Tujuan Sistematika Penulisan Sistem Persamaan Diferensial Definisi .1 Pelinearan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis merupakan pembengkakan atau radang pada hati sehingga menyebabkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, alkohol, atau obat-obatan. Penyebab yang sering dijumpai pada berbagai kasus hepatitis adalah virus. Hepatitis B adalah salah satu jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus. Adanya infeksi Hepatitis B Virus HBV yang menyerang hati, dapat menyebabkan penyakit akut dan kronis. HBV dikatakan akut, jika telah terjadi radang pada hati selama beberapa minggu kemudian pulih. Jika tidak pulih, maka disebut HBV kronis dan dapat berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati. HBV ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi. Pencegahan HBV dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. Meskipun vaksin telah tersedia sejak tahun 1982 dan didistribusikan lebih dari 116 negara, 8-10 dari negara berkembang saat ini masih terinfeksi HBV. Virus ini 50-100 kali lebih cepat menular dibandingkan HIV. Dari mereka yang tertular HBV, 17,5 akan mengalami infeksi HBV kronis bahkan tidak menutup kemungkinan dapat meninggal akibat sirosis hati atau kanker hati. Anak- anak, terutama bayi yang terinfeksi HBV mengalami risiko tertinggi terkena infeksi HBV kronis. Mereka dengan penyakit akut akan mengalami gejala berat sampai satu tahun, termasuk sakit kuning, kelelahan ekstrim, mual, muntah, dan nyeri perut Arguin et al. 2007. Meskipun HBV dapat diobati dengan menggunakan interferon atau lamivudine therapy, pengobatan dengan cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Jadi, pemahaman yang lebih baik mengenai HBV dan dinamikanya sangat diperlukan untuk mengembangkan vaksin dan pengobatan yang lebih murah. Kebanyakan model matematika yang menjelaskan perilaku HBV tidak dikembangkan secara khusus untuk menggambarkan dinamika HBV, tetapi lebih kepada adaptasi dari model matematika yang menjelaskan perilaku HIV terhadap HBV. Salah satu model awal telah dipelajari oleh Nowak et al. 1996 dan kemudian dikembangkan oleh Nowak dan May 2000. Model matematika tersebut dinamakan Basic Virus Infection Model BVIM. BVIM ini menjelaskan dinamika jumlah atau massa sel- sel sehat terutama sel hepatosit sehat, hepatosit yang terinfeksi, dan virus. Hepatosit adalah sel parenkim pada hati yang menempati sekitar 80 dari volume hati. Eikenberry et al. 2010 telah mengembangkan model BVIM tetapi dengan beberapa perubahan. Perubahan ini dimaksudkan agar lebih sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya, terutama pada pertumbuhan hepatosit yang menggunakan fungsi logistik. Pada tulisan ini akan direkonstruksi pembentukan model HBV yang dimodelkan oleh Eikenberry et al. Selanjutnya dilakukan analisis kestabilan di sekitar titik tetap modelnya. Pertama, ditentukan titik tetap dari model, kemudian dilakukan pelinearan terhadap model tersebut. Selanjutnya ditentukan nilai eigen untuk menganalisis kestabilan titik tetapnya. Untuk titik tetap yang tidak dapat dicari solusinya dengan menggunakan pelinearan, maka dicari dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisis dinamika di sekitar titik asal menggunakan transformasi tertentu.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. Merekonstruksi ulang pembentukan model BVIM yang dikembangkan oleh Eikenberry et al. 2010 dan analisis dinamikanya. 2. Menjelaskan dinamika solusi model dengan memilih parameter model untuk mengetahui suatu infeksi virus dapat menghilang atau tidak. 3. Menunjukkan terjadinya bifurkasi Hopf pada model infeksi virus Hepatitis B dengan pertumbuhan hepatosit yang bersifat logistik.

1.3 Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini terdiri atas empat Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi landasan teori yang menjadi konsep dasar dalam penyusunan pembahasan. Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai model infeksi virus hepatitis B dengan pertumbuhan hepatosit yang bersifat logistik, penentuan titik tetap model, analisis kestabilan, dan simulasi model. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan karya ilmiah ini. II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 2.1.1 Sistem Persamaan Diferensial Linear Misalkan suatu sistem persamaaan diferensial biasa dinyatakan sebagai ̇ dengan adalah matriks koefisien berukuran dan adalah vektor konstan. Sistem persamaan 2.1 dinamakan sistem persamaan diferensial biasa linear orde satu. Jika , maka sistem persamaan 2.1 dikatakan homogen, dan jika , maka sistem persamaan 2.1 dikatakan takhomogen. Tu 1994 Definisi 2.1.2 Sistem Persamaan Diferensial Mandiri Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai ̇ 2.2 dengan merupakan fungsi kontinu bernilai real dari dan mempunyai turunan parsial kontinu. Sistem persamaan 2.2 disebut sistem persamaan diferensial biasa mandiri autonomous karena fungsi tidak memuat secara eksplisit. Tu 1994

2.2 Titik Tetap

Tinjau persamaan diferensial 2.2. Jika titik memenuhi , maka titik disebut titik tetap, atau titik kritis atau titik kesetimbangan. Verhulst 1990

2.2.1 Titik Tetap Stabil

Misalkan adalah titik tetap SPD mandiri 2.2 dan adalah solusi yang memenuhi kondisi awal dengan . Titik dikatakan titik tetap stabil, jika untuk sebarang radius terdapat sehingga jika posisi awal memenuhi | | , maka solusi memenuhi | | untuk . Verhulst 1990 2.2.2 Titik Tetap Tak Stabil Misalkan adalah titik tetap SPD mandiri 2.2 dan adalah solusi yang memenuhi kondisi awal dengan . Titik dikatakan titik tetap tak stabil jika terdapat radius sehingga jika posisi awal memenuhi | | untuk sebarang, maka solusi memenuhi | | untuk paling sedikit satu . Verhulst 1990

2.2.3 Titik Tetap Stabil Lokal Asimtotik

Titik tetap dikatakan titik tetap stabil lokal asimtotik jika titik tetap stabil dan terdapat sedemikian sehingga jika | | , maka . Szidarovsky Bahill 1998

2.2.4 Titik Tetap Stabil Global Asimtotik

Titik tetap dikatakan titik tetap stabil global asimtotik jika titik tetap stabil dan , maka . Szidarovsky Bahill 1998

2.3 Pelinearan

Misalkan diberikan SPD taklinear sebagai berikut: ̇ dengan . Jika uraian Taylor digunakan di sekitar titik tetap , maka persamaan 2.4 dapat dituliskan sebagai berikut: ̇ Persamaan 2.4 merupakan SPD taklinear dengan matriks Jacobi yang dinyatakan sebagai berikut: [ ] Suku berorde tinggi dan memenuhi sehingga pada persamaan 2.3 disebut pelinearan dari sistem persamaan 2.3. Jadi, sistem linear dari persamaan 2.3 adalah ̇ . Tu 1994

2.4 Nilai Eigen dan Vektor Eigen