10
pada posisi individu dalam setiap jenis relasi sosialnya. Kekuasaan melekat pada setiap bentuk hubungan dan merupakan konsekuensi dari relasi sosial. Secara
empiris, akses berfokus pada isu mengenai siapa yang mendapatkan, dengan cara seperti apa, dan kapan dalam keadaan yang seperti apa. Sedangkan mekanisme
struktural dan relasional dari akses merupakan kemampuan memetik manfaat dari sumberdaya dimediasi oleh teknologi, modal, pasar, otoritas, identitas sosial, dan
relasi sosial; yang kemudian membentuk dan memperngaruhi akses.
f. Mata Pencaharian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.
Setiap individu dalam masyarakat harus mempunyai pekerjaan utama untuk menopang kebutuhan ekonomi mereka. Dalam perkembangannya mata
pencaharian seseorang sering berubah, yang biasa disebut perubahan mata pencaharian atau transformasi pekerjaan. Perubahan mata pencaharian atau biasa
disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan utama yang dilakukan manusia untuk hidup dan sumberdaya yang tersedia untuk
membangun kehidupan yang memuaskan peningkatan taraf hidup. Sihaloho 2004 menyatakan
“…Implikasi dari berkurangnya akses terhadap sumberdaya agraria dapat mengarah pada perubahan pola nafkah agraria pertanian ke
nonpertanian…”. Perubahan mata pencaharian ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Adapun kategori perubahan
mata pencaharian adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Kategori perubahan mata pencaharian
g. Aksesibilitas Mata Pencaharian Masyarakat Lokal
Menurut Soetarto 2015
4
, lingkup pengertian aksesibilitas mata pencaharian masyarakat lokal menyangkut kemudahan masyarakat lokal dalam menjangkau
dan memperoleh manfaat dari sumber agraria bagi pemenuhan kebutuhan mata
4
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA Guru besar bidang Kajian Agraria pada tanggal 23 Desember 2015.
Sektor Pertanian
Sektor Pertanian
Sektor Non- Pertanian
Kombinasi Pertanian dan
Non-Pertanian
11
pencahariannya. Dimensi aksesibilitas mata pencaharian masyarakat lokal dapat dilihat melalui:
1. Tingkat akses masyarakat lokal dalam menjangkau dan menggunakan sumber
agraria. 2. Tingkat pergeseran atau diversifikasi mata pencaharian masyarakat lokal,
yakni perubahan mata pencarian utama yang dilakukan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Tingkat pendapatan masyarakat lokal, yakni total penerimaan rumahtangga masyarakat lokal yang bersumber dari kegiatan usahatani maupun non
usahatani.
Kerangka Pemikiran
Pengembangan perkebunan kelapa sawit akhir-akhir ini terasa begitu masif. Komoditas tersebut menjadi salah satu yang diunggulkan berkat permintaan CPO
Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit yang tinggi di pasar domestik maupun internasional dan relatif stabil. Keadaan ini mendorong pemerintah membuat
berbagai kebijakan terkait perkebunan kelapa sawit. Kebijakan tersebut antara lain memberikan keleluasaan kepada pemodal untuk menanamkan usaha di bidang
perkebunan tersebut. Kebijakan lain adalah melonggarkan izin dan prosedur terkait pengembangan perkebunan itu. Kebijakan penting lainnya adalah
menyangkut pengadaan tanah perkebunan, baik pelepasan-pelepasan tanah yang bersifat individual privat, maupun dalam pemberian konsesi tanah Hak Guna
Usaha HGU. Berkaitan dengan hal itu di atas, penelitian ini menyoroti pengembangan komoditas kelapa sawit, yang diusahakan oleh perusahaan swasta
PT Sawit Graha Manunggal yang bergerak di bidang Perkebunan Besar Swasta Nasional PBSN. Usaha ini sebagaimana diketahui juga disertai dengan
pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di Kabupaten Barito Timur khususnya di Desa Murutuwu, Kecamatan Paju Epat. Demi mendukung
kegiatan tersebut, kebutuhan akan lahan menjadi meningkat dan menyebabkan perubahan struktur agraria menjadi sulit untuk dihindari. Perubahan struktur
agraria tersebut ditandai dengan terjadinya land dispossession atau hilangnya kepemilikan atas lahan yang diakibatkan oleh perubahan struktur agraria terdiri
dari tingkat penguasaan dan pelepasan lahan, dan tingkat ketergantungan pada lahan. Faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan struktur agraria
terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan struktur agraria yang berasal
dari masyarakat yang ditandai dengan adanya arus penjualan lahan oleh masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor pendorong terjadinya
terjadinya perubahan struktur agraria yang berasal dari luar masyarakat yang ditandai dengan adanya arus pelepasan lahan karena intervensi pemerintah dan
intervensi swasta.
Konsekuensi dari perubahan struktur agraria terjadi perubahan aksesibilitas mata pencaharian masyarakat lokal. Indikator dari perubahan aksesibilitas mata
pencaharian masyarakat lokal tersebut adalah adanya perubahan pada tingkat akses masyarakat lokal yakni terjadinya perubahan kemampuan masyarakat lokal
dalam menjangkau dan menggunakan sumber agraria, pergeseran dan diversifikasi mata pencaharian masyarakat lokal yakni terjadinya perubahan mata pencarian