III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Pembangunan nasional dimasa lalu lebih didasarkan kepada tujuan pencapaian pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penggunaan sumber daya
dengan mengabaikan pemerataan manfaat pembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan efisiensi kapital menjadi hal yang
fundamental untuk mencapai kesejahteraan. Kebijakan yang lebih menekankan kepada pertumbuhan ekonomi terutama didasarkan kepada
“The First Fundamental Theorm of Welfare Economics”. Yaitu bahwa bagi negara yang
pendapatannya rendah, bertumbuhnya perekonomian harus mengorbankan pemerataan. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan yang ditempuh juga
menjadi timpang, artinya perhatian pemerintah hanya tertuju kepada sektor atau daerah yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dan
efisiensi. Sektor terserbut adalah sektor industri yang memiliki rent yang tinggi
dan yang diperkirakan akan memberikan sumbangan besar bagi perekonomian. Sektor perikanan yang merupakan sektor yang penting bagi masyarakat,
namun karena rent yang dimilikinya kecil dan kontribusinya terhadap pendapatan adalah rendah menjadi sektor yang kurang diperhatikan. Selain itu ketimpangan
yang terjadi bukan hanya berupa ketimpangan sektoral namun juga ketimpangan spasial antara desa dan kota, dimana desa adalah lokasi dari sektor tradisional
tersebut. Hal ini akan berakibat pada ketimpangan individu atau kelompok masyarakat antara desa dan kota.
Paradigma pembangunan yang baru tidak hanya mengedepankan efek efisiensi kapital dan pertumbuhan ekonomi adalah paradigma pembangunan
yang mengacu kepada teori ekonomi yang disebut sebagai “The Second
Theorem of Welfare Economics”. Dalam paradigma baru pembangunan ini implikasi yang penting memberikan justifikasi tentang pentingnya pemerataan
dalam ekonomi yang akan menyumbang kepada pertumbuhan. Paradigma pembangunan tersebut diarahkan kepada tercapainya pemerataan
equity yang akan mendorong kepada pertumbuhan ekonomi
efficiency dan keberlanjutan sustainability. Secara spesial paradigma pembangunan tersebut diartikan
sebagai mencari keseimbangan merata secara regional regional balance
dengan memanfaatkan potensi dan jenis keunggulan yang terdapat pada
masing-masing wilayah dan menghapuskan terjadinya urban based. Anwar,
2003 Spesialisasi sektoral dalam pengembangan suatu wilayah dapat
dipahami, karena setiap wilayah mempunyai karakteristik dan potensi yang berbeda. Kota Bogor diperkirakan mempunyai
“comparative advantage” dalam pengembangan sektor perikanan. Pengembangan sektor tersebut tentunya tidak
lepas dari pengembangan perekonomian Kota Bogor secara keseluruhan, khususnya dalam peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Razali,
1996. Pembangunan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
mengelola sumberdaya yang ada dan dimiliki oleh suatu daerah. Pengembangan salah satu dalam sektor pembangunan dilakukan berdasarkan kondisi dan
potensi sumber daya yang ada, sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi perekonomian daerah. Hal ini tercermin dari hasil-hasil pembangunan yang
berupa peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan penduduknya. Oleh karena itu pemberian prioritas pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi
besar bagi pembangunan wilayah perlu dilakukan. Peranan sektor perikanan tidak hanya dapat meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto PDRB, tetapi lebih penting lagi adalah menyediakan dan meningkatkan mutu makanan rakyat, meningkatkan lapangan kerja dan taraf
hidup masyarakat pembudidaya. Peranan sektor perikanan dalam menyerap tenaga kerja perlu ditingkatkan. Kajian ini didasarkan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan. Pada giliran dalam penanganannya, bila dikaitkan dengan peningkatan tenaga kerja di sektor
perikanan. Berdasarkan perumusan masalah, sektor perikanan diharapkan
mempunyai peranan yang cukup pada perekonomian Kota Bogor dan bagaimana dampak pengembangannya terhadap perubahan struktur ekonomi. Peran yang
diharapkan akan memberikan kontribusi pada perekonomian Kota Bogor antara lain pertama, melalui peningkatan pendapatan masyarakat pembudidaya.
Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor perikanan yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran dan ketiga, mampu
sebagai penggerak bagi sektor lain. Kontribusi tersebut merupakan implikasi dari besarnya potensi perikanan yang dimiliki oleh Kota Bogor dan diharapkan
potensi itu akan berdampak pada peran sektor perikanan dalam struktur perekonomian.
Analisis daya saing komoditi perikanan dapat didekati dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Untuk membandingkan daya saing suatu komoditi antar
wilayah, faktor kesesuaian lahan juga menentukan tingkat daya saing suatu komiditi dari suatu wilayah. Selanjutnya permintaan dan penawaran maupun
harga dipengaruhi oleh faktor luar seperti kebijakan pemerintah.
Gambar 5 : Alur Pikir Penelitian
Potensi Perikanan di Kota Bogor
Peran pada perekonomian Kota Bogor
Faktor makro : - Renstra Kota Bogor
- Kebijakan Makro ekonomi
- Program Prioritas Faktor Mikro :
- Penyerapan T.Kerja - Pendidikan
- Pengalaman - Teknologi
- Sarana Prasarana
Evaluasi
1. Menelaah persepsi stakeholders dalam pengembangan Agribisnis ikan
hias, 2. Menganalisa keunggulan daya saing
ikan hias di Industri Nasional. Partisipasi Masyarakat
Kelayakan Usaha Mengkaji nilai manfaat dan biaya
Pengembangan Usaha Pemerintah
Analisis NPV, IRR, Net BC Ratio Analisis AHP dan Analisis Porter’s
Diamond Theory
Analisis Kebijakan
Kebijakan Pembangunan Sektor Perikanan
Kontribusi pada perekonomian : - Peningkatan
pendapatan - Penyerapan
tenaga kerja
- Menggerakkan sektor
lain - Sebagai
devisa
3.2. Lokasi pengumpulan data