Pertambahan Tinggi Jumlah Kantong yang Terbentuk

4.2 Pertambahan Tinggi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi media dan ukuran eksplan berpengaruh terhadap pertambahan tinggi eksplan Gambar 9. Secara umum, nilai rata-rata pertambahan tinggi eksplan berkisar antara 0,04-0,43 cmminggu. Hal ini diduga terjadi karena tinggi pada eksplan tetap bertambah seiring tersedianya hara yang menunjang pertambahan tinggi tersebut. Perlakuan perbedaan konsentrasi diduga masih berada dalam batas minimum unsur hara yang diperlukan sehingga pertumbuhan eksplan Nepenthes tidak terganggu. Gambar 9 Pertambahan tinggi planlet per perlakuan. Tinggi tanaman berkaitan dengan proses metabolisme yang ada pada tanaman. Pertambahan tinggi pada tanaman merupakan salah satu bentuk terjadinya proses pertumbuhan vegetatif dan berjalannya metabolisme. Bertambahnya tinggi pada tanaman mengindikasikan adanya pertumbuhan vegetatif berupa pertambahan jumlah sel pada bagian batang. Pertambahan tersebut didukung oleh unsur yang memiliki peran dalam pembentukan sel. Hendaryono dan Wijayani 1994 menyebutkan bahwa Nitrogen N bagi tanaman berfungsi sebagai pembentuk protein sehingga unsur tersebut berguna terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman termasuk didalamnya pertambahan tinggi tanaman. Unsur Mangan Mn juga merupakan unsur yang berperan aktif dalam proses fotosintesis dan metabolisme protein Santoso Nursandi 2001. Hasil penelitian Jala 2012 pada N.mirabilis menunjukkan bahwa ujung tunas yang dikulturkan pada media MS konsentrasi ½ 12MS ditambah 2 mgl 0.2 0.4 0.6 0.8 1 12MS 14MS 18MS 116MS 132MS P er ta m ba ha n T ing g i e k spla n cm m ing g u Media MS Eksplan 2 cm Eksplan 2-4 cm Eksplan 4 cm bc bc bc bc bc c b bc bc c c a bc c b BA Benzyladenine menunjukkan hasil yang terbaik pada tinggi tanaman. Tinggi rata-rata tanaman yang dihasilkan adalah sebesar 0,3 cmminggu.

4.3 Jumlah Kantong yang Terbentuk

Perbedaan konsentrasi media dan ukuran eksplan secara tunggal memberikan pengaruh terhadap rata-rata jumlah kantong yang terbentuk pada N. gracilis. Kombinasi perlakuan perlakuan perbedaan konsentrasi media MS dengan ukuran eksplan berpengaruh terhadap jumlah kantong yang terbentuk. Tabel 6 Pengaruh ukuran eksplan N. gracilis terhadap rata-rata jumlah kantong yang terbentuk Ukuran eksplan Jumlah kantong yang terbentuk kantong 2 cm 2,8667 a 2-4 cm 2,1947 b 4 cm 0,7167 c Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak beda nyata pada taraf 95 Secara umum, jumlah kantong yang terbentuk berkisar antara 0,33-3,50 kantong Tabel 7. Jumlah kantong terendah terdapat pada media 18MS dengan ukuran eksplan 4 cm dan tertinggi terdapat pada media 12MS dengan ukuran eksplan 2 cm. Tabel 7 Rata-rata jumlah kantong yang terbentuk pada berbagai perlakuan Media MS Rata-rata jumlah kantong yang terbentuk pada ukuran eksplan kantong 2 cm 2-4 cm ˃ 4 cm 12MS 3,50 a 1,33 cd 0,83 d 14MS 3,00 ab 1,50 bcd 0,50 d 18MS 2,67 abc 3,17 a 0,33 d 116MS 2,75 abc 2,58 abc 1,25 cd 132MS 2,42 abc 2,39 abc 0,67 d Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak beda nyata pada taraf 95 Jumlah kantong yang terbentuk dapat dikaitkan dengan jumlah daun yang ada. Kantong Nepenthes muncul dari bagian ujung daun sehingga daun yang baru tumbuh memberikan pengaruh pada jumlah kantong yang terbentuk. Keterkaitan antara jumlah daun dan kantong kemudian diuji korelasinya dengan uji korelasi bivariat. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa korelasi antara pertambahan jumlah daun dengan jumlah kantong adalah sebesar 0,377 dengan signifikan atau probabilitas 0,011 Lampiran 5. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan keduanya sangat erat. Hal ini terjadi karena kantong merupakan modifikasi tulang daun bagian tengah yang tumbuh memanjang lalu membentuk kantong seperti periuk Suhono et al. 2010 sehingga kantong berhubungan sangat erat dengan daun. Nilai 0,377 menunjukkan hubungan pertambahan jumlah daun dengan jumlah kantong adalah tinggi yang ditunjukan dengan tanda . Hal ini terjadi karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukkan kantong pada Nepenthes. Faktor tersebut adalah kondisi tempat tumbuh yang miskin hara, kelembaban dan intensitas cahaya. Kantong merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh Nepenthes pada kondisi yang miskin hara agar kebutuhan nutrisi tetap dapat terpenuhi. Kantong tersebut berasal dari tulang daun bagian tengah yang tumbuh memanjang lalu membentuk kantong seperti periuk Suhono et al. 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MS dengan konsentrasi 18, 116, dan 132 18MS, 116MS, dan 132MS mempengaruhi jumlah kantong yang terbentuk. Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi lain yang digunakan. Hal ini diduga karena ada kaitan antara kondisi lingkungan yang miskin hara dengan kemampuan N.gracilis dalam membuat kantong. Menurut Hernawati dan Akhriadi 2006, kantong yang terbentuk dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan Nepenthes. Proteolase atau yang juga disebut dengan nepenthesin merupakan enzim yang dikeluarkan oleh Nepenthes Mansur 2007. Enzim tersebut dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada dinding kantong yang berfungsi sebagai enzim pengurai. Protein yang terdapat pada serangga atau hewan kecil yang terperangkap kemudian diuraikan menjadi zat-zat yang lebih sederhana seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan garam-garam mineral lain Mansur 2007. Penelitian Nepenthes lain juga menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang lebih rendah, pertumbuhan Nepenthes terlihat cukup baik. Nongrum et al. 2009 menyebutkan bahwa semai N. khasiana menghasilkan kantong pada media 14MS tanpa penambahan zat pengantur tumbuh dibandingkan dengan konsentrasi lain yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni 12MS. Latha dan Seeni 1994 menyebutkan bahwa dari berbagai jenis media yang digunakan yakni Woody Plant Medium WPM, Murashige Skoog MS, dan Knudson-C KC, tunas N.khasiana menghasilkan kantong pada media WPM Woody Plant Medium dengan penambahan 2,7 μM NAA Naphthalenacetic acid. Kantong yang terbentuk pada media perlakuan memiliki perbedaan pada ukuran kantongnya. Media dengan konsentrasi lebih rendah memiliki ukuran kantong yang lebih besar dibandingkan dengan media dengan konsentrasi lebih tinggi Gambar 10. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernawati dan Akhriadi 2006 bahwa Nepenthes yang tumbuh dan berkembang pada tanah miskin nutrisi pada umumnya memiliki ukuran kantong yang besar dengan warna mencolok. Namun, pada tanah yang subur, kantong yang terbentuk pada umumnya berukuran kecil. Nongrum et al. 2009 menyebutkan bahwa semai N. khasiana menghasilkan kantong pada media 14MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dengan hasil kantong yang kurang sehat. Kantong yang baik dan sehat dihasilkan dari semai pada media 14MS ditambah 2,68 μM NAA. Jenis N. rafflesiana yang diteliti oleh Rahayu dan Isnaini 2009 menghasilkan kantong dengan ukuran yang besar pada media tanam 14MS dan 18MS tanpa zat pengatur tumbuh. Gambar 10 Ukuran kantong masing-masing konsentrasi media pada 12 MSP. Ukuran kantong yang diamati pada pengamatan visual yakni pada 25 MSP terlihat bahwa media yang memiliki ukuran kantong yang paling besar adalah D 116MS E 132MS A 12MS B 14MS C 18MS kantong pada media 18MS Gambar 11a. Selain itu, pada pengamatan tersebut juga teramati kantong yang telah layu dan berubah warna menjadi cokelat Gambar 11b. Kondisi tersebut diduga terjadi karena usia kantong pada N.gracilis yang berkisar antara 1-2 bulan. Kantong yang telah berusia lebih dari 2 bulan tersebut kemudian akan layu dan berubah warna menjadi kecokelatan. Gambar 11 Kantong dengan ukuran terbesar A dan kantong yang telah layu B.

4.4 Persentase Planlet Hidup dan Berkantong