Karakteristik Arus-Tegangan Sel HASIL DAN PEMBAHASAN

namun masih bisa diamati perubahannya pada karakterisik absorbansinya setelah PPV diberikan sebagai dye. Perubahan yang teramati berupa peningkatan absorbansi dari daerah UV ke hijau 526 – 602 nm. Noise berupa fluktuasi nilai absorbansi pada kurva diakibatkan oleh struktur lapisan TiO 2 yang tebal. Karena ketebalan ini cahaya datang mengalami penghamburan. Penghamburan inilah yang terlihat dalam kurva sebagai Noise. Metode pelapisan dengan teknik doctor blading tidak dapat membentuk lapisan yang lebih tipis dari scotchtape . Mata pisau yang digunakan pada penyapuan pasta TiO 2 tidak boleh menyentuh permukaan ITO secara langsung, maka antara mata pisau dan permukaan ITO terdapat jarak sebesar ketebalan scotchtape 0,05 mm. Jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan oleh Petrella 24 , karakteristik unik dari absorbansi TiO 2 dan PPV yaitu dua puncak absorbansi pada daerah UV dan hijau tidak terlihat jelas. Gambar 18 menunjukkan kurva absorbansi oleh Petrella 24 untuk lapisan TiO 2 , MEH-PPV, dan campurannya. Absorpsi TiO 2 pada Gambar 18 tidak menggunakan bubuk TiO 2 sebagai bahan dasarnya, melainkan dibentuk dari penumbuhan kristal dengan menggunakan titanium tetraisopropoksida TTIP yang dihidrolisis. PPV yang digunakan juga tidak menggunakan bubuk MEH-PPV, melainkan hasil sintesis menggunakan reaksi stille cross coupling.

4.7 Karakteristik Arus-Tegangan Sel

Surya Dari hasil pengujian arus-tegangan yang menggunakan rangkaian dan sinar matahari, kurva yang didapatkan cenderung linear. Dengan demikian sel yang dibuat tidak cukup ideal. Dari kurva yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa dengan keluaran sel masih sangat kecil, sehingga efisiensinya juga kecil, demikian juga dengan FFnya. Perbedaan karakteristik antara sampel A dan B terlihat pada nilai I SC dan V OC . Sample A memiliki nilai I SC yang lebih besar daripada sampel B, namun V OC sampel A tidak sebesar sampel B Tabel 2. Daya maksimum yang dihasilkan sampel A adalah 4,623×10 -6 W, jauh lebih besar daripada sampel B yang hanya 1,878×10 -6 W. Pengambilan data dilakukan pada siang hari dari pukul 10.00 hingga 11.00 dengan intensitas sinar matahari sebesar 90Wm 2 . Efisiensi yang didapat untuk sampel A dan B adalah 0,051 dan 0,021 . Efisiensi ini masih jauh dengan sel surya Gambar 18. Absorbansi TiO 2 nanokristal, MEH-PPV, dan campurannya 24 . Gambar 18. Karakteristik arus-tegangan sampel A dan B 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 100 200 300 A ru s m A Tegangan mV Sampel A Sampel B Tabel 2. Tabel nilai tegangan dan arus sampel A dan B. Parameter Sampel A Sampel B V OC 394 mV 417 mV I SC 5,180×10 -2 mA 2,455×10 -2 mA V max 215mV 203mV I max 2,150×10 -2 mA 0,923×10 -2 mA P max 4,623×10 -6 W 1,878×10 -6 W 0,0514 0,0209 . berbasis silikon yang mampu mengkonversi 25 energi sinar matahari. Bentuk kurva yang dihasilkan kedua sampel cenderung linear. Hal ini disebabkan adanya hambatan dalam yang cukup besar yang terdapat dalam sel. Nelson 2003 menyebutkan bahwa peningkatan hambatan seri dalam sel dapat mengurangi nilai fill factor 23 yang berarti mempengaruhi bentuk dari kurva I-V. Hal ini juga menjelaskan posisi kurva I-V sampel B yang berada di bawah sampel A. Tingginya konsentrasi PPV pada sampel B menghasilkan hambatan yang lebih besar daripada sampel A. Pola karakteristik I-V dari kedua sampel juga didapatkan dari pengujian menggunakan I-V meter KEITHLEY 2400 dengan memberikan bias mundur dan bias maju. Gambar 19 dan Gambar 20 adalah kurva I-V dari sampel A dan B yang didapatkan dengan KEITHLEY 2400. Bagian kiri kurva nilai arus negatif adalah karakteristik I-V saat dibias mundur dan bagian kanan kurva nilai arus positif adalah karakteristik I-V saat dibias maju. Berdasarkan bentuk kurva yang didapat, kedua kurva memiliki karakteristik dioda. Pengujian ini dilakukan dengan kondisi gelap dan terang agar perbedaan karakteristik I-V saat terang dan gelap bisa dianalisis namun perbedaan yang didapat tidak begitu jelas. Hal ini dikarenakan arus yang dihasilkan sangat kecil saat sampel diberi sinar. Pada kurva dioda terdapat nilai V cutoff dan V breakdown . Titik pada kuadran pertama kurva I-V yang menunjukkan kenaikan tegangan secara drastis disebut V cutoff . Besar nilai V cutoff adalah besar tegangan yang dibutuhkan agar arus difusi mengalir melewati daerah deplesi di p-n junction saat dibias maju. 26 Titik pada kuadran ketiga yang menunjukkan penurunan tegangan secara drastis terhadap titik nol disebut V breakdown . Besar nilai V breakdown adalah besar tegangan yang dibutuhkan agar arus drift mengalir melewati daerah deplesi di p-n junction saat dibias mundur. 26 V cutoff sampel A terdapat di titik 1,67 V dan V breakdown terdapat pada titik -2,88 V. Untuk sampel B V cutoff terdapat di titik 3,08 V dan V breakdown terdapat pada titik -2,68 V. Perbedaan konsentrasi PPV menimbulkan perubahan V cutoff pada sampel. Meningkatnya V cutoff menunjukkan bahwa semakin banyak daya yang dibutuhkan untuk mengeksitasikan elektron. 16 Uji respon sel terhadap perubahan intensitas cahaya yang diukur dengan sensor tegangan pada Data Studio memberikan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 21 dan Gambar 22. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, lingkungan sampel dikondisikan agar terisolasi dari paparan sinar selain dari lampu sumber sinar tunggal yang dijadikan patokan perubahan intensitas cahaya. Dalam 30 detik pertama setelah dibuat dalam keadaan gelap, kemudian lampu dinyalakan langsung dengan intensitas maksimum selama satu menit dan dimatikan lagi selama satu menit. Pengulangan nyala- mati setiap satu menit ini dilakukan hingga 3 kali untuk kedua sampel. Kestabilan keluaran sampel dapat dilihat dari besarnya tegangan maksimum yang dicapai untuk setiap pengulangan yang dilakukan. Penurunan tegangan saat lampu dimatikan juga diamati untuk mendapatkan konstanta waktu pelepasan muatannya. Konstanta waktu dari sampel dapat ditentukan dengan menganalogikan kurva Gambar 19. Karakteristik arus-tegangan sampel A dengan KEITHLEY 2400 Gambar 20. Karakteristik arus-tegangan sampel B dengan KEITHLEY 2400 -0,005 -0,003 -0,001 0,001 0,003 0,005 -4,00 1,00 A ru s A Tegangan V Gelap A Terang A V breakdown V cutoff -0,001 -0,0006 -0,0002 0,0002 0,0006 0,001 -3,50 -1,50 0,50 2,50 A ru s A Tegangan v GelapB TerangB V breakdown V cutoff perubahan tegangan terhadap waktu sebagai kurva kapasitor. Perhitungan yang dilakukan ditunjukkan pada Lampiran 5. Konstanta waktu sebanding dengan waktu yang dibutuhkan sampel untuk melepaskan muatan dari keadaan terisi penuh dan berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan sampel untuk pengisian muatan. Tegangan maksimum sebesar 0,225 V dicapai 12 detik untuk sampel A dan tegangan maksimum sebesar 0,253 V dicapai 17 detik untuk sampel B setelah lampu dinyalakan. Penurunan tegangan berlangsung secara eksponensial saat lampu dimatikan, diduga sel memiliki kapasitansi. Dengan menganggap kedua sampel sebagai kapasitor, maka konstanta waktu dapat ditentukan. Tabel 3 menunjukkan konstanta waktu dari kedua sampel. Sampel A memiliki konstanta waktu yang lebih besar daripada sampel B. Ini menunjukkan bahwa sampel A membutuhkan waktu yang lebih lama dari sampel B untuk menurunkan tegangan saat lampu dimatikan. Dari pengulangan yang dilakukan tidak terlihat perubahan nilai tegangan maksimum secara signifikan untuk setiap pengulangan. Ini menunjukkan bahwa sampel memiliki kestabilan tegangan yang baik.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN