2. Alat yang digunakan terdiri dari peralatan laboratorium yang terdiri dari : o
Perangkat Keras : Separangkat komputer, GPS dan printer. o
Perangkat lunak : Arc View GIS 3.2, Erdas Imagine8.6, dan Microsoft office
.
4.3. Metode Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian menggunakan Sistem informasi Geografis terdiri dari dua tahap yaitu tahap pengumpulan data, dan analisis data.
4.3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ditujukan untuk mendapat informasi kondisi umum lokasi penelitian dan karakteristik tanaman obat. Data yang dikumpulkan berupa
peta topografi, peta sistem lahan, citra satelit Landsat ETM + 7, dan data curah hujan. Selain itu juga terdapat data tanah dan biokimia dari sampel tanah.
4.3.2. Analisis data
Analisis data dibagi ke dalam lima bagian utama yaitu bagian analisis citra landsat, analisis data topografi, analisis sistem lahan, analisis curah hujan, dan
analisis kesesuaian lahan. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa tahapan.
4.3.2.1. Analisis Citra Landsat
Analisis ini secara umum dilakukan dengan menggunakan software Erdas Imagine 8.6
. Kegiatan utama yang dilakukan pada analisis citra digital adalah koreksi geometrik, klasifikasi, dan pengecekan lapang. Koreksi
geometrik dilakukan dengan cara menyesuaikan koordinat suatu daerah yang sama antara citra yang telah terkoreksi dengan citra yang belum terkoreksi.
Semakin banyak dan merata titik kontrol maka akan semakin baik hasil koreksi geometriknya. Pada penelitian ini tidak dilakukan koreksi geometrik
karena citra yang ada telah terkoreksi geometriknya. Klasifikasi citra dilakukan dengan metode klasifikasi kemiripan
maksimum Maximum Likehood Clasification. Dalam metode ini training set area
yang mirip dengan area lainnya akan dijadikan dalam satu kelas. Oleh karena itu kualitas training set area yang dibuat akan sangat berpengaruh pada
hasil klasifikasi penggunaan lahan. Untuk hasil yang lebih baik maka setelah klasifikasi kemudian dilakukan recoding citra, focal majority, dan fill citra.
Proses terakhir yang dilakukan adalah pengecekan lapang. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kesalahan hasil klasifikasi dan mengecek
kebenaran pada lokasi yang masih meragukan. Pada penelitian ini cek lapang lebih ditujukan untuk mencari area kebun jambu biji, dan area kebun jambu
biji dominan terdapat pada penggunaan lahan kebun campuran.
4.3.2.2. Analisis Data Topografi
Analisis ini dilakukan untuk mempersiapkan peta administrasi dan peta kelas lereng dengan menggunakan perangkat lunak Arc view 3.2.
• Peta administrasi Kabupaten Bogor
Dilakukan dengan menggunakan metode dissolve untuk mendapatkan batas kecamatan berdasarkan peta topografi
Kabupaten Bogor. •
Peta Kelas Lereng Dalam pembuatan peta kelas lereng terdapat beberapa
tahap. Pertama perlu dilakukan pengaktifan extension spatial analyst, 3D analyst
dan Model Builder. Kemudian data topografi berupa garis kontur diubah menjadi Model Elevasi Digital Digital
Elevation Model DEM sehingga terlihat bentukan tiga dimensi
Kabupaten Bogor Hal ini dapat dilihat pada gambar 3. Proses DEM tersebut dilakukan dengan menggunakan metode TIN
Triangulated Irrregular Network dengan memilih Surface-Create TIN from features
kemudian masukkan interval kontur sebagai height source
. Setelah itu data dari bentuk TIN dikonversikan menjadi
bentuk Grid dengan cara pilih Theme Convert to Grid. Konversi data tersebut merupakan proses perubahan data spasial yang
berbentuk titik, garis dan poligon kedalam bentuk susunan sel yang mempunyai nilai. Kemudian gunakan Model Builder - Add Process
- Terrain – slope untuk menentukan interval kelas kemiringan lereng yang akan digunakan.
Gambar 3. Peta Digital Elevation Model Kabupaten Bogor
Peta kelas lereng yang akan digeneralisasi harus diubah terlebih dahulu dari bentuk Grid menjadi shapefile, dengan cara
pilih Theme Convert to Shapefile kemudian edit peta lereng sesuai dengan kelas kemiringan lerengnya. Peta Kelas lereng dapat
dilihat pada Gambar 4.
4.3.2.3.Analisis Sistem Lahan
Analisis sistem lahan dilakukan untuk mempersiapkan peta jenis tanah dengan data attribut yang disediakan berupa jenis tanah, rata-rata suhu tahunan
C, elevasi m dpl, bulan basah 200 mm dan bulan kering 100 mm. Analisis ini menggunakan metode dissolve untuk mendapatkan jenis tanah
berdasarkan peta sistem lahan Kabupaten Bogor. Pada wilayah Kabupaten Bogor terdapat sembilan jenis tanah dan yang dominan ditemui, yaitu
Dystropepts, Paleudults, Eutropepts dan Dystrandepts. Hal ini dapat kita lihat pada Gambar 5.
Gambar 4. Peta Kelas Lereng Kabupaten Bogor 4.3.2.4. Analisis Curah Hujan
Analisis curah hujan dalam penggunaannya sangat berkaitan erat
dengan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan atau dapat dikatakan sebagai faktor pembatas untuk tanaman jambu biji. Analisis ini lebih difokuskan pada
pembuatan peta curah hujan dengan menggunakan software Arc View 3.3 dan terdapat dua metode dalam analisis ini yaitu dengan metode poligon Thiessen
dan Interpolasi Titik. Menurut Baba Barus dan U.S. Wiradisastra, 2000 Poligon Thiessen
atau Voroni atau Dirichlet mendefinisikan daerah-daerah yang dipengaruhi sesamanya oleh sekelompok titik-titik. Data dari stasiun penakar curah hujan
merupakan contoh khas keadaan ini. Hal ini merupakan pendekatan pengembangan data titik yang diasumsikan bahwa informasi terbaik untuk
lokasi yang tanpa pengamatan adalah nilai dari lokasi terdekat dari titik tersebut.
Gambar 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bogor
Oleh karena itu sebelum pembuatan peta curah hujan terlebih dahulu kita membuat point yang berisikan koordinat masing-masing stasiun curah
hujan yang ada di Kabupaten Bogor. Kemudian aktifkan terlebih dahulu Extension BAPDEDAL Tool
, setelah itu pilih Spatial Model Utility, dan Make Thiessen Polygon
untuk mengubah data titik menjadi poligon Thiessen. Peta curah hujan menggunakan poligon Thiessen dapat dilihat pada Gambar 6.
Interpolasi adalah prosedur untuk menduga nilai-nilai yang tidak diketahui dengan menggunakan nilai yang diketahui pada lokasi yang
berdekatan. Titik-titik yang berdekatan bertetangga tersebut dapat berjarak teratur atau tidak.
Program-program interpolasi untuk menduga nilai yang tidak diketahui cukup banyak, namun pada penelitian ini dilakukan dengan metode Inverse
Distance Weighted IDW. Hal ini dikarenakan keunggulan metode tersebut
dalam hal membuat batasan interval, sehingga klasifikasi data curah hujan dapat sesuai dengan parameter yang diinginkan.
Gambar 6. Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan Kabupaten Bogor
Sama seperti poligon Thiessen pembuatan interpolasi titik juga menggunakan point yang berisikan koordinat masing-masing stasiun curah
hujan yang ada di Kabupaten Bogor dan wilayah sekitarnya. Setelah point diaktifkan kemudian kita aktifkan juga Model Builder, dengan operasi pilihan
menu add process – data conversion – point interpolation, dan dalam proses masukkan interval sesuai dengan data curah hujan yang dibutuhkan. Peta
curah hujan menggunakan interpolasi titik dapat dilihat pada Gambar 7.
4.3.2.5. Analisis Kesesuaian Lahan