Sel Surya p-n TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan terhadap energi untuk menjalankan kehidupan sehari-hari membuat manusia mencari sumber-sumber energi lain yang bisa dimanfaatkan. Sumber energi konvensional berbasis minyak, batubara dan gas alam telah terbukti sebagai penggerak efektif bagi kemajuan ekonomi namun sekaligus merusak lingkungan dan kesehatan manusia. 1 Masalah ini bisa diatasi apabila manusia memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam lainnya yang bisa dieksploitasi terus menerus namun bisa diperbaharui. Angin, arus laut, panas bumi, dan sinar matahari adalah sumber daya alam yang bagus untuk masalah ini, terutama sinar matahari. Saat sinar matahari mengenai lapisan terluar atmosfir bumi, bumi menerima intensitas sebesar 1368 Wm 2 . Rasio ini disebut dengan konstanta surya. 2 Untuk memanfaatkan energi tersebut digunakanlah sel surya sebagai piranti pemanen energi. Sel surya adalah piranti yang terbuat dari bahan semikonduktor, yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik secara langsung. 3 Keterbatasan dalam segi jumlah dan harga bahan baku sel surya, merupakan salah satu hambatan pengembangan piranti ini. Sebagai salah satu solusi dari masalah tersebut adalah penggunaan bahan organik alami yang lebih banyak dari segi sumber dan lebih murah dari segi harga daripada bahan sel surya konvensional. Sel surya hybrid merupakan variasi sel surya yang terdiri dari gabungan bahan organik dan bahan anorganik. Karena menggunakan dua bahan yang berbeda, sel surya tersebut akan memiliki sifat unik dari masing-masing bahan tersebut. Bahan yang digunakan adalah titanium dioksida TiO 2 sebagai bahan anorganiknya dan polyphenylene vinylene PPV sebagai bahan organiknya. TiO 2 adalah semikonduktor serbaguna yang dapat digunakan sebagai fotokatalis, sensor gas, dan sel surya. 4 Ketika TiO 2 disinari cahaya dengan panjang gelombang antara 100 – 400 nm, elektron akan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi, meninggalkan hole pada pita valensi. PPV merupakan polimer konduktif yang unggul kemampuannya dalam pembentukan film dan dapat memiliki sifat elektroluminesensi. 5, 6

1.2 Tujuan

1. Membuat sel surya hybrid dari bahan TiO 2 dan PPV 2. Melakukan karakterisasi XRD, optik, dan sifat arus-tegangan I-V terhadap sel surya

1.3 Perumusan Masalah

Apakah sel surya dapat dibuat dengan menggunakan TiO 2 dan PPV? Bagaimanakah karakteristik optik dan arus- tegangan dari sel surya tersebut? Berapa besarkah efisiensi konversi energi dari keluaran yang dihasilkan?

1.4 Hipotesis

Sel surya TiO 2 dengan dye PPV 0,5 dapat menghasilkan daya yang lebih besar daripada dengan dye PPV 0,25 .

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sel Surya p-n

Sel surya adalah suatu piranti yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Pada umumnya sel surya dibuat dari bahan semikonduktor anorganik, seperti silikon mono kristalin atau multi kristalin. 8 Sel surya konvensional seperti ini dapat menyerap cahaya matahari lebih dari 24 . 7 Efisiensi yang telah dicapai oleh sel surya berbahan dasar material anorganik sekitar 10-20 . 7 Sel surya konvensional pada umumnya disusun dari persambungan semikonduktor tipe-p dan tipe-n p-n junction. Hal terpenting pada sel surya p-n adalah adanya pemisahan muatan, yaitu hole dan elektron akibat penyinaran oleh cahaya. Adanya persambungan antara kedua tipe semikonduktor ini menyebabkan terbentuknya potensial pada persambungan dan difusi muatan. 8 Difusi muatan terjadi karena adanya gradien konsentrasi muatan pembawa antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Difusi hole dari semikonduktor tipe-p Gambar 2. Pita energi saat keseimbangan termal pada p-n junction 8 . menuju tipe-n, sedangkan elektron dari semikonduktor tipe-n menuju tipe-p. Difusi hole dan elektron tidak terjadi terus menerus, karena ketika hole meninggalkan tipe-p dan hilang di dalam tipe- n akibat rekombinasi, maka sebuah akseptor akan diionisasikan menjadi negatif di daerah tipe-p yang membentuk muatan ruang negatif. Hal yang sama terjadi pada elektron yang meninggalkan muatan ruang positif pada daerah tipe-n, sehingga membangkitkan medan listrik yang berasal dari ruang muatan postif menuju ruang muatan negatif Gambar 1. 9 Medan listrik ini akan menghambat difusi hole dan elektron. Aliran-aliran muatan pembawa ini akan berhenti setelah terdapat keseimbangan antara aliran difusi dan aliran drift . 7 Keseimbangan ini ditandai oleh adanya kesamaan antara level Fermi tipe-p dan tipe-n Gambar 2. Pada keadaan seimbang, di dalam p-n junction terbentuk 1. daerah tipe-p netral: daerah dengan jumlah hole sama dengan jumlah akseptor. 2. daerah muatan ruang tipe-p: daerah diionisasikannya akseptor negatif. 3. daerah muatan ruang tipe-n: daerah diionisasikannya donor positif 4. daerah tipe-n netral: daerah dengan jumlah donor sama dengan jumlah elektron. 10 potensial internal pada daerah deplesi dapat dipengaruhi oleh tegangan eksternal yang dipasang pada sisi-p dan sisi-n. Pemasangan tegangan bias positif pada sisi tipe-p dan negatif pada sisi tipe-n akan menurunkan potensial internal pada daerah deplesi Gambar 3a. Keadaan ini disebut bias maju V F . 8 Pemasangan bias maju akan menurunkan arus drift, tetapi dapat menaikkan disfusi elektron dari tipe-n ke tipe-p dan difusi hole dari tipe-p ke tipe-n. Rapat arus total J yang mengalir pada saat persambungan p-n di bias maju adalah pertambahan rapat arus difusi pada sisi-n J n dengan rapat arus difusi pada sisi-p J p .             1 kT qV n p F e J J J J 1 J adalah rapat arus saturasi, k adalah konstanta Boltzman, q adalah muatan dan T adalah suhu mutlak. Pemasangan bias negatif pada sisi-p dan positif pada sisi-n akan menaikkan potensial internal pada daerah deplesi Gambar 3 b. Keadaan ini disebut bias Gambar 1. Proses pembentukan p-n junction, - ion akseptor, ○ hole, + ion donor, ● elektron. 9 Medan listrik Daerah netral Daerah netral Daerah deplesi a b Gambar 3. a Pita energi saat dibias maju, b Pita energi saat dibias mundur. 8 mundur V R . Rapat arus yang mengalir pada saat bias mundur adalah 2 arus pembawa pada p-n junction dipengarui oleh penyinaran cahaya. Penyinaran cahaya pada persambungan p-n akan membentuk pasangan elektron-hole yang memiliki energi lebih besar dari pada celah energi. 7 Pembentukan pasangan elektron-hole terjadi di daerah difusi dengan panjang L p untuk difusi hole dan L n untuk difusi elektron. Pasangan elektron-hole ini akan berkontribusi terhadap arus foto. Jumlah pasangan elektron- hole dipengaruhi intensitas cahaya yang datang. Pasangan elektron-hole akan berpisah karena medan listrik yang ada pada daerah deplesi. Adanya pemisahan muatan pada daerah deplesi, akan menghasilkan aliran arus dari sisi-n ke sisi-p ketika sisi-p dan sisi-n dihungkan dengan kawat luar Gambar 4. Penyinaran p-n junction pada rangkaian terbuka akan menyebabkan pemisahan muatan pembawa. 7 Pemisahan muatan pembawa ini akan menghasilkan beda potensial. Diagram pita energi p-n junction pada saat dihubung singkat short-circuited dan arus rangkaian terbuka open-circuited current ditunjukkan pada Gambar 5a dan 5b. Arus yang mengalir pada saat sisi-p dan sisi-n dihubungkan seperti rangkaian tertutup disebut arus short-circuit I sc yang nilainya sama dengan arus foto I L jika hambatan seri series resistance sama dengan nol. Ketika sisi-p dan sisi-n diisolasi, elektron bergerak menuju sisi-n dan hole menuju sisi-p. Elektron dan hole akan berkumpul pada kedua sisi, sehingga menghasilkan tegangan. 8 Tegangan tersebut dianamakan tegangan open-circuit V oc . Kurva karakteristik arus- tegangan p-n junction saat disinari cahaya dan saat dalam keadaan gelap tidak menerima cahaya ditunjukkan pada Gambar 6. Arus yang mengalir pada persambungan p-n ketika disinari cahaya adalah: sc nkT qV I e I I            1 3          1 kT qV R e J J a b Gambar 5. Pita energi p-n junction saat disinari cahaya, a short- circuited dan b open-circuited current. 8 Gambar 4. Aliran muatan pembawa persambungan p-n saat disinari cahaya dalam rangkaian tertutup. 8 Gambar 6. Karakteristik arus-tegangan I-V saat gelap dan disinari cahaya. 8 Ketika rangkaian terbuka I = 0, sehingga tegangannya adalah:         1 ln I I q nkT V sc oc 4 Fill factor merupakan parameter fotovoltaik sel surya yang dapat dijadikan penentu baik dan buruknya sel. Fill factor dapat dicari dengan menggunakan persamaan: sc oc m m I V I V FF  5 V m I m adalah daya maksimum sel. Efisiensi konversi pada sel surya didefinisikan sebagai rasio daya output maksimum yang dihasilkan terhadap daya total dari intensitas cahaya yang diterima P In . In SC OC In m m P FF I V P I V    6

2.2 Sel Fotoelektrokimia