Penggunaan SIG dalam Penentuan Satuan Lahan

5.2 Penggunaan SIG dalam Penentuan Satuan Lahan

Pada penelitian ini satuan lahan diperoleh dari hasil tumpang tindih antara data topografi peta kelas lereng dan peta administrasi, peta tanah dengan sumber peta sistem lahan landsystem, dan peta curah hujan. Peta curah hujan dibuat dari data curah hujan rata-rata Kabupaten Bogor. Curah Hujan di Kabupaten Bogor memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga dominan dikelaskan menjadi sesuai marginal dan tidak sesuai, namun hal tersebut dapat diatasi dilapangan oleh masyarakat seperti membuat saluran air dan penanaman didaerah yang relatif bergelombang. Didalam penelitian ini peta jenis tanah dibuat dari peta sistem lahan yang mengandung informasi mengenai jenis tanah dan analis menggunakan jenis tanah yang dominan. Peta sistem lahan yang digunakan memiliki skala 1:250.000 dengan sumber data berasal dari Peta RePPProt di produksi oleh ODA UK dan Departemen Transmigrasi RI, untuk pengembangan daerah transmigrasi. Gabungan dari keempat peta ini menghasilkan data berupa data spasial dan data atribut berupa satuan lahan dari kualitas fisik lahan. Informasi pada peta satuan lahan berupa data kemiringan lereng, jenis tanah, sistem lahan dan batas administrasi sampai tingkat desa. Kemudian satuan lahan digabungkan dengan data titik sampel, sedangkan didalam titik sampel sendiri terdapat data kesuburan tanah yang terdiri dari sifat fisik dan kimia tanah sehingga membentuk peta Satuan Lahan Homogen SLH. Sedangkan data yang tidak memiliki data titik sampel dari kesuburan tanah disebut sebagai Satuan Lahan tidak Homogen SLtH. Daerah titik sampel dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Data pada peta satuan lahan digunakan sebagai informasi untuk pengambilan keputusan dalam kesesuaian lahan. Satuan lahan homogen memiliki luasan sebesar 0.19 dan satuan lahan tidak homogen luasannya sebesar 99.81. Dan hal tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Gambar peta satuan lahan dapat dilihat pada Gambar 11.

5.3 Kesesuaian Lahan