f. Persentase planlet berkantong : dihitung dari total eksplan yang
berkantong per total keseluruhan eksplan setiap kombinasi perlakuan kemudian dikali 100.
3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Faktorial dengan Acak Lengkap RAL-F. Jumlah faktor dalam
penelitian ini terdiri dari konsentrasi media dasar dan ukuran planlet. Kombinasi perlakuan digunakan sebanyak 15 kombinasi dengan 3 ulangan sehingga didapat
45 unit percobaan. Satu unit percobaan terdapat 4 botol yang masing-masing botol ditanam 1 planlet. Jumlah total botol kombinasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 180 botol. Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kombinasi perlakuan konsentrasi media MS dan ukuran eksplan
Media MS Ukuran eksplan
2 cm 1 2-4 cm 2
˃ 4 cm 3
12MS A A1
A2 A3
14MS B B1
B2 B3
18MS C C1
C2 C3
116MS D D1
D2 D3
132MS E E1
E2 E3
3.5 Analisis Data
Adapun model umum faktorial tersebut adalah sebagai berikut Mattjik Sumertawijaya 2002 :
Dengan : i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3
k = 1, 2, 3 Keterangan :
Y
ijk
: Pengaruh faktor perbedaan modifikasi konsentrasi media dasar MS ke-i dan ukuran eksplan ke-j pada ulangan ke-k
µ : Rataan nilai tengah populasi
A
i
: Pengaruh faktor perbedaan modifikasi konsentrasi media dasar MS ke-i P
j
: Pengaruh ukuran eksplan ke-j Y
ijk
= µ + A
i
+ P
j
+ AP
ij
+ Ɛ
ijk
AP
ij
: Pengaruh interaksi antara perbedaan modifikasi konsentrasi media dasar MS ke-i dan ukuran eksplan ke-j
Ɛ
ijk
: Nilai galaterror percobaan pada modifikasi konsentrasi media dasar MS ke-i dan ukuran eksplan ke-j pada ulangan ke-k
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah dengan menggunakan uji F pada SAS Statistical Analysis System dan SPSS 17.0. Perlakuan yang
berpengaruh nyata pada uji F diuji lanjut dengan menggunakan DMRT Duncan Multiple Range Test pada taraf 5.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan media yang tepat untuk kultur jaringan dipengaruhi oleh komponen penyusun media tersebut yang disesuaikan dengan pertumbuhan
tanaman yang dikulturkan. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS Murashige Skoog dengan berbagai perbedaan konsentrasi media.
Media MS merupakan jenis media yang digunakan untuk hampir semua jenis kultur, terutama tanaman herbaceus Gunawan 1987. Pada proses membuatan
media tanam, media dengan konsentrasi 18 MS, 116MS dan 132MS tidak mengalami pemadatan. Hal ini terjadi terkait dengan sifat yang dimiliki oleh agar
gelrite dengan jumlah unsur yang terdapat dalam media. Gunawan 1987 menyebutkan bahwa gelrite memiliki sifat yang berlainan dengan agar. Kekerasan
gel pada gelrite dipengaruhi oleh kehadiran garam-garam seperti NaCl, KCl, MgCl
2
.6H
2
O dan CaCl
2
. Garam NaCl dan KCl menurunkan kekerasan gel sedangkan MgCl
2
dan CaCl
2
meningkatkan kekerasan gel. Komposisi media MS Lampiran 1 mengandung unsur makro berupa CaCl
2
.2H
2
O yang mempengaruhi kekerasan gel. Diduga pada konsentrasi media 18MS, kurangnya jumlah CaCl
2
mulai mempengaruhi kekerasan gel pada media tanam. Media yang tidak mengalami pemadatan tersebut tetap digunakan dalam penelitian ini dan hingga
akhir pengamatan eksplan yang ditanam pada media tersebut tetap dapat tumbuh dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa planlet tumbuh dengan baik hingga akhir pengamatan 12 minggu setelah penanaman. Namun, terdapat kontaminasi
sebesar 1,67 yang terjadi pada minggu kedua setelah penanaman Gambar 7. Terjadinya kontaminasi diduga karena beberapa hal, antara lain kurang sterilnya
ruang tanam maupun laminar air flow cabinet saat digunakan, dan kurangnya kebersihan penanam pada saat penanaman. Kontaminasi yang ditemukan selama
penelitian adalah jamur cendawan. Kultur yang terkontaminasi ini ditandai dengan munculnya benang-benang hifa pada media. Menurut Gunawan 1992
inisiasi kultur yang bebas kontaminasi merupakan tahapan yang penting. Media