BAB I Pengawasan Pemerintah Kota Bandung Dalam Penyaluran Raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Tahun 2012

(1)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kebutuhan akan pangan sangat penting bagi kehidupan, sehingga ketersediaan akan pangan harus diperhatikan baik oleh individu masing-masing maupun maupun oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di negara. Dengan terwujudnya kebutuhan pangan yang baik bagi masyarakat dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan juga dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Jika kebutuhan pangan mengalami permasalahan dimana suatu negara tidak dapat menjamin ketahanan pangan yang ada di dalam negaranya, maka yang akan terjadi adalah meningkatnya penurunan kualitas gizi masyarakat karena kekurangan asupan gizi yang diperoleh dari pangan sehingga dapat menimbulkan bencana kelaparan dan dapat dijadikan salah satu faktor pendukung runtuhnya keberadaan suatu bangsa karena bukan hanya perang yang dapat meruntuhkan suatu negara tetapi kelaparan masal di masyarakat pun dapat dijadikan faktor penghancur di suatu negara, ini dapat dicontohkan seperti yang terjadi di negara-negara Afrika yang memang masih tergolong miskin dan juga maraknya perang saudara yang terjadi akibat konflik intern.

Pemerintah dalam memandang kebutuhan pangan bagi masyarakat harus dijadikan prioritas utama dalam mendukung usaha pembangunan bangsa. Oleh sebab itu kebutuhan pangan bagi masyarakat sangat penting diperhatikan sehingga


(2)

pemerintah harus dapat menjaga pasokan maupun ketersediaan pangan tersebut bagi masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah dan miskin karena memang negara Indonesia masih memliki penduduk yang dominan di bawah garis kemiskinan. Mengenai tugas pemerintah dalam mengurusi pangan terhadap masyarakat tercantum pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 dan yang terbaru adalah Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam pasal 1 Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Masih menurut pasal 1 tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yangtercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Oleh karenanya pangan yang dihasilkan oleh produksi dalam negeri harus cukup menutupi kebutuhan bagi masyarakat dimana di sini harus adanya asas keadilan yaitu seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati produksi pangan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dan juga pangan yang disediakan oleh pemerintah harus memiliki kualitas bahan


(3)

pangan yang baik pula sehingga dapat meningkatkan kualitas gizi bagi masyarakat banyak dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Dalam memenuhi kebutuhan pangan warga miskin, pemerintah telah mengeluarkan program raskin. Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Melalui sebuah kajian ilmiah, penamaan RASKIN menjadi nama program diharapkan akan menjadi lebih tepat sasaran dan mencapai tujuan RASKIN(dikutip dari www.bulog.co.id ).

Pelaksanaan program ketahanan di Kota Bandung dijalankan oleh Unit Kerja Bagian Ketahanan Pangan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dan sesuai dengan tugas yang diebannya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2007 adalah melaksanakan penanganan dan penyaluran pangan terhadap masyarakat miskin rawan pangan dan juga melaksanakan program raskin di Kota Bandung. Masyarakat miskin yang mendapatkan jatah beras miskin dapat disebut RTSPM (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) yang telah dicatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik).


(4)

Dalam menjalankan penyaluran raskin di Kota Bandung, ternyata masih ada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa oknum petugas penyalur raskin itu sendiri, seperti yang diberitakan dalam situs Pikiran Rakyat pada Rabu 23/05/2012 yaitu Masih ada daerah di Kota Bandung yang menjual beras miskin (raskin) dengan harga lebih besar dari yang ditetapkan, yaitu Rp 1.000 per kilogram. Hal itu dikeluhkan oleh warga. Salah seorang warga RW 2, Kelurahan Palasari, Kec. Cibiru, Kota Bandung, Urip (36), mengeluhkan tentang harga raskin di wilayahnya yang harus ditebus dengan harga Rp 3.000 per kilogram."Setiap bulan, petugas RT atau RW keliling ke rumah warga untuk menanyakan apakah ada yang ingin membeli raskin, kemudian ditawarkan dengan harga Rp 3.000 per kilo. Kalau sedang ada uang, kami membeli, kalau tidak ada uang ya tidak membeli," ucap Urip kepada "PRLM", Selasa (22/5/2012).(dikutip dari :www.Pikiran Rakyat.com). selanjutnya seperti yang diberitakan dalam situs Tribun Jabar bahwa beras miskin (raskin) kembali dijual kepada masyarakat yang seharusnya digratiskian karena sudah dibayar APBD Kota Bandung. Kali ini yang menjual raskin di RW 07 Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar dengan harga Rp 3.000/kg. Warga berdatangan membawa kupon raskin dengan tulisan Rp 3.000 sebanyak 3 kg. Ma Odah (60) mendapat kupon satu malah merasa senang mendapat 3kg beras hanya dibeli Rp 3000 karena sebelumnya 3kg dibeli 7.500(dikutip dari www.Tribun Jabar.com). sehingga dengan munculnya beberapa penyimpangan yang terjadi di wilayah Kota Bandung dalam hal penyaluran raskin membuktikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung belum terlaksana dengan baik sehingga dimungkinkan bahwa di daerah


(5)

Kecamatan Ujung Berung pun mengalami hal yang sama seperti di Kelurahan Pasanggrahan mengemukakan bahwa hasil beras raskin ada perbaikan dari segi kualitas, namun dari segi kuantitas belum mencapai hasil yang baik. Ditambah penduduk miskin bertambah dan permintaan beras raskin pun bertambah. Sehingga beberapa permasalahan diatas disebabkan oleh kurang baiknya penerapan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal penerapan pengawasan yang baik dapat dijalankan dengan empat tahap yaitu penerapan standar, mengukur kinerja pengawasan, membandingkan kinerja sesuai dengan standar dan adanya tindakan perbaikan.

Berangkat dari beberapa permasalahan tersebut penelitian ini memfokuskan terhadap pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam hal ini adalah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. dalam hal ini, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Pengawasan Pemerintah Kota Bandung dalam pendistribusian beras miskin untuk mencapai penyaluran raskin yang efektif di masyarakat Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Adapun judul yang akan diangkat oleh penulis adalah: “Pengawasan Pemerintah Kota Bandung dalam Penyaluran Raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung.”


(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menetapkan standar dan metode pengawasan yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menciptakan penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung?

2. Bagaimana mengukur kinerja pengawasan yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menciptakan penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung?

3. Bagaimana Pemerintah Kota Bandung dalam membandingkan kinerja sesuai dengan standar dalam melakukan pengawasan penyaluran raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung?

4. Bagaimana tindakan perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengevaluasi pengawasan yang dilakukan dalam penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung?


(7)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran Pemerintah Kota Bandung dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyaluran beras miskin yang efektif terhadap warga masyarakat di Kecamatan Ujung Berung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana penetapan standar dan metode pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menciptakan penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana pengukuran kinerja pengawasan yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam upaya menciptakan penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana membandingkan kinerja sesuai dengan standar dalam melakukan pengawasan penyaluran raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengevaluasi pengawasan yang dilakukan dalam penyaluran beras miskin yang efektif di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung


(8)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang dijalankan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan dalam bidang akademis; yaitu diharapkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sumbangan untuk mengembangkan Ilmu pemerintahan yang khususnya Ilmu Pemerintahan dalam kajian pengawasan pemerintah untuk menciptakan terlaksananya penyaluran beras miskin yang efektif.

2. Kegunaan bagi penulis sendiri; yaitu dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam kajiannya mengenai pengawasan pemerintah dalam penyaluran raskin.

3. Kegunaan bagi pemerintah; yaitu bagaimana dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberi pemasukan bagi Pemerintah Kota Bandung dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas pengawasan dalam hal penyaluran beras miskin.

4. Kegunaan bagi masyarakat luas; yaitu bagaimana hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat dalam memahami pengawasan yang dijalankan oleh pemerintah dalam penyaluran raskin.


(9)

1.5 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan proses pengawasan dilakukan oleh pihak Pemerintah, dimana Menurut Talidziduhu Ndaraha bahwa pemerintahan secara etimologi berasal dari kata kerja bahasa Inggris “govern” (memerintah) berasal dari kata latin “gubernare” atau gerik “kybernan” artinya mengemudikan. Kata bendanya adalah governance (Latin : guberntia) menunjukkan metode sistem pengemudian atau manajemen organisasi ( 2000 : 71). Sedangkan Menurut Osborn mengatakan bahwa pengertian pemerintah dalam arti yang luas yaitu: “keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan pengelolaan urusan publik yang dilakukan oleh aparatur negara, yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan negara yang telah ditentukan” ( 1997 : 3).

Sedangkan pengertian pemerintah yang lain adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah berarti melakukan pekerjaan menyeluruh, yang berarti bahwa didalamnya terdapat dua pihak yaitu pemerintah yang memiliki wewenang dan yang diperintah yaitu yang memiliki kepatuhan akan keharusan. 2. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah yang berarti badan

yang melakukan kekuasaan memerintah.

3. Setelah ditambah lagi dengan akhiran “an” maka menjadi pemerintahan, yang berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tadi.

(Dalam Syafie, 2001 : 4).

Pengertian pemerintah oleh Samuel Edward hampir sama dalam mengartikan pemerintahan seperti yang dikatakan oleh David Osborne bahwa pemerintah sebagai pelaksana kegiatan urusan publik tetapi yang dikatan oleh Samuel mengartikan kata


(10)

goverment sebagai public servant, yakni pelayan publik. Ia menyimpulkan bahwa kata government dapat memiliki arti:

1. Menunjuk pada kegiatan atau proses memerintah, yakni melakukan kontrol atas pihak lain;

2. Menunjuk pada masalah-masalah negara dalam kegiatan atau proses dijumpai;

3. Menunjukkan cara, merode, atau sistem masyarakat tertentu diperintah (dalam Rosidin, 2010 : 21 )

Utang Rosidin mengatakan bahwa pemerintah dapat diartikan sebagai :

”sebagai keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi. Dalam organisasi negara, pemerintah sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan yudikatif, dan jabatan suprastruktur lainnya” ( 2010 : 22)

Dengan demikian yang dikatakan oleh Rosidin pemerintah dapat diartikan seluruh kesatuan jabatan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun suprastruktur lainnya dalam organisasi suatu negara sehingga pengertian dari Rosidin dapat menambahkah pengertian yang dikemukakan oleh para ahli lain.

Selanjutnya adalah pengertian dari pengawasan itu sendiri, menurut Robert J. Moekler memberikan definisi mengenai pengawasan yaitu:

“Managemen control is a systemic effort to set performance standars with planning objectives, to design information feedback system to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assum that all corporate resources are being used in the most effective andefficient way possible in achieving corporate objetctives”. (Pengawasan/pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur


(11)

signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan)”. (dalam Siswanto,2007:139-140)

Stephen P. Robbins and Mary Coulter mengartikan pengawasan sebagai berikut: “Controling is the process of monitoring, comparing, and correcting work performance” (Pengawasan adalah proses memonitoring, membandingkan dan mengkoreksi kinerja). ( 2007 : 556)

Sementara pengertian lain dari pengawasan dari Siagian mengatakan bahwa pengawasan yaitu “proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”. ( 2007 : 112)

Dalam upaya melaksanakan pengawasan maka akan tercapai berbagai sasaran yang diinginkan. Siagian mengatakan bahwa sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam rangka pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Bahwa melalui pengawasan, pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditentukan berjalan sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam rencana.

2. Bahwa struktur serta hierarki organisasi sesuai dengan pola yang telah ditentukan dalam rencana.

3. Bahwa sseseorang sungguh-sungguh ditempatkan sesuai dengan bakat, keahlian dan pendidikan, serta pengamalannya dan bahwa usaha pengembangan keterampilan bawahan dilaksanakan secara berencana, kontinu dan sistematis.

4. Bahwa penggunaan alat-alat diusahakan agar sehemat mungkin.

5. Bahwa sitem dan prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis kebijakan yang telah tercermin dalam rencana.


(12)

6. Bahwa pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan rasional, dan tidak atas dasar personal likes and dislike.

7. Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan atau penyelewengan dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan dan terutama keuangan.

( 2007 : 133)

Selain fungsi dan sasaran yang ingin dicapai pengawasan juga memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain, seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem, dan prosedur kerja, struktur organisasi dan faktor-faktor psikologis seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.

2. Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.

(Siagian, 2007 : 14).

Dalam menjalankan pengawasan ada beberapa tahapan yang perlu dilalui yaitu, Silalahi mengemukakan empat tahapan penting tersebut yaitu :

1. Tetapkan standar

2. Monitor dan ukuran kinerja

3. Bandingkan hasil kinerja aktual dan standar

4. Ambil tindakan perbaikan dan buat penyesuaiannya. ( 2002 : 396)

Sedangkan Siswanto juga memberikan pandangannya mengenai empat langkah yang harus dijalankan dalam melakukan pengawasan yaitu:

1. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja (establish standar and methods of measuring performance) penetapan standar dan metode bisa mencakup target, catatan kehadiran dan keamanan pekerja.


(13)

2. Mengukur kinerja (measure the performance) langkah mengukur kinerja merupakan proses yang berlanjut dan repentitif dengan frekuensi aktual bergantung pada jenis aktifitas yang sedang diukur.

3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar (compare the performance match with the standard) membandingkan hasil yang telah diukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila kinerja ini sesuai dengan standar, manajer berasumsi bahwa segala sesuatu telah berjalan secara terkendali.

4. Mengambil tindakan perbaikan, tindakan ini dilakukan manakala kinerja rendah di bawah standar dan analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan.

( 2007:140)

Siswanto membagi pengawasan menjadi tiga macam jika melihat dari pelaksanaanya yaitu:

1. Sistem Pengawasan Umpan Balik. Sistem pengawasan umpan balik beroprasi dengan pengukuran beberapa aspek proses yang sedang dikendalikan dan perbaikan proses apabila ukuran menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Sistem pengawasan umpan balik biasanya terdiri atas lima komponen berikut: a. Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran

b. Karakteristik proses yang merupakan subjek

pengawasan/pengendalian

c. Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik d. Serangkaian standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan evaluasi e. Pengatur yang fungsinya untuk mengambil tindakan untuk adaptasi. 2. Sistem Pengawasan Umpan Maju, yaitu salah satu kelemahan utama

sistem pengawasan umpan balik adalah bahwa sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti. Dampaknya penyimpangan yang memakan biaya besar dapat berlangsung terus atau semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengawasan/ pengendalian umpan maju dengan maksud untuk bertindak secara langsung pada permasalahan tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan tersebut terjadi lagi. Komponen sistem pengawasan umpan maju sama halnya dengan sistem pengawasan umpan balik.

3. Sistem Pengawasan Pencegahan yaitu adalah kebijakan dan prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses pengawasan intern organisasi. Manajer dapat mengimplementasikan pengawasan sebelum pekerjaan dimulai, ketika pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai.


(14)

( 2007 : 143-145)

Dalam melakukan pengawasan akan terlihat beberapa karakteristik yang penting dalam menentukan tidaknya pengawasan tersebut efektif atau tidak seperti yang dikemukakan oleh Siswanto bahwa karakteristik pengawasan yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Akurat (accurate) yaitu informasi atas kinerja harus akurat.

2. Tepat waktu(timely) yaitu informasi harus dihimpun, diarahkan dan segera dievaluasi jika akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.

3. Objektif dan komprehensif (objektive and comprehensible) yaitu informasi dalam suatu sistem pengawasan/pengendalian harus mudah dipahami dan diangga objektif oleh individu yang menggunakannya. Makin objektif suatu pengawasan/pengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya, sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan bias yang tidak perlu dan kebingungan atau frustasi diantara para karyawan.

4. Dipusatkan pada tempat pengawasan/pengendalian startegis (focused on strategic control points) yaitu sistem pengawasan/pengendalian startegis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar, atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem pengawasan/pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat dimana tindakan perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mungkin.

5. Secara ekonomi realistik (economically realistic) yaitu pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminim mungkin terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.

6. Secara organisasi realistik (organizationally realistic) yaitu sistem pengawasan/pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi

7. Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi (coordinating with the organization’s work flow) yaitu informasi pengawasan/pengendalian perlu untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk menerimanya.


(15)

8. Fleksibel (flexible) yaitu pada setiap organisasi pengawasan/pengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.

9. Peskriptif dan operasional (prescriptive and operational) yaitu pengawasan/pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.

10. Diterima para anggota organisasi (accepted by organization members) yaitu agar sistem pengawasan/pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi, pengawasan/pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.

( 2007 : 149-150)

Sedangkan di sini akan dikemukakan pengertian efektifitas dari para ahli yaitu seperti yang diungkapkan oleh Siagian (1988 : 151) bahwa pengertian efektifitas ialah:

“Efektif dapat diartikan pencapaian tujuan suatu usaha atau kegiatan berencana, dapat diselesaikan tepat pada waktu dengan target yang telah ditentukan, sedangkan yang dimaksud dengan efektivitas mengandung pengertian suatu kegiatan yang dilaksanakan selalu dapat diselesiakan sesuai dengan target yang telah ditentukan”. (dalam Samiran, 2008 : 36)

Sama seperti yang diungkapkan oleh Siagian bahwa efektifitas pada intinya adalah adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan target Handayaningrat mengemukakan hal yang sama yaitu:

“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya, bila sasaran atau tujuan yang telah tercapai sesuai dengan yang telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif”. (dalam Samiran, 2008 : 35)


(16)

Pengertian efektivitas dari para ahli lain, seperti yang dikemukakan oleh Drucker dalam Krisdarto adalah sebagai berikut:

“Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisien adalah melakukan hal dengan benar”. Efektivitas berarti sejauhmana kita mencapai sasaran dan efisien berarti bagaimana kita mencampur sumber daya ecara cermat. Efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan sumber daya (input), tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Tetapi yang paling parah adalah tidak efisien juga tidak efektif, artinya ada pemborosan sumber daya tanpa mencapai sasaran atau penghambur-hamburan sumber daya”. (dalam Samiran, 2008 : 35)

Dari beberapa pemikiran tersebut penulis menyusun anggapan dasar sebagai berikut:

1. Pemerintah berarti sebuah organisasi tertinggi yang melakukan proses memerintah, kegiatan dalam urusan publik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pengawasan berarti melakukan proses monitoring dan pengkoreksian agar tercapainya standar kinerja yang telah ditetapkan

3. Pengawasan pemerintah berarti pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap berbagai program yang dijalankan

4. Penyaluran raskin yang efektif berarti pendistribusian raskin terhadap masyarakat sesuai waktu penyaluran atau tepat waktu pengiriman, tepat kualitas, tepat harga, tepat sasaran.

Berdasarkan anggapan dasar tersebut disusun preposisi sebagai berikut yaitu bahwa agar tercipta pengawasan penyaluran raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota


(17)

Bandung yang baik, Pemerintah Kota Bandung harus melakukan tindakan sebagai berikut: menetapkan standard an metode kinerja,mengukur kinerja, membandingkan kinerja sesuai dengan standard an mengambil tindakan perbaikan .Untuk memudahkan penelitian ini, penulis menyusun model kerangka berfikir sebagai berikut:

1. JOL 1.

Gambar 1.1 Model Penelitian (Sumber : Olahan Penulis,2013)

Langkah –langkah dalam menjalankan pengawasan:

1. Menetapkan standar dan metode untuk

pengukuran kinerja 2. Mengukur kinerja 3. Membandingkan kinerja

sesuai dengan standar 4. Mengambil tindakan

perbaikan

(Siswanto,2007:140) Tercapainya penyaluran

raskin yang tepat sasaran, tepat waktu, tepat harga, dan tepat kualitas dan kuantitas dan tepat administrasi.

Penyaluran raskin tidak tepat kuantitas, dan kualitas di Kecamatan Ujung Berung.

Pengawasan Pemerintah Kota Bandung dalam Penyaluran Raskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Tahun 2012


(18)

1.6 Metode Penelitian

Dalam menjalankan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena penulis akan meneliti bagaimana Pemerintah Kota Bandung melakukan pengawasan dalam penyaluranraskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Maka peneliti akan melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait dan melakukan observasi ke lapangan dalam mengumpulkan data yang diperlukan.Fungsi teori atau definisi metode deskriptif tersebut dijadikan bahan atau alasan untuk mengambil metode penelitian yang dilakukan.

Disini akan dikemukakan beberapa pengertian metode deskriptif dari para ahli seperti yang diungkapkan oleh Bungin metode deskrptif adalah:

“Metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, maupun fenomena tertentu” (Bungin,2010: 68).

Pengertian lain dari metode deskriptif seperti yang di katakan oleh Moh. Nazir adalah :

”suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia sebagai objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang diselidiki” ( 2010 : 63).


(19)

Sedangkan tujuan dari dilakukannya penelitian deskriptif , seperti yang dikatakan oleh Uber Silalahi adalah:

“penelitian deskriptif selain bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas teliti, dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting seperti dalam penelitian eksplorasi”. ( 2009 : 27) Teori-teori atau konsep-konsep ini dijadikan alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian sosial yang pada tujuannya menghasilkan data-data deskriptif yaitu berupa kata-kata yang tertulis maupun lisan berasal dari hasil pengamatan peneliti yang dapat diamati, seperti yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai :

“tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”(dalam Suharsaputra, 2012 : 181).

Pengertian penelitian kualitatif yang dikatakan oleh Kirk dan Miller yaitu :

“Penelitian Kualitatif itu: (1) Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; (2) Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka”( Dalam Sugiyono, 2007 : 9)


(20)

Pengertian penelitian kualitatif yang diungkapkan oleh Moleong sama seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono bahwa pengertian penelitian kualitatit yaitu:

“Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode penelitian kualitatif. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan data-data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya”( 1989 : 6).

Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Sugiyono maupun oleh Moleong menekankan bahwa penelitian kualitatif merupakan data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa data-data angka statistik.

Selanjutnya Moleong menyebutkan sebelas karakteristik yang dimiliki oleh penelitian kualitatif yaitu adalah sebagai berikut:

1. Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan )

2. Manusia sebagai alat (manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama)

3. Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif) 4. Analisis data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)

5. Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data)

6. Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka)

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian)

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas)

10. Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan)

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (antar peneliti dengan sumber data).


(21)

(dalam Suharsaputra, 2012 : 186)

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah karena dalam melakukan penelitian peneliti berusaha mendapatkan data-data berupa kata-kata yang berasal dari hasil wawancara dengan narasumber terkait dan juga gambar-gambar yang mendukung data kata-kata tersebut selanjutnya adalah peneliti mengacu pada temuan lapangan yaitu peneliti akan memperoleh data-data yang dibutuhkan berdasarkan dari lapangan yang dituju.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam menjalankan penelitian ini penulis akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sehingga teknik dalam pengumpulan data dapat dijalankan melalui:

1. Studi kepustakaan dan riset data sekunder, adalah dengan mendapatkan serta mempelajari bahan tertulis dari buku kepustakaan, peraturan-peraturan, artikel-artikel, serta bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, adalah mengumpulkan dan menyeleksi data yang akan diperoleh dari lokasi penelitian dengan cara sebagai berikut:

a. observasi non-partisipatif, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diobservasi, hasil dari observasi dapat berupa catatan


(22)

lapangan. Observasi dilakukan di lapangan atau lingkungan yang akan dijadikan tempat penelitian tentang proses terjadinya aktivitas atau interaksi di dalam lingkungan penelitian tersebut.

3. Wawancara, adalah cara yang dipergunakan untuk mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1993 : 129). Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation yaitu: “situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis” (Sugiyono, 2005 : 49).

4. Studi dokumentasi, adalah penelitian yang menggunakan fasilitas data sekunder yang berupa bahan-bahan tertulis, seperti dokumen pribadi, dan dokumen resmi, hal ini bertujuan untuk menambah kepustakaan guna mempertajam analisis.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan informasi adalah dengan cara purposive, menurut Sugiyono “penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu” (Sugiyono, 2005 : 52). sedangkan informan adalah pihak yang sangat membantu dan berperan penting dalam diperolehnya segala data dan fakta yang relevan dengan topik penelitian baik secara lisan maupun tulisan (Bungin, 2007: 108).

Sehingga dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara secara purposive maka informan yang akan dituju adalah sesuai dalam Table no 1.1.


(23)

Tabel 1.1 Informan dan Informasi yang diharapkan

No Informan Informasi yang diinginkan Jumlah

1. Kabid Ketahanan Pangan

Untuk mendapatkan informasi dan dat mengenai bagaimana penerapan pengawasan di tiap tingkatan dari mulai dinas hingga pegawai kelurahan dalam upaya preventif terhadap penyelewengan yang terjadi dalam kegiatan penyaluran beras miskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

1

2. Ketua tim koordinasi Raskin Kecamatan

Untuk mendapatkan informasi mengenai pengawasan yang dilakukan kecamatan terhadap kinerja kelurahan kelurahan dalam penyaluran beras raskin di tiap kelurahan tersebut

1

3. Kelurahan Informasi yang diharapkan yaitu mengenai bagaimana kinerja kelompok kerja raskin dalam melaksanakan pengawasan penyaluran raskin di tiap RW

4

4. Masyarakat

Penerima Beras Raskin

Untuk memperoleh informasi bagaimana kinerja yang dilakukan oleh aparat kecamatan ataupun kelurahan dalam program penyaluran raskin kepada di tiap kelurahan tersebut yang sesuai dengan sasaran yang dituju, harga, kualitas, dan waktu pengiriman

4

5 RW Untuk memperoleh informasi bagaimana

pelaksanaan penyaluran raskin yang dilakukan RW terhadap masyarakat miskin di tiap wilayahnya

4

1.6.2. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1986) (dalam Moleong, 2011: 246-308) menyatakan bahwa analisis data penelitian kualitatif tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluaskan atau dideskripsikan. Pada saat


(24)

memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan. Karena penelitian bersifat penelitian kualitatif, maka dilakukan analisis data pertama sejak pengumpulan data hingga penelitian berakhir secara simultan dan terus menerus. Analisis data menurut metode Miles & Hauberman meliputi:

1. Reduksi Data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam tahap reduksi data, penulis melakukan pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan pentransformasian data-data kasar yang didapati di lapangan. Dengan kata lain, melalui reduksi data, penulis melakukan seleksi secara tidak langsung terkait data-data yang dianggap relevan dan menunjang, menggolongkan, dan mengarahkannya sesuai dengan interpretasi yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk tahapan.

2. Display atau Penyajian Data (menyajikan data dalam suatu pola). Setelah melalui proses reduksi data, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Dalam tahap ini sedapat mungkin penulis akan menyediakan informasi yang kompleks dalam kesatuan bentuk (gesalt), menyeleksi dan membuat suatu konfigurasi informasi yang mudah dipahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya.

3. Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dikatakan kredibel.


(25)

Dengan kata lain validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.Seluruh proses atau tahap analisa data tersebut dilakukan bersamaan waktunyadengan proses pengumpulan data itu sendiri. Hal itu dilakukan mengingat analisis data yang dilakukan secara terus menerus sehingga kesimpulan akhir akan diperoleh melalui berbagai tahap analisis dan verifikasi selama berjalannya pengumpulan data di lapangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam menjalankan penelitian mengenai penulis mengambil lokasi sebagai tempat penelitian adalah di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung waktu yang akan dijalankan oleh penulis dalam menjalankan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penjajakan awal, yang terdiri dari studi pustaka dan observasi dilaksanakan antara bulan Desember 2012 hingga bulan Januari 2013

2. Usulan seminar dilaksanakan pada bulan Mei 2013

3. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2013 4. Pengolahan data dilaksanakan antara bulan Juli-September 2013

5. Penulisan skripsi dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013

6. Seminar draft dilakukan pada September 2013 7. Perbaikan dilakukan pada September 2013 8. Sidang Skripsi dilakukan pada Oktober 2013


(26)

No Kegiatan

Waktu Kegiatan Desember2012 – Agustus 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penjajakan Awal 2. Usulan Penelitian 3. Penelitian

Lapangan 4. Pengolahan Data 5. PenulisanSkripsi


(1)

(dalam Suharsaputra, 2012 : 186)

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah karena dalam melakukan penelitian peneliti berusaha mendapatkan data-data berupa kata-kata yang berasal dari hasil wawancara dengan narasumber terkait dan juga gambar-gambar yang mendukung data kata-kata tersebut selanjutnya adalah peneliti mengacu pada temuan lapangan yaitu peneliti akan memperoleh data-data yang dibutuhkan berdasarkan dari lapangan yang dituju.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam menjalankan penelitian ini penulis akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sehingga teknik dalam pengumpulan data dapat dijalankan melalui:

1. Studi kepustakaan dan riset data sekunder, adalah dengan mendapatkan serta mempelajari bahan tertulis dari buku kepustakaan, peraturan-peraturan, artikel-artikel, serta bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, adalah mengumpulkan dan menyeleksi data yang akan diperoleh dari lokasi penelitian dengan cara sebagai berikut:

a. observasi non-partisipatif, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada objek yang diobservasi, hasil dari observasi dapat berupa catatan


(2)

lapangan. Observasi dilakukan di lapangan atau lingkungan yang akan dijadikan tempat penelitian tentang proses terjadinya aktivitas atau interaksi di dalam lingkungan penelitian tersebut.

3. Wawancara, adalah cara yang dipergunakan untuk mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1993 : 129). Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation yaitu: “situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis” (Sugiyono, 2005 : 49).

4. Studi dokumentasi, adalah penelitian yang menggunakan fasilitas data sekunder yang berupa bahan-bahan tertulis, seperti dokumen pribadi, dan dokumen resmi, hal ini bertujuan untuk menambah kepustakaan guna mempertajam analisis.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan informasi adalah dengan cara purposive, menurut Sugiyono “penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu” (Sugiyono, 2005 : 52). sedangkan informan adalah pihak yang sangat membantu dan berperan penting dalam diperolehnya segala data dan fakta yang relevan dengan topik penelitian baik secara lisan maupun tulisan (Bungin, 2007: 108).

Sehingga dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara secara purposive maka informan yang akan dituju adalah sesuai dalam Table no 1.1.


(3)

Tabel 1.1 Informan dan Informasi yang diharapkan

No Informan Informasi yang diinginkan Jumlah

1. Kabid Ketahanan Pangan

Untuk mendapatkan informasi dan dat mengenai bagaimana penerapan pengawasan di tiap tingkatan dari mulai dinas hingga pegawai kelurahan dalam upaya preventif terhadap penyelewengan yang terjadi dalam kegiatan penyaluran beras miskin di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung

1

2. Ketua tim koordinasi Raskin Kecamatan

Untuk mendapatkan informasi mengenai pengawasan yang dilakukan kecamatan terhadap kinerja kelurahan kelurahan dalam penyaluran beras raskin di tiap kelurahan tersebut

1

3. Kelurahan Informasi yang diharapkan yaitu mengenai bagaimana kinerja kelompok kerja raskin dalam melaksanakan pengawasan penyaluran raskin di tiap RW

4

4. Masyarakat

Penerima Beras Raskin

Untuk memperoleh informasi bagaimana kinerja yang dilakukan oleh aparat kecamatan ataupun kelurahan dalam program penyaluran raskin kepada di tiap kelurahan tersebut yang sesuai dengan sasaran yang dituju, harga, kualitas, dan waktu pengiriman

4

5 RW Untuk memperoleh informasi bagaimana

pelaksanaan penyaluran raskin yang dilakukan RW terhadap masyarakat miskin di tiap wilayahnya

4

1.6.2. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1986) (dalam Moleong, 2011: 246-308) menyatakan bahwa analisis data penelitian kualitatif tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluaskan atau dideskripsikan. Pada saat


(4)

memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan. Karena penelitian bersifat penelitian kualitatif, maka dilakukan analisis data pertama sejak pengumpulan data hingga penelitian berakhir secara simultan dan terus menerus. Analisis data menurut metode Miles & Hauberman meliputi:

1. Reduksi Data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam tahap reduksi data, penulis melakukan pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan pentransformasian data-data kasar yang didapati di lapangan. Dengan kata lain, melalui reduksi data, penulis melakukan seleksi secara tidak langsung terkait data-data yang dianggap relevan dan menunjang, menggolongkan, dan mengarahkannya sesuai dengan interpretasi yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk tahapan.

2. Display atau Penyajian Data (menyajikan data dalam suatu pola). Setelah melalui proses reduksi data, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Dalam tahap ini sedapat mungkin penulis akan menyediakan informasi yang kompleks dalam kesatuan bentuk (gesalt), menyeleksi dan membuat suatu konfigurasi informasi yang mudah dipahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya.

3. Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dikatakan kredibel.


(5)

Dengan kata lain validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.Seluruh proses atau tahap analisa data tersebut dilakukan bersamaan waktunyadengan proses pengumpulan data itu sendiri. Hal itu dilakukan mengingat analisis data yang dilakukan secara terus menerus sehingga kesimpulan akhir akan diperoleh melalui berbagai tahap analisis dan verifikasi selama berjalannya pengumpulan data di lapangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam menjalankan penelitian mengenai penulis mengambil lokasi sebagai tempat penelitian adalah di Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung waktu yang akan dijalankan oleh penulis dalam menjalankan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penjajakan awal, yang terdiri dari studi pustaka dan observasi dilaksanakan antara bulan Desember 2012 hingga bulan Januari 2013

2. Usulan seminar dilaksanakan pada bulan Mei 2013

3. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2013 4. Pengolahan data dilaksanakan antara bulan Juli-September 2013

5. Penulisan skripsi dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013

6. Seminar draft dilakukan pada September 2013 7. Perbaikan dilakukan pada September 2013 8. Sidang Skripsi dilakukan pada Oktober 2013


(6)

No Kegiatan

Waktu Kegiatan Desember2012 – Agustus 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penjajakan Awal 2. Usulan Penelitian 3. Penelitian

Lapangan 4. Pengolahan Data 5. PenulisanSkripsi