Pengaruh Curah Hujan dan Suhu Terhadap Kepadatan Larva

32 Bila dinyatakan dalam persentase, kesukaan nyamuk Aedes spp. terhadap warna wadah untuk bertelur tertinggi berturut-turut adalah wadah berwarna biru 38,4, abu-abu 31,8 dan putih 25 Tabel 2. Lounibos et al. 1993 dalam penelitiannya menggunakan ketiak daun Heliconia caribaea dan Aechmea yang diberi genangan air untuk mengetahui kesukaan warna wadah yang sering digunakan nyamuk bertelur menyimpulkan bahwa nyamuk tidak mempunyai kesukaan khusus pada jenis warna tertentu dalam meletakkan telur ovoposition. Perbedaan hasil yang diperoleh kemungkinan karena penelitian Lounibos et al. 1993 dilakukan di luar rumah outdoor pada semua jenis nyamuk, sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pengamatan baik di luar maupun di dalam rumah dan khusus terhadap jenis nyamuk Aedes spp. Tabel 2 Kesukaan warna wadah untuk bertelur nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda pada bulan Desember 2010 – Maret 2011. Warna wadah Jumlah wadah diamati Jumlah wadah dengan larva Kesukaan nyamuk terhadap warna wadah untuk bertelur Abu-abu 85 27 31,8 Biru 125 48 38,4 Putih 108 27 25

4.5 Pengaruh Curah Hujan dan Suhu Terhadap Kepadatan Larva

Menurut Bentley Day 1989 peletakan telur nyamuk Aedes spp. dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti curah hujan, kelembaban, suhu, dan kecepatan angin. Fluktuasi angka CI pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus selama bulan Desember 2010 – Maret 2011 memiliki pola yang berbeda Gambar 10. 33 Gambar 10 Angka CI Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan data curah hujan di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Desember 2010 – Maret 2011. Gambar 11 Angka CI Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan data suhu udara di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Desember 2010 – Maret 2011. Angka CI pada Ae. aegypti mula-mula cukup tinggi pada bulan Desember 2010 yaitu 22,05 sedikit meningkat pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar 25,88, kemudian menurun tajam pada bulan Februari – Maret 2011 yaitu 10 20 30 40 50 60 70 5 10 15 20 25 30 Desember Januari Februari Maret In d e x C u ra h H u ja n m m C o n ta in e r In d e x Waktu Pengamatan Ae. aegypti Ae. albopictus ICH 25,4 25,6 25,8 26 26,2 26,4 26,6 26,8 27 27,2 5 10 15 20 25 30 Desember Januari Februari Maret S u h u U d a ra °C C o n ta in e r In d e x Waktu Pengamatan Ae. aegypti Ae. albopictus suhu 34 berturut-turut 11,54 dan 7,25. Grafik hubungan antara curah hujan dan angka CI pada kedua jenis nyamuk tersebut Gambar 10 berfluktuasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antara curah hujan dan angka CI pada nyamuk Ae. aegypti memiliki koefisen korelasi Spearman ρ = 0,6 dan tidak berkorelasi secara nyata P 0,01. Tempat perkembangbiakan larva Ae aegypti yang umumnya berada di dalam rumah tidak dipengaruhi oleh curah hujan. Pola perubahan CI pada Ae. albopictus terlihat sejalan dengan pola perubahan curah hujan. Hal ini kemungkinan disebabkan tempat perkembangbiakan larva Ae. albopictus lebih banyak terdapat di luar rumah dan di bawah sehingga larva relatif mudah hanyut karena air hujan. Namun, uji statistik menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi Spearman antara curah hujan dan angka CI pada Ae. albopictus tersebut, yaitu 0,8 yang tidak berkorelasi nyata P 0,01. Grafik suhu dan angka CI pada kedua jenis nyamuk Gambar 11 menujukkan pola yang berfluktuasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI pada nyamuk Ae. aegypti memiliki koefisen korelasi Spearman ρ = 0 dan tidak berkorelasi secara nyata P 0,01. Suhu dalam penelitian ini adalah suhu makro Kota Bogor yang diperoleh dari BMKG Darmaga sehingga kemungkinan dapat berbeda dengan suhu aktual di lokasi penelitian. Menurut Akram Jin 2004 secara umum kisaran suhu udara pada 19 – 27 o C merupakan suhu lingkungan yang sangat disenangi nyamuk Ae. albopictus untuk bertelur sehingga masih merupakan suhu ideal bagi nyamuk untuk bertelur yang diperlihatkan oleh angka CI yang cukup tinggi. Namun, hasil uji statistik Spearman menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI pada Ae. albopictus memiliki koefisien korelasi negatif ρ yang kuat, yaitu -1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI berkorelasi secara nyata P 0,01. Hal tersebut berarti semakin tinggi suhu di atas 25,5 o C angka CI Ae. albopictus makin menurun. 35

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN