Gambar 3 Kantong N. gracilis yang berwarna merah maron dan hijau.
2.2 Penyebaran dan Habitat
N. gracilis Korth merupakan salah satu jenis yang tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Habitat
yang dimiliki oleh N. gracilis adalah di hutan dataran rendah, hutan rawa gambut, hutan kerangas, di bagian tepi gambut atau daerah yang sudah terganggu seperti
tepi jalan, dan tanah yang miskin hara Cheek Jebb 2001.
2.3 Perbanyakan Nepenthes
Nepenthes dapat diperbanyak dengan cara pemisahan anakan, stek batang dan juga dengan cara penyemaian biji Handoyo Sitanggang 2006. Buah
Nepenthes terdiri dari empat bilik dimana terdapat retakan sepanjang garis tepi saat buah masak untuk mengeluarkan biji yang berbentuk seperti kawat Clarke
2001. Bijinya berukuran kecil dan tipis mirip benang filamen Gambar 4.
Gambar 4 Buah A dan biji Nepenthes B. Selain perbanyakan secara konvensional yang telah disebutkan di atas,
Nepenthes juga dapat diperbanyak dengan kultur jaringan. A
B
2.4 Kultur Jaringan pada Nepenthes
Saat ini, pembudidayaan tumbuhan tidak hanya dilakukan secara konvensional saja namun juga telah menggunakan cara in vitro atau kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali Gunawan 1987. Teori
yang mendasari kultur jaringan adalah sifat totipotensi yang dimiliki oleh sel tanaman. Totipotensi sel adalah kemampuan sel organ tanaman untuk tumbuh
menjadi tanaman yang sempurna dan utuh saat ditempatkan pada lingkungan yang sesuai untuk tumbuh.
Kultur jaringan memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan secara konvensional. Keuntungan
tersebut antara lain banyak jumlah klon yang dapat dihasilkan dari sejumlah kecil material awal yang dimiliki, faktor-faktor lingkungan dapat dimanipulasi untuk
mengatasi jenis tanaman yang resisten terhadap perbanyakan konvensional, teknik ini tidak bergantung pada musim dan memungkinkan untuk pertukaran bahan
tanaman di tingkat internasional. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki tersebut tentunya memberikan manfaat tersendiri selain manfaat utama dari aplikasi teknik
kultur jaringan tanaman yakni perbanyakan massal dari tanaman yang memiliki sifat genetik identik antara satu dan lainnya Zulkarnain 2009.
Kultur jaringan
memiliki banyak
aspek yang
mempengaruhi keberhasilannya dan perkembangan tumbuhan yang dikulturkan. Aspek-aspek
tersebut antara lain cara budidayanya, eksplan yang digunakan, bahan sterilisasi, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan, substansi organik
yang ditambahkan dan terang gelapnya saat inkubasi. Komposisi media bagi pertumbuhan eksplan merupakan aspek yang paling banyak diteliti dan dicoba
Hendaryono Wijayani 1994. Perbanyakan Nepenthes dengan kultur jaringan belum banyak dilakukan.
Publikasi mengenai penelitian terkait kultur jaringan Nepenthes juga belum banyak ditemukan. Penelitian yang telah ada diantaranya penelitian pada jenis N.
khasiana Rathore et al. 1991; Latha Seeni 1994; Nongrum et al. 2009, N.
mirabilis Khompat et al. 2007, N. rafflesiana Rahayu Isnaini 2009; Kunita 2011, N. macfarlanei Chua Henshaw 1999 dan N. gracilis Isnaini
Handini 2007; Fong 2008. Penelitian jenis N. khasiana yang dilakukan oleh Rathore et al. 1991
sebanyak 80 tunas dalam kultur in vitro memiliki akar pada media MS dengan penambahan 2 mgl NAA dan 0,1 mgl kinetin. Penelitian yang dilakukan Latha
Seeni 1994 menghasilkan kantong pada ujung daun jenis tersebut dari tunas yang ditanam pada media WPM Woody Plant Medium
ditambah 2.7 μM NAA. Menurut Nongrum et al. 2009, kantong N. khasiana ditemukan baru
berkembang pada 150 hari setelah penanaman dalam botol kultur yang disemai pada media 14MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh. Kantong yang sehat
dan berkembang dengan baik terlihat pada hari ke-120 kultur pada media 14MS ditambah 2.68 μM NAA.
Bagian yang diteliti pada jenis N. mirabilis adalah biji yang telah dewasa dan tunasnya. Menurut Khompat et al. 2007, biji N. mirabilis yang dikulturkan
pada media padat MS dengan 3 mgl BA di bawah lampu inkubasi menghasilkan kecambah terbanyak yakni 26 dengan perkembangan semaian yang baik.
Multiplikasi tunas dapat dikembangbiakan pada semua konsentrasi BA 1, 3 dan 5 mgl setelah 6 minggu pemindahan dan semakin tinggi konsentrasi BA maka
tunas yang dihasilkan semakin banyak. Media dasar 12MS dengan penambahan 5 μM BAP digunakan untuk
multiplikasi tunas N. macfarlanei dari semaian kotiledonnya. Semaian dari kotiledon menghasilkan tunas lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan
tunas apikal dan bagian nodal Chua Henshaw 1999. Chua dan Henshaw 1999 juga menyebutkan bahwa media 12MS ditambah dengan berbagai
konsentrasi NAA baik digunakan untuk pertumbuhan akar pada pucuk. Pada jenis N. rafflesiana telah dilakukan penelitian mengenai induksi
kantong dengan perlakuan perbedaan konsentrasi media dengan ukuran wadah Rahayu Isnaini 2009 dan modifikasi konsentrasi media dengan pH yang
digunakan Kunita 2011. Rahayu dan Isnaini 2009 menyebutkan bahwa pada media dasar 12MS menghasilkan jumlah daun dan kantong yang paling banyak
dibandingkan dengan konsentrasi media dasar lainnya. Namun, pada media
dengan konsentrasi 14MS dan 18MS kantong yang terbentuk memiliki ukuran yang lebih besar. Perbedaan ukuran wadah yang digunakan dalam penelitian
tersebut tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah daun dan kantong. Penelitian Kunita 2011 juga menunjukan hasil yang sama yakni
pada media 12MS dan 18MS dengan perlakuan pH pada media yang digunakan. Penelitian jenis N.gracilis yang telah dilakukan yakni perkecambahan biji,
perbesarannya dan induksi poliploid. Hasil penelitian Isnaini dan Handini 2007 menunjukan bahwa media terbaik untuk perkecambahan biji dan pembesaran
N.gracilis adalah media dasar 14MS. Penelitian induksi poliploid yang dilakukan oleh Fong 2008 menunjukkan dampak awal yang mungkin terjadi pada
N.gracilis adalah pertumbuhan tunas yang terhambat dan penyimpangan morfologi. Ukuran panjang dan lebar stomata yang terbentuk pada tetraploid lebih
besar dibandingkan dengan diploidnya. Namun, jumlah stomata pada tetraploid lebih sedikit dibandingkan dengan diploidnya. Fong 2008 juga menyebutkan
bahwa kromosom N.gracilis yang terbentuk memiliki ukuran yang kecil namun jumlahnya banyak mendekati 80.
BAB III METODE PENELITIAN