9
kriteria kelestarian sosial, dijumpai beberapa istilah yang berhubungan dengan istilah masyarakat lokal local communities, antara lain: penduduk asli
indigenous people, masyarakat setempat, masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, dan masyarakat hukum adat.
Pengertian masyarakat lokal dalam khasanah kajian peraturan perundang- undangan pengelolaan sumberdaya hutan terbagi menjadi masyarakat adat dan
masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Menurut Sangaji [Tidak ada tahun] dalam Niswah dan Adiwibowo 2013 masyarakat adat merupakan kelompok
masyarakat yang memiliki asal usul leluhur secara turun-temurun di wilayah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya,
sosial dan wilayah sendiri. Masyarakat adat kasepuhan juga termasuk masyarakat tradisional, seperti yang dikemukakan oleh Suhandi [Tidak ada tahun] dalam
Niswah dan Adiwibowo 2013 yang mencirikan masyarakat tradisional, antara lain hubungan atau ikatan masyarakat desa dengan tanah sangat erat, sikap hidup
dan tingkah laku yang magis religious, adanya kehidupan gotong-royong, memegang tradisi dengan kuat, menghormati para sesepuh, kepercayaan pada
pimpinan lokal dan tradisional, organisasi kemasyarakatan yang relatif statis, serta tingginya nilai sosial.
Masyarakat lokal dapat pula diartikan sebagai masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Hal itu termuat dalam Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 691Kpts-II91, tentang Peranan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan dalam Pembinaan Masyarakat di Dalam dan di Sekitar Hutan dimana masyarakat
di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat baik yang berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan. Perbedaan masyarakat
di dalam dan di sekitar hutan dengan masyarakat adat terletak pada acuan kekuasaan. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan mengacu pada
hukum negara, sedangkan masyarakat hukum adat mengacu pada hukum adat masyarakat yang bersangkutan dan bukan pada hukum negara atau nasional.
Istilah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan ini seringkali disebut pula sebagai masyarakat setempat.
e. Teori Akses
Ribot dan Pelusso 2003 mengartikan akses sebagai kemampuan untuk memperoleh manfaat dari sesuatu benda. Definisi akses cenderung mengarah
pada “sekumpulan kuasa” bundle of power. Akses merupakan sekumpulan kuasa atau daya power yang melekat di dalam dan diaplikasikan melalui berbagai
mekanisme, proses dan relasi sosial sehingga seseorang atau sekelompok orang mempunyai kemampuan untuk memperoleh manfaat dari sumberdaya. Kekuasaan
yang dimaksud dalam akses terdiri dari komponen-komponen material, kultural, dan politik-ekonomi yang saling berhimpun menjadi sebentuk bundel kekuasaan
bundle of power dan jejaring kekuasaan web of power yang menentukan akses terhadap sumberdaya. Kekuasaan yang terkandung dalam akses terwujud dalam
dan dipertukarkan sesuai jarak kekuasaan, ragam mekanisme, proses dan relasi sosial yang mengakibatkan kemampuan aktor dalam mengambil manfaat atau
keuntungan dari sumberdaya alam.
Komponen material, kultural, dan politik-ekonomi tidak statis, senantiasa mengalami perubahan dalam setiap ruang dan waktu yang berbeda bergantung
10
pada posisi individu dalam setiap jenis relasi sosialnya. Kekuasaan melekat pada setiap bentuk hubungan dan merupakan konsekuensi dari relasi sosial. Secara
empiris, akses berfokus pada isu mengenai siapa yang mendapatkan, dengan cara seperti apa, dan kapan dalam keadaan yang seperti apa. Sedangkan mekanisme
struktural dan relasional dari akses merupakan kemampuan memetik manfaat dari sumberdaya dimediasi oleh teknologi, modal, pasar, otoritas, identitas sosial, dan
relasi sosial; yang kemudian membentuk dan memperngaruhi akses.
f. Mata Pencaharian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.
Setiap individu dalam masyarakat harus mempunyai pekerjaan utama untuk menopang kebutuhan ekonomi mereka. Dalam perkembangannya mata
pencaharian seseorang sering berubah, yang biasa disebut perubahan mata pencaharian atau transformasi pekerjaan. Perubahan mata pencaharian atau biasa
disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan utama yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumberdaya yang tersedia untuk
membangun kehidupan yang memuaskan peningkatan taraf hidup. Sihaloho 2004 menyatakan
“…Implikasi dari berkurangnya akses terhadap sumberdaya agraria dapat mengarah pada perubahan pola nafkah agraria pertanian ke
nonpertanian…”. Perubahan mata pencaharian ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Adapun kategori perubahan
mata pencaharian adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Kategori perubahan mata pencaharian
g. Aksesibilitas Mata Pencaharian Masyarakat Lokal
Menurut Soetarto 2015
4
, lingkup pengertian aksesibilitas mata pencaharian masyarakat lokal menyangkut kemudahan masyarakat lokal dalam menjangkau
dan memperoleh manfaat dari sumber agraria bagi pemenuhan kebutuhan mata
4
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA Guru besar bidang Kajian Agraria pada tanggal 23 Desember 2015.
Sektor Pertanian
Sektor Pertanian
Sektor Non- Pertanian
Kombinasi Pertanian dan
Non-Pertanian