cv
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kamboja yang mempunyai nama lain Kampuchea bahasa Khmer, Cambodge
bahasa Perancis, Cambodia bahasa Inggris, merupakan suatu negara yang terletak di Semenanjung Indocina bagian barat daya. Secara geografis, Negara
yang mempunyai luas wilayah 181.035 kilometer ini terletak diantara 10-15 LU dan 102-107
BT. Di sebelah barat berbatasan dengan Thailand, di sebelah timur berbatasan dengan Vietnam, di sebelah utara berbatasan dengan Laos,
dan di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Siam. Dari segi etnik, wilayah Kamboja dihuni oleh keturunan bangsa Khmer, Etnis Cina, Vietnam, Champa,
dan Suku Leon. Ditinjau dari segi ekonomi, Kamboja termasuk negara agraris dengan beras sebagai komoditas utamanya. Dari segi sejarah, Kamboja
sebenarnya memiliki petualangan sejarah yang besar dan kolosal yaitu berawal dari bangkitnya Kerajaan Funan yang mendominasi wilayah bagian selatan
serta daratan Asia Tenggara di lima negara sekitarnya yaitu Thailand, Birma, Laos, Vietnam, dan Malaysia. Sedangkan dari segi politik dan pemerintahan,
Kamboja terkenal sebagai salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang paling sering mengalami ketidakstabilan politik, karena adanya pertentangan
di antara sesama elit politik yang ada. 2.
Pol Pot adalah seorang tokoh besar kelompok komunis Khmer yang mempunyai nama asli Saloth Sar. Nama Pol Pot baru dikenal secara meluas
dan mulai diperhitungkan dunia intenasional ketika pada tanggal 17 April 1975 berhasil menumbangkan pemerintahan Lon Nol dan menjadi pemimpin
baru di Kamboja. Pada masa rezim Khmer Merah berkuasa, Pol Pot mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang ekstrim dalam rangka mewujudkan
cita-citanya untuk membangun masyarakat komunis model asli rakyat Kamboja yang agraris. Akibat dari kebijakan tersebut jutaan rakyat Kamboja
meninggal dunia.
Adapun kebijakannya
tersebut antara
lain: 89
cvi 1 Kebijakan konsolidasi yaitu mewujudkan pemerintahan baru Kamboja
yang banyak didominasi oleh kekuatan komunis 2 Kebijakan evakuasi yang dilakukan dengan cara mencanangkan program empat tahun dengan tujuan
mewujudkan masyarakat Kamboja yang agraris. Akibat Program Empat Tahun ini jutaan rakyat Kamboja meninggal dunia Killing Field Tragedy, 3
Kebijakan anti-Vietnam yaitu dengan mengadakan pengusiran terhadap 50.000 orang keturunan Vietnam dan akhirnya memunculkan gerakan anti
Vietnam yang dikenal dengan nama Kap You yaitu gerakan menyembelih orang keturunan Vietnam serta mengadakan penyerangan ke wilayah Vietnam.
3. Rezim Khmer Merah di bawah Pol Pot dikenal sebagai rezim yang kaku,
keras, brutal, dan banyak memusuhi rakyatnya sendiri. Akibat dari kekejaman rezim Khmer Merah ini, yaitu 1 Munculnya pemberontakan-pemberontakan
dari rakyat sipil dan militer yang merasa tidak puas dan dikecewakan oleh Pol Pot. Rayat Kamboja berharap setelah tumbangnya rezim Lon Nol, Pol Pot
mampu mengubah wajah Kamboja menjadi negara yang aman, damai, dan tenteram. Harapan rakyat Kamboja tersebut dijawab dengan munculnya
ladang-ladang pembantaian yang mengakibatkan jutaan rakyat Kamboja meninggal dunia, 2 Invasi Vietnam ke Kamboja, dengan dalih atas
permintaan KNUFNS dan rasa kasihannya terhadap penduduk Kamboja, Vietnam menginvasi Kamboja pada tanggal 5 Desember 1978. Padahal hal ini
dilakukan Vietnam sebagai pelaksanaan politik “Hanoi’s Blue Print” yang ingin menyatukan wilayah wilayah Indocina ke tangan Vietnam.
4. Pemerintahan Pol Pot yang radikal mendatangkan perlawanan dari rakyat
Kamboja sendiri. Dengan membentuk KNUFNS dan bantuan dari Vietnam akhirnya pemerintahan Pol Pot dapat ditumbangkan yang ditandai dengan
munculnya penguasa baru Heng Samrin di Kamboja. Besarnya pengaruh yang ditimbulkan dari adanya konflik tersebut, memaksa dunia internasional
termasuk ASEAN untuk segera mencari solusi terbaik bagi penyelesaian konflik Kamboja. Adapun usaha-usaha yang dilakukan yaitu: JIM I yang
diadakan pada tanggal 25-28 Juli 1988, JIM II pada tanggal 19-21 Februari 1989, Konferensi Beijing pada tanggal 17 Mei 1989, Konferensi Paris I pada
cvii tanggal 30-31 Juli 1989, dan Konferensi Paris II pada tanggal 23 Oktober
1991.
B. Implikasi