1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang dijalankan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan dalam bidang akademis; yaitu diharapkan bahwa penelitian ini
dapat dijadikan sumbangan untuk mengembangkan Ilmu pemerintahan yang khususnya Ilmu Pemerintahan dalam kajian pengawasan pemerintah untuk
menciptakan terlaksananya penyaluran beras miskin yang efektif. 2. Kegunaan bagi penulis sendiri; yaitu dengan adanya penelitian ini dapat
menambah pengetahuan bagi peneliti dalam kajiannya mengenai pengawasan pemerintah dalam penyaluran raskin.
3. Kegunaan bagi pemerintah; yaitu bagaimana dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberi pemasukan bagi Pemerintah Kota Bandung dalam
usahanya untuk meningkatkan kualitas pengawasan dalam hal penyaluran beras miskin.
4. Kegunaan bagi masyarakat luas; yaitu bagaimana hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat dalam memahami
pengawasan yang dijalankan oleh pemerintah dalam penyaluran raskin.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam menjalankan proses pengawasan dilakukan oleh pihak Pemerintah, dimana Menurut Talidziduhu Ndaraha bahwa pemerintahan secara etimologi berasal dari kata
kerja bahasa Inggris “govern” memerintah berasal dari kata latin “gubernare” atau gerik “kybernan” artinya mengemudikan. Kata bendanya adalah governance Latin :
guberntia menunjukkan metode sistem pengemudian atau manajemen organisasi 2000 : 71. Sedangkan Menurut Osborn mengatakan bahwa pengertian pemerintah
dalam arti yang luas yaitu: “keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan pengelolaan urusan publik yang dilakukan oleh aparatur negara, yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan negara yang telah ditentukan” 1997 : 3. Sedangkan pengertian pemerintah yang lain adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah berarti melakukan pekerjaan menyeluruh, yang berarti bahwa didalamnya terdapat dua pihak yaitu pemerintah yang memiliki wewenang
dan yang diperintah yaitu yang memiliki kepatuhan akan keharusan. 2. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah yang berarti badan
yang melakukan kekuasaan memerintah. 3. Setelah ditambah lagi dengan akhiran “an” maka menjadi pemerintahan,
yang berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tadi.
Dalam Syafie, 2001 : 4. Pengertian pemerintah oleh Samuel Edward hampir sama dalam mengartikan
pemerintahan seperti yang dikatakan oleh David Osborne bahwa pemerintah sebagai pelaksana kegiatan urusan publik tetapi yang dikatan oleh Samuel mengartikan kata
goverment sebagai public servant, yakni pelayan publik. Ia menyimpulkan bahwa kata government dapat memiliki arti:
1. Menunjuk pada kegiatan atau proses memerintah, yakni melakukan kontrol atas pihak lain;
2. Menunjuk pada masalah-masalah negara dalam kegiatan atau proses dijumpai;
3. Menunjukkan cara, merode, atau sistem masyarakat tertentu diperintah dalam Rosidin, 2010 : 21
Utang Rosidin mengatakan bahwa pemerintah dapat diartikan sebagai : ”sebagai keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi. Dalam
organisasi negara, pemerintah sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan
yudikatif, dan jabatan suprastruktur lainnya” 2010 : 22
Dengan demikian yang dikatakan oleh Rosidin pemerintah dapat diartikan seluruh kesatuan jabatan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun suprastruktur
lainnya dalam organisasi suatu negara sehingga pengertian dari Rosidin dapat menambahkah pengertian yang dikemukakan oleh para ahli lain.
Selanjutnya adalah pengertian dari pengawasan itu sendiri, menurut Robert J. Moekler memberikan definisi mengenai pengawasan yaitu:
“Managemen control is a systemic effort to set performance standars with planning objectives, to design information feedback system to compare actual
performance with these predetermined standards, to determine whether are any deviations and to measure their significance, and to take any action
required to assum that all corporate resources are being used in the most effective andefficient way possible in achieving corporate objetctives”.
Pengawasanpengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem
umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang
sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan”. dalam Siswanto,2007:139-140
Stephen P. Robbins and Mary Coulter mengartikan pengawasan sebagai berikut: “Controling is the process of monitoring, comparing, and correcting work
performance” Pengawasan adalah proses memonitoring, membandingkan dan mengkoreksi kinerja. 2007 : 556
Sementara pengertian lain dari pengawasan dari Siagian mengatakan bahwa pengawasan yaitu “proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”. 2007 : 112
Dalam upaya melaksanakan pengawasan maka akan tercapai berbagai sasaran yang diinginkan. Siagian mengatakan bahwa sasaran-sasaran yang ingin dicapai
dalam rangka pengawasan adalah sebagai berikut: 1. Bahwa melalui pengawasan, pelaksanaan tugas-tugas yang telah
ditentukan berjalan sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam rencana.
2. Bahwa struktur serta hierarki organisasi sesuai dengan pola yang telah ditentukan dalam rencana.
3. Bahwa sseseorang sungguh-sungguh ditempatkan sesuai dengan bakat, keahlian dan pendidikan, serta pengamalannya dan bahwa usaha
pengembangan keterampilan bawahan dilaksanakan secara berencana, kontinu dan sistematis.
4. Bahwa penggunaan alat-alat diusahakan agar sehemat mungkin. 5. Bahwa sitem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis
kebijakan yang telah tercermin dalam rencana.
6. Bahwa pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan rasional, dan tidak atas
dasar personal likes and dislike. 7. Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan atau penyelewengan dalam
penggunaan kekuasaan, kedudukan dan terutama keuangan. 2007 : 133
Selain fungsi dan sasaran yang ingin dicapai pengawasan juga memiliki sifat- sifat sebagai berikut:
1. Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana
tugas-tugas dijalankan dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain, seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem, dan
prosedur kerja, struktur organisasi dan faktor-faktor psikologis seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.
2. Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-
penyimpangan dan penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.
Siagian, 2007 : 14. Dalam menjalankan pengawasan ada beberapa tahapan yang perlu dilalui
yaitu, Silalahi mengemukakan empat tahapan penting tersebut yaitu : 1. Tetapkan standar
2. Monitor dan ukuran kinerja 3. Bandingkan hasil kinerja aktual dan standar
4. Ambil tindakan perbaikan dan buat penyesuaiannya. 2002 : 396
Sedangkan Siswanto juga memberikan pandangannya mengenai empat langkah yang harus dijalankan dalam melakukan pengawasan yaitu:
1. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja establish standar and methods of measuring performance penetapan standar dan
metode bisa mencakup target, catatan kehadiran dan keamanan pekerja.
2. Mengukur kinerja measure the performance langkah mengukur kinerja merupakan proses yang berlanjut dan repentitif dengan frekuensi aktual
bergantung pada jenis aktifitas yang sedang diukur. 3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar compare the performance
match with the standard membandingkan hasil yang telah diukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila kinerja ini sesuai dengan
standar, manajer berasumsi bahwa segala sesuatu telah berjalan secara terkendali.
4. Mengambil tindakan perbaikan, tindakan ini dilakukan manakala kinerja rendah di bawah standar dan analisis menunjukkan perlunya diambil
tindakan. 2007:140
Siswanto membagi pengawasan menjadi tiga macam jika melihat dari pelaksanaanya yaitu:
1. Sistem Pengawasan Umpan Balik. Sistem pengawasan umpan balik beroprasi dengan pengukuran beberapa aspek proses yang sedang
dikendalikan dan perbaikan proses apabila ukuran menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Sistem
pengawasan umpan balik biasanya terdiri atas lima komponen berikut: a. Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
b. Karakteristik
proses yang
merupakan subjek
pengawasanpengendalian c. Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik
d. Serangkaian standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan evaluasi e. Pengatur yang fungsinya untuk mengambil tindakan untuk adaptasi.
2. Sistem Pengawasan Umpan Maju, yaitu salah satu kelemahan utama sistem pengawasan umpan balik adalah bahwa sistem tersebut tidak
memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti. Dampaknya penyimpangan yang memakan biaya besar
dapat berlangsung terus atau semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengawasan pengendalian
umpan maju dengan maksud untuk bertindak secara langsung pada permasalahan tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan
tersebut terjadi lagi. Komponen sistem pengawasan umpan maju sama halnya dengan sistem pengawasan umpan balik.
3. Sistem Pengawasan Pencegahan yaitu adalah kebijakan dan prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses pengawasan intern organisasi.
Manajer dapat mengimplementasikan pengawasan sebelum pekerjaan dimulai, ketika pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai.
2007 : 143-145 Dalam melakukan pengawasan akan terlihat beberapa karakteristik yang
penting dalam menentukan tidaknya pengawasan tersebut efektif atau tidak seperti yang dikemukakan oleh Siswanto bahwa karakteristik pengawasan yang efektif
adalah sebagai berikut: 1. Akurat accurate yaitu informasi atas kinerja harus akurat.
2. Tepat waktutimely yaitu informasi harus dihimpun, diarahkan dan segera dievaluasi jika akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna
menghasilkan perbaikan. 3. Objektif dan komprehensif objektive and comprehensible yaitu informasi
dalam suatu sistem pengawasanpengendalian harus mudah dipahami dan diangga objektif oleh individu yang menggunakannya. Makin objektif
suatu pengawasanpengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang diterima,
demikian pula sebaliknya, sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan bias yang tidak perlu dan kebingungan atau frustasi
diantara para karyawan.
4. Dipusatkan pada tempat pengawasanpengendalian startegis focused on strategic control points yaitu sistem pengawasanpengendalian startegis
sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar, atau yang akan menimbulkan kerugian
yang paling besar. Selain itu, sistem pengawasanpengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat dimana tindakan perbaikan dapat
dilaksanakan seefektif mungkin.
5. Secara ekonomi realistik economically realistic yaitu pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminim mungkin terhindar dari
pemborosan yang tidak berguna. 6. Secara organisasi realistik organizationally realistic yaitu sistem
pengawasanpengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi
7. Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi coordinating with the organization’s work flow yaitu informasi pengawasanpengendalian perlu
untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk
menerimanya.
8. Fleksibel flexible yaitu pada setiap organisasi pengawasanpengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa sehingga
organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.
9. Peskriptif dan operasional prescriptive and operational yaitu pengawasanpengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan
perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan
ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
10. Diterima para anggota organisasi accepted by organization members yaitu agar sistem pengawasanpengendalian dapat diterima oleh para
anggota organisasi, pengawasanpengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus
mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.
2007 : 149-150 Sedangkan di sini akan dikemukakan pengertian efektifitas dari para ahli
yaitu seperti yang diungkapkan oleh Siagian 1988 : 151 bahwa pengertian efektifitas ialah:
“Efektif dapat diartikan pencapaian tujuan suatu usaha atau kegiatan berencana, dapat diselesaikan tepat pada waktu dengan target yang telah
ditentukan, sedangkan yang dimaksud dengan efektivitas mengandung pengertian suatu kegiatan yang dilaksanakan selalu dapat diselesiakan sesuai
dengan target yang telah ditentukan”. dalam Samiran, 2008 : 36
Sama seperti yang diungkapkan oleh Siagian bahwa efektifitas pada intinya adalah adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan target Handayaningrat
mengemukakan hal yang sama yaitu: “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya, bila sasaran atau tujuan yang telah tercapai sesuai dengan yang telah tercapai sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka pekerjaan itu tidak
efektif”. dalam Samiran, 2008 : 35
Pengertian efektivitas dari para ahli lain, seperti yang dikemukakan oleh Drucker dalam Krisdarto adalah sebagai berikut:
“Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisien adalah melakukan hal dengan benar”. Efektivitas berarti sejauhmana kita mencapai
sasaran dan efisien berarti bagaimana kita mencampur sumber daya ecara cermat. Efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan sumber
daya input, tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan
atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Tetapi yang paling parah adalah tidak efisien juga tidak efektif, artinya ada pemborosan sumber daya tanpa
mencapai sasaran atau penghambur-hamburan sumber daya”. dalam Samiran, 2008 : 35
Dari beberapa pemikiran tersebut penulis menyusun anggapan dasar sebagai berikut:
1. Pemerintah berarti sebuah organisasi tertinggi yang melakukan proses memerintah, kegiatan dalam urusan publik dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. 2. Pengawasan berarti melakukan proses monitoring dan pengkoreksian
agar tercapainya standar kinerja yang telah ditetapkan 3. Pengawasan pemerintah berarti pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap berbagai program yang dijalankan 4. Penyaluran raskin yang efektif berarti pendistribusian raskin terhadap
masyarakat sesuai waktu penyaluran atau tepat waktu pengiriman, tepat kualitas, tepat harga, tepat sasaran.
Berdasarkan anggapan dasar tersebut disusun preposisi sebagai berikut yaitu bahwa agar tercipta pengawasan penyaluran raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota
Bandung yang baik, Pemerintah Kota Bandung harus melakukan tindakan sebagai berikut: menetapkan standard an metode kinerja,mengukur kinerja, membandingkan
kinerja sesuai dengan standard an mengambil tindakan perbaikan .Untuk memudahkan penelitian ini, penulis menyusun model kerangka berfikir sebagai
berikut:
1. JOL 1.
Gambar 1.1 Model Penelitian
Sumber : Olahan Penulis,2013 Langkah –langkah dalam
menjalankan pengawasan: 1. Menetapkan standar dan
metode untuk pengukuran kinerja
2. Mengukur kinerja 3. Membandingkan kinerja
sesuai dengan standar 4. Mengambil tindakan
perbaikan Siswanto,2007:140
Tercapainya penyaluran raskin yang tepat sasaran,
tepat waktu, tepat harga, dan tepat kualitas dan
kuantitas
dan tepat administrasi.
Penyaluran raskin tidak tepat kuantitas, dan kualitas
di Kecamatan Ujung Berung.
Pengawasan Pemerintah Kota Bandung dalam Penyaluran
Raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Tahun
2012
1.6 Metode Penelitian