Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE

1977, 1,1 Makfoeld 1982 dan 0,5 Depkes 1990. Kadar protein ini relatif rendah karena protein larut dalam air dan ikut terbuang dalam air atau ampas selama proses. Keberadaan protein sebagai komponen non-pati dapat mempengaruhi sifat fungsional dari pati itu sendiri. Protein dapat menyelimuti granula pati membentuk kompleks dengan amilosa sehingga dapat menghambat pengembangan dan menyebabkan pati menjadi sulit tergelatinisasi Kilara 2006. Kadar lemak yang dianalisis merupakan kadar lemak kasar. Kadar lemak hasil penelitian adalah 0,17. Adanya lemak dalam tapioka akan menghambat granula untuk mengikat air. Lemak akan membentuk lapisan yang bersifat hidrofobik di sekeliling granula. Kadar karbohidrat yang didapat merupakan karbohidrat kasar. Kadar karbohidrat tapioka hasil penelitian adalah 86,73. Pati merupakan komponen utama karbohidrat dan sangat penting untuk menentukan syarat mutu suatu bahan. Semakin baik proses ekstraksi yang dilakukan, kadar pati yang dihasilkan akan semakin tinggi karena jumlah komponen non-karbohidrat lain akan semakin rendah. Menurut Luallen 2004, pati merupakan karbohidrat murni. Kadar pati hasil penelitian adalah 85,15. Kadar pati seharusnya sebanding atau mendekati nilai karbohidrat, karena sebagian besar komponen karbohidrat yang terdapat dalam tapioka adalah pati dan komponen non karbohidrat yang relatif sangat rendah. Pati merupakan komponen terbanyak dalam tapioka dan bersifat penting karena pati mempunyai sifat-sifat fungsional yang kompleks yang berpengaruh terhadap karakteristik produk yang dihasilkan. Kadar pati bahan yang tinggi akan menghasilkan fleksibilitas film yang tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan visual hasil pemotretan menggunakan mikroskop cahaya terpolarisasi pada pembesaran 400 kali menunjukkan bahwa bentuk granula adalah oval sampai bulat dengan ukuran kerkisar antara 10-30 µm. Menurut Moorthy 2004, ukuran granula tapioka menunjukkan variasi yang besar yaitu sekitar 5- 40 μm dengan bentuk bulat dan oval. Sriroth et al. 1999 melaporkan bahwa ukuran granula pati dari singkong yaitu sekitar 8- 22 μm. Swinkels 1985 dalam Yu 2009 juga menyatakan bahwa diameter tapioka berkisar antara 4- 35 μm. Perbedaan ukuran granula dapat dipengaruhi oleh kondisi dan waktu panen ubi kayu. Ukuran granula pati akan mempengaruhi ketahanan terhadap panas, sifat mekanik dan tingkat biodegradabilitasnya Nizakar et al. 2005. Granula pati di bawah mikroskop akan merefleksikan cahaya terpolarisasi dan memperlihatkan pola ‘maltose cross’ pola silang, yang dikenal dengan sifat birefringent. Pola ini ditunjukkan oleh warna biru kuning sebagai indeks bias refraksi granula pati. Menurut French 1984, indeks refraksi granula pati dipengaruhi oleh struktur molekul amilosa di dalam pati. Bentuk helix dari amilosa dapat menyerap sebagian cahaya yang melewati granula pati. Sifat birefringent ini akan hilang bila pati sudah tergelatinisasi. Pada Gambar 4.1 terlihat pola maltose cross masih utuh. Hal ini menandakan integritas granula pati masih terjaga dan menunjukkan bahwa proses ekstraksi tapioka tidak merusak granula pati sehingga sifat patinya masih murni. Selain itu warna biru dan kuning menunjukkan bahwa pati tapioka belum mengalami modifikasi atau gelatinisasi. Keterangan : pembesaran 100x, 1 skala = 10 µm Gambar 4.1 Granula pati tapioka

4.2. Proses Produksi dan Karakterisasi Pati Termoplastik TPS

Dalam penelitian ini, proses pembuatan TPS dilakukan dengan pencampuran antara tapioka dengan gliserol dan air yang merupakan bahan plasticizer. Plasticizer adalah salah satu komponen bahan dasar pembuatan bioplastik yang berfungsi untuk mengatasi sifat rapuh lapisan plastik yang disebabkan oleh kekuatan intermolekuler ekstensif. Plasticizer atau yang disebut juga pemlastis dapat mengurangi kekuatan intermolekuler ekstensif dan meningkatkan mobilitas dari rantai polimer, sehingga fleksibilitas dan ekstensibilitas lapisan plastik meningkat Song dan Zheng 2008.