Kontribusi Usaha Kerajinan Batik Terhadap Perekonomian Daerah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Kontribusi Usaha Kerajinan Batik Terhadap Perekonomian Daerah

Kota Solo Kota Surakarta atau lebih populer dengan sebutan Kota Solo popularitasnya semakin hari semakin menanjak, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Popularitas Kota Solo sebagai pusat budaya tentu tidak terlepas dari Keraton, Batik, dan Pasar Klewer. Sekurangnya tiga hal tersebut menjadi simbol identitas dari Kota Solo. Dan apabila dikaitkan dengan desentralisasi, dinamika perekonomian yang akan menandai keberhasilan dan kemajuan kota ini untuk otonom tidak lepas dari peran ketiga hal tersebut. Layaknya perekonomian sebuah kota yang didominasi oleh kegiatan pariwisata dan perdagangan barang dan jasa, begitu juga halnya dengan Kota Solo. Untuk pariwisata, eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Kota Solo sebagai poros sejarah, seni, dan budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini semakin termanifestasi melalui bangunan-bangunan kuno, tradisi kerajaan yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan. Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan kultural dan spiritual keraton semakin menambah daya tarik. Salah satu tradisi yang berlangsung secara turun-temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia. Diperkuat pula oleh keberadaan Pasar Klewer, sentra penjualan terbesar di Indonesia, membuat penikmat batik pun terpuaskan. Hal tersebut menjelaskan bahwa pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang. Sektor pariwisata tidak akan ada artinya bila tidak didukung sektor perdagangan. Minimal keberadaan kerajinan khas daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut. Namun, kondisi ini mengalami guncangan ketika terjadi aksi kerusuhan massa pada tanggal 13-14 Mei 1998. Pasar yang menjadi infrastruktur perdagangan pun tak lepas dari amuk massa, terutama pasar yang dikelola oleh pihak swasta. Sementara pasar tradisional tetap bertahan dan menjadi salah satu sumber utama pendapatan daerah. Dari tahun ke tahun retribusi pasar merupakan penyumbang kedua terbesar setelah pajak penerangan jalan. Pada tahun 2001 saja sumbangannya terhadap pendapatan asli daerah PAD Rp. 6,65 milyar. Dari angka tadi, Pasar Klewerlah yang selalu menjadi kontributor nomor satu. Keberadaan Pasar Klewer, pasar tradisional yang menjadi pusat perdagangan batik dan tekstil di jalan Secoyudan dekat Keraton Surakarta, telah membantu para pengrajin yang bergerak dalam pembuatan batik dan pakaian jadi yang terdapat di seluruh kecamatan. Kecamatan Laweyan misalnya, salah satu daerah sentra batik terbesar di Kota Solo. Selain batik, kehidupan masyarakat dan situs bangunan di Kecamatan Laweyan, juga menjadi potensi yang unik untuk dipelajari dan dijual. Sehingga tidak salah apabila Wali Kota Solo, Bapak Slamet Suryanto pada tanggal 25 September 2004, mencanangkan Laweyan sebagai Kawasan Wisata Kampung Batik. Pencanangan kampung batik itu merupakan integrasi pengembangan potensi pariwisata dan industri lokal. Semoga saja pencanangan kampung batik tersebut tidak hanya ngobor blarak, tetapi ada tindak lanjut yang jelas dari pemerintah daerah. Keberadaan kampung batik diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi dan transaksi batik. Sehingga hasil produksinya tidak hanya dinikmati pasar setempat dan nasional, tetapi juga pasar internasional. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor batik asal Kota Solo ke negara Asean, tahun 2003 adalah US 4.229.769,78 naik sebesar 41 dibandingkan dengan tahun 2002. Secara kumulatif, sektor usaha perdagangan, hotel, restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa yang menjadi andalan daerah Kota Solo telah memberikan kontribusi sebesar 56,66 persen terhadap total kegiatan ekonomi daerah Kota Solo.

B. Profil Kecamatan Laweyan