Intensitas kekuatan tawar menawar pemasok ditentukan oleh jumlah, peran produk yang dipasok bagi pelanggan, tingkat
kepentingan pelanggan industri bagi pemasok, ancaman adanya produk substitusi dan ancaman integrasi ke depan oleh pemasok.
Dalam industri kerajinan batik ini, kekuatan tawar menawar pemasok termasuk dalam kategori “sedang”.
5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar pembeli ditentukan oleh jumlah pemasok, ciri produk, biaya pengalihan, nilai produk dalam
struktur biaya pembeli, kesempatan integrasi ke belakang, tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli, dan informasi yang
dimiliki oleh pembeli. Intensitas tawar menawar pembeli pada industri kerajinan batik, termasuk dalam kategori “sedang” karena:
a. Tergantung pada besarnya keuntungan yang diperoleh
pembeli. b.
Tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli masih relatif rendah.
E. Profil Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi faktor-faktor internal dan ekstenal yang mempengaruhi industri kecil dalam pemasaran kerajinan batik
dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta peluang dan ancaman bagi perusahaan.
1. Kekuatan
a. Aspek produksi, meliputi kualitas produk yang sudah diakui,
ketersediaan bahan baku lokal, dan tingkat differensiasi produk misalnya: jenis, kualitas, dan desain produk.
b. Aspek pemasaran, meliputi harga yang berada di level menengah ke
bawah terbukti terjangkau oleh pasar, semakin terbukanya kesempatan pasar di dalam maupun di luar negeri, dan distribusi
yang efektif dan efisien. c.
Aspek sumber daya manusia, yaitu karyawan yang terampil dan terlatih dengan upah yang relatif kecil.
2. Kelemahan
a. Aspek produksi, yaitu melihat teknologi usaha kerajinan batik,
khususnya batik tulis yang masih konvensionaltradisional, sehingga harus dilakukan oleh tenaga kerja terampil dan
dilaksanakan dengan tenaga kerja penuh. b.
Aspek pemasaran, yaitu promosi hanya dilakukan dari mulut ke mulut, sehingga kemampuan dalam mengakses pasar masih terbatas.
c. Aspek keuangan, yaitu dengan melihat kemampuan pembiayaan atau
permodalan pengrajin batik yang pada umumnya menggunakan modal sendiri. Selain itu bantuan keuangan untuk ekspor belum
tersedia.
Catatan:
Bobot dan rating ditentukan dengan menggunakan Konsep Fred R. David
Umar, 2002. 1
Bobot ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
0,20 Sangat kuat
0,15 Di atas rata-rata
0,10 Rata-rata
0,05 Di bawah rata-rata
2 Rating ditentukan sebagai berikut:
Rating Keterangan
4 Major strength
3 Minor strength
2 Minor weakness
1 Major weakness
Tabel 4. 29 Faktor Internal Kerajinan Batik di Kecamatan Laweyan
Faktor Internal Kekuatan
Kelemahan No.
Variabel Faktor Internal Dampak
Bobot Skala
Nilai Skala
Nilai
1.
Aspek Produk
§ Kualitas produk yang sudah diakui
§ Ketersediaan bahan baku
lokal
§ Teknologi produksi konvensional
§ Tingkat differensiasi produk jenis, kualitas, dan desain
produk +
+ -
+ 0,05
0,05 0,10
0,05 4
3
4 0,20
0,15
0,20 2
0,20
2.
Aspek Pemasaran § Harga yang terjangkau
§ Terbukanya kesempatan
pasar
§ Promosi dari mulut ke mulut § Saluran distribusi
+ +
- +
0,10 0,10
0,05 0,10
4 3
3 0,40
0,30
0,30 2
0,10 3.
Aspek Sumber Daya Manusia
§ Ketersediaan tenaga kerja
dengan biaya murah +
0,20 3
0,60 4.
Aspek Keuangan § Kemampuan pembiayaan
§ Bantuan permodalan -
- 0,10
0,10 2
2 0,20
0,20
Jumlah
1,00 2,15
0,70
Total nilai faktor internal = Kekuatan + Kelemahan = 2,15 + 0,70 = 2,85.
3. Peluang
a. Terjadinya era globalisasi pasar dan pasar bebas yang melanda seluruh
dunia misalnya, AFTA. b.
Dukungan masyarakat Kota Surakarta yang menggunakan batik tidak hanya sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga untuk taplak meja,
sprei, gorden, dan lain-lain. c.
Dibangunnya STC Solo Trade Center dan BTC Beteng Trade Center
sebagai pusat perkulakan industri kerajinan di Kota Surakarta.
d. Dibukanya jalur Solo-Selo-Borobudur.
e. Posisi tawar menawar pengrajin industri batik.
4. Ancaman
a. Kondisi ekonomi akibat krisis telah menyebabkan depresiasi nilai
rupiah terhadap US dollar. b.
Meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh para pengrajin dikarenakan tingginya tingkat inflasi. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada daya beli masyarakat. c.
Keadaan politik nasional yang tidak menentu berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian dan stabilitas iklim usaha.
d. Munculnya negara pemasok asing seperti Malaysia dan Thailand bisa
mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Catatan:
Bobot dan rating ditentukan dengan menggunakan Konsep Fred R. David.
1 Bobot ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
0,20 Sangat kuat
0,15 Di atas rata-rata
0,15 Rata-rata
0,05 Di bawah rata-rata
2 Rating ditentukan sebagai berikut:
Rating Keterangan
4 Major strength
3 Minor strength
2 Minor weakness
1 Major weakness
Tabel 4. 30 Faktor Eksternal Kerajinan Batik di Kecamatan Laweyan
Faktor Eksternal Peluang
Ancaman No.
Variabel Faktor Eksternal Dampak
Bobot Skala
Nilai Skala
Nilai
1.
Aspek Ekonomi
§ Inflasi § Depresiasi rupiah terhadap
dollar § Terjadinya pasar bebas
AFTA -
- +
0,10 0,05
0,15 3
0,45 1
2 0,10
0,10
2. Aspek Politik
§ Stabilitas iklim usaha +
0,15 2
0,30 3.
Aspek Kebijaksanaan Pemerintah
§ Dibangunnya STC BTC § Dibukanya jalur Solo-Selo-
Borobudur +
+ 0,10
0,10 4
4 0,40
0,40
4.
Aspek Sosial Budaya
§ Dukungan masyarakat
Kota Surakarta
+ 0,15
4 0,60
5. Aspek Persaingan Antar
Pesaing § Kemampuan berebut
market share -
0,10 2
0,20 6.
Aspek Tawar Menawar Pemasok
§ Posisi tawar menawar pengrajin
§ Munculnya negara pemasok asing
+ -
0,05 0,05
4 0,20
2 0,10
Jumlah
1,00 2,05
0,80
Total nilai faktor eksternal = Peluang + Ancaman = 2,05 + 0,80 = 2,85.
F. Hasil Identifikasi Faktor Internal dan Ekstenal