada kisaran yang sesuai dengan perkembangan hama wereng cokelat, terdapat pengaruh lain yang menyebabkan penurunan populasi wereng itu sendiri. Salah satunya adalah pengaruh kelembaban mikro yang disebabkan oleh curah hujan maupun keadaan air sawah. Penurunan luas serangan hama juga dipengaruhi oleh ada tidaknya tanaman padi. Keadaan serangan pada bulan Desember, Januari, dan Februari yang bernilai 0 terkait dengan periodisasi musim tanam padi. Musim tanam utama yang terjadi pada musim hujan DJF yang baru mulai tanam menyebabkan luas tanaman terserang menjadi tidak ada, sesuai dengan Pracaya 2008 yang menyatakan bahwa serangan wereng cokelat terjadi pada tanaman padi yang sudah dewasa tapi belum memasuki masa panen. Sementara itu luas serangan paling tinggi terjadi pada bulan Agustus pada saat musim gadu. Gambar 11 Hubungan suhu maksimum bulanan dengan luas serangan hama Gambar di atas menunjukkan hubungan luas serangan terhadap suhu maksimum. Suhu maksimum merupakan suhu tertinggi yang terukur pada wilayah pengamatan. Pengaruh suhu udara terhadap hama tumbuhan antara lain mengendalikan perkembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran serangga. Suhu maksimum bulanan mengalami penurunan pada periode September-Januari. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang lembap karena musim hujan. Luas serangan terbesar terjadi pada bulan Agustus yaitu dengan total serangan 1377 ha pada saat suhu maksimum 31 C. Untuk musim tanam utama di wilayah ini pemanenan dilakukan pada sekitar bulan Juni sehingga pada bulan tersebut luas serangan tanaman yang terukur juga lebih kecil. Sama halnya dengan Gambar 10 musim tanam mempengaruhi tidak ada serangan pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Hal ini disebabkan oleh musim tanam raya baru mulai sedangkan hama wereng cokelat menyerang pada padi yang sudah dewasa tapi belum memasuki masa panen. Gambar 12 Hubungan suhu minimum bulanan dengan luas serangan hama Suhu minimum merupakan suhu yang paling rendah yang terukur dalam jangka waktu tertentu. Suhu yang terlalu rendah mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan hama. Hal ini terlihat pada Gambar 11 . Suhu minimum pada bulan Januari, Juli, dan Desember menyebabkan berkurangnya populasi wereng cokelat. Pada bulan Agustus terjadi ledakan luas serangan hama dengan suhu minimum 22 C. Pada bulan berikutnya populasi wereng cokelat berkurang karena terjadi kenaikan suhu sehingga luas serangan menjadi 209.5 Ha. Fluktuasi suhu bulanan tersebut memberikan gambaran yang sesuai dengan pernyataan Abraham dan Nair 1975 dalam IRRI 1979, bahwa ledakan hama wereng batang cokelat terjadi pada selang suhu 20-30 C. Suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kematian pada wereng cokelat sehingga luas serangan hama menjadi lebih kecil. Pengaruh musim tanam menyebabkan serangan tinggi terjadi pada musim tanam gadu. Pada musim tanam ini keadaan iklim yang tidak terlalu basah serta suhu yang optimum menyebabkan hama lebih nyaman untuk tumbuh dan berkembang biak. Gambar 13 Hubungan kelembaban bulanan dengan luas serangan hama Hubungan kelembaban dengan luas serangan hama dapat diinterpretasikan oleh Gambar 12. Pada saat kelembaban tinggi luas serangan menjadi kecil sedangkan pada saat kelembabn rendah luas serangan cenderung besar. Kelembaban udara dapat meningkatkan fekunditas dan fertilitas serangga. Merujuk pada penelitian IRRI tentang kelembaban relatif udara wereng cokelat di Filipina menunjukkan bahwa hama akan tertekan pertumbuhan dan perkembangannya pada kelembaban 50-60 dan sangat sesuai pada kelembaban 80 Mochida et al.1986 dalam Ahmadi 2011. Gambar 14 Hubungan curah hujan bulanan dengan luas serangan hama Hubungan antara luas serangan dengan curah hujan terlihat pada Gambar 13 . Curah hujan meningkat pada periode September- Februari. Pada umumnya persentase telur pada musim kemarau lebih rendah dibandingkan dengan musim hujan. Hal tersebut diduga karena tingginya faktor mortalitas terutama parasit dan predatornya Soebroto et al. 1992. Dengan demikian presentase telur pada periode Maret-Agustus lebih besar sehingga menyebabkan perkembangan populasi wereng cokelat pada bulan Agustus. Selain itu hujan dapat menyebabkan pengaruh langsung yaitu menyapu telur hama. Menurut Ahmadi 2011 Curah hujan yang tinggi belum tentu dapat mejadikan serangan wereng cokelat tinggi. Karena curah hujan yang tinggi juga dapat membuat tergenangnya air di sawah melebihi kapasitasnya. 4.5 Analisis Regresi 4.5.1 Regresi Kuadratik