ANALISIS MANAJEMEN KAWASAN PERSIAPAN OBJEK WISATA EKOLOGI TAMAN HUTAN MONYET DI TELUK BETUNG UTARA

(1)

(2)

ABSTRACT

MANAGEMENT ANALYSIS PREPARED OF RESORT OBJECT TOURISM OF ECOLOGY MONKEY FOREST PARK IN TELUK

BETUNG UTARA

By

VADILA RAIZA

Departement of culture and tourism in Bandar Lampung city is organism that has important impact in establishing the government’s manage that the choising and given authority in managing and a tour improving in Bandar Lampung city. Base of that departement of culture and tour in Bandar Lampung city doing management to the object’s tour monkey’s garden to exploit that it’s potential and solve the tour’s problems that caused by monkey that breaks civil’s facility and attack people and viewer. Base of the background the resource purpose is to know area’s management of object’s ecology tour monkey’s garden at North Teluk Betung.

This resource is descriptive’s resource by cualitatif methods. Technique in collecting of datas are done by using primer’s data that is gotten from interview with seven people who give information and observe in resource’s location at Monkey’s Garden, sekunder’s data is documentation and analysis data is done by qualitative.


(3)

potential to improve and offering tour. The aspect potential has monkey’s garden is attraction, accesable, ancillary more better but the aspect amenities not succesfull. Management that has for doing management to monkey’s garden is nothing five elements are man, money, material, methods and market. The elements is man, money, material that available is not better, while the methods and market is enough. Limited of element’s management is are had for object’s Monkey Garden tour in establishing of management’s principles is function actuating and controlling has not run well yet, whereas the principles is planning, organizing has be able to walk more better.

Keyword: Tourism Management, Tourism object of the Forest Park of Monkey


(4)

ABSTRAK

ANALISIS MANAJEMEN KAWASAN PERSIAPAN OBJEK WISATA EKOLOGI TAMAN HUTAN MONYET DI TELUK

BETUNG UTARA

Oleh VADILA RAIZA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai lembaga yang mempunyai peran penting dalam menjalankan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, diberi wewenang dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hal tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung melakukan manajemen terhadap kawasan persiapan objek wisata Taman Hutan Monyet untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki objek wisata, serta menyelesaikan permasalahan pariwisata yang ditimbulkan oleh monyet yang merusak fasilitas masyarakat dan menyerang masyarakat serta pengunjung. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung Utara.

Penelitian ini tergolong kedalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan


(5)

Monyet, data sekunder berupa dokumentasi sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian diperoleh bahwa Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki aspek penawaran wisata. Aspek potensi yang dimiliki Taman Hutan Monyet pada aspek attraction, accesable, ancillary sudah cukup baik namun aspek amenities belum terpenuhi dengan baik. Sarana manajemen yang dimiliki untuk melakukan manajemen terhadap Taman Hutan Monyet belum memenuhi unsur 5 M yaitu: man, money, material, methods, market. Sarana man, money, material yang tersedia belum cukup baik, sementara methods dan market sudah memadai. Keterbatasan sarana manajemen yang dimiliki untuk memanajemen Taman Hutan Monyet sehingga pada pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen fungsi penggerakan dan pengawasan belum berjalan dengan baik, sedangkan prinsip-prinsip planning, organizing sudah dapat berjalan dengan baik.


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 10

C. Tujuan Penelitian ... ... 10

D. Kegunaan Penelitian... ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Manajemen ... 12

1. Definisi Manajemen ... 12

2. Sarana-sarana Manajemen ... 13

3. Fungsi Manajemen ... 14

4. Manajemen Pariwisata ... 17

B. Tinjauan Tentang Pariwisata ... 22

1. Pengertian Pariwisata ... 22

2. Jenis dan Macam Pariwisata ... 25

C. Tinjauan Tentang Wisatawan ... 27

1. Pengertian Wisatawan ... 27

2. Jenis dan Macam Wisatawan ... 29

D. Tinjauan Tentang Objek Wisata ... 30

1. Definisi Objek Wisata ... 30

2. Jenis Objek Wisata ... 31

3. Syarat Suatu Objek Wisata... 32

E. Tinjauan Tentang Promosi Pariwisata ... 33

1. Pengertian Promosi ... 33

2. Kegiatan Promosi ... 34

3. Media Promosi ... 35

F. Pengembangan Rencana Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Monyet ... 37


(10)

B. Fokus Penelitian ... 44

C. Lokasi Penelitian ... 45

D. Jenis Data ... 46

1. Data Primer ... 46

2. Data Sekunder ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Wawancara ... 47

2. Observasi ... 48

3. Dokumentasi ... 49

F. Teknik Pengolahan Data ... 50

1. Editing ... 50

2. Interpretasi... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung……….. ... 53

1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung ... 53

2. Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung……… ... 54

3. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung ... 56

4. Bagan Struktur Kepengurusan Taman Hutan Monyet ... 57

B. Gambaran Umum Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet ... 58

1. Sejarah Taman Hutan Monyet ... 58

2. Lokasi Taman Hutan Monyet... 60

3. Sosial Ekonomi ... 61

4. Bagan Struktur Kepengurusan Pengelola Hutan ... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Sumber Data ... 63

1. Potensi Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet ... 63

a. Attraction (daya tarik) Taman Hutan Monyet ... 63

b. Accesable (bisa dicapai) Taman Hutan Monyet... 69

c. Amenities (Fasilitas) Taman Hutan Monyet ... 73

d. Ancillary (Adanya Lembaga Pariwisata) Taman Hutan Monyet ... 77

2. Sarana Manajemen ... 81

a. Man (Manusia) ... 81

b. Money ( Uang)... 86

c. Material ( Bahan-bahan) ... 90


(11)

b.Organizing (Pengorganisasian) ... 104

c.Actuating (Penggerakan) ... 106

d.Controlling (Pengawasan) ... 110

B. Pembahasan ... 114

1. Potensi Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet ... 114

2. Sarana Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet ... 120

3. Prinsip-prinsip Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet ... 126

4. Prospek Objek Wisata Taman Hutan Monyet ... 130

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 143

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus menjadi gerbang utama penghubung Pulau Jawa dan Sumatera. Kondisi alamnya terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah dan perairan yang cukup luas. Melihat dari letak geografisnya dan kondisi alamnya menyebabkan munculnya keanekaragaman suku, budaya, dan potensi wisata yang menjadikan Lampung menjadi salah satu daerah yang kaya akan potensi pariwisata. Industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat dilepaskan begitu saja bagi Provinsi Lampung.

Pariwisata telah tumbuh menjadi sebuah industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah. Derasnya arus informasi dan promosi daerah tujuan wisata membuat semakin meningkatkan keinginan manusia untuk saling berkunjung ke daerah-daerah tujuan wisata. Pada jaman modern ini, melakukan wisata ke daerah lain, juga merupakan kebutuhan sekunder, karena di samping rekreasi wisatawan mempunyai motivasi yang beragam seperti untuk olahraga, pendidikan dan kebudayaan. Pembangunan pariwisata dilaksanakan di daerah-daerah yang mempunyai potensi sumber


(13)

daya alam maupun adat-istiadat yang dapat dikembangkan dan menghasilkan serta meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan pekerjaan serta perkembangan daerah itu sendiri. Alasan utama pengembangan pariwisata dalam suatu negara erat kaitannya dengan peningkatan ekonomi daerah dan negara yang bersangkutan. (Semenguk, 1999:1).

Berkaitan dengan peningkatan ekonomi daerah tersebut maka pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata yang ada harus segera dilakukan. Mengingat pembangunan dan pengembangan pariwisata memiliki peranan penting dalam meningkatkan ekonomi daerah. Beberapa peranan atau manfaat pembangunan pariwisata antara lain: Semakin besarnya kesempatan berusaha, terbukanya lapangan pekerjaan, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pembangunan daerah, melestarikan budaya dan adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan dan kesegaran dan dapat mengurangi konflik sosial. (Kusno, 1998:24).

Peranan pembangunan pariwisata dapat dirasakan secara maksimal apabila dikelola dengan baik. Pemerintah daerah sebagai tokoh penting dalam pembangunan pariwisata daerah harus bersikap aktif dalam membangun pariwisata daerahnya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan dalam pasal 14 ayat 2 bahwa pembagian urusan pemerintahan kabupaten atau kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi


(14)

unggulan daerah yang bersangkutan antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, serta pariwisata.

Pembagian urusan wajib dan pilihan pemerintahan memberikan batasan yang jelas, sehingga pembangunan daerah dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Kota Bandar Lampung bertujuan mengembangkan kepariwisataan di Kota Bandar Lampung. Tugas dan fungsi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung dijelaskan pada bagian kedelapan pasal 20 sebagai berikut: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pelaksana tugas Walikota, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Kota dibidang Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, sedangkan fungsinya sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai fungsi antara lain:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan dibidang kebudayaan dan pariwisata.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Kebudayaan dan Pariwisata;

d. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(15)

Dinas terkait berusaha menjalankan tugas dan fungsinya untuk melaksanakan urusan pilihan yang diserahkan oleh pusat. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang dapat dilaksanakan sesuai potensi Kota Bandar Lampung adalah sektor pariwisata. Kota Bandar Lampung memiliki peran sangat penting selain dalam kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi, Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi masyarakat. Pusat perekonomian yang terletak di tengah kota menyebabkan berkembangnya banyak sektor perekonomian seperti jasa, perdagangan, hiburan, serta industri pariwisata. Potensi Pariwisata yang dimiliki Kota Bandar Lampung tidak kalah bersaing dengan potensi yang dimiliki daerah– daerah lainnya. Berikut ini beberapa objek wisata di Kota Bandar Lampung yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Objek Wisata di Kota Bandar Lampung

No Objek Wisata Lokasi

1 Pantai Duta Wisata Jl. RE.Marthadinata 2 Pantai Tirtayasa Jl. RE. Marthadinata 3 Pantai Puri Gading Jl. RE. Marthadinata 4 Taman Wisata Bumi Kedatun Jl. Wan Abdurahman 5 Wisata Alam Batu Putu Jl. Wan Abdurahman

6 Taman Kupu-kupu Jl. Wan Abdurahman

7 Taman Dipangga Jl. WR. Supratman

8 Nuwo Olok Gading Jl. Basuki Rahmat 9 Taman Hutan Kota Jl. Soekarno Hatta

10 Lembah Hijau Jl. Wan Abdurahman

11 Air Terjun Sukadana ham Tanjung Karang Barat 12 Museum Negeri Ruwa Jurai Jl. ZA Pagar Alam 13 Masjid Al Anwar Laksamana Malahayati

14 Pulau Kubur Teluk Betung Barat


(16)

Objek-objek wisata tersebut apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka akan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi sumber pendapatan daerah, memberdayakan ekonomi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta dapat meningkatkan pengenalan produk daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kota Bandar Lampung mempunyai potensi wisata yang sangat baik dan memungkinkan untuk dikembangkan. Bandar Lampung terkenal dengan kekayaan budaya dan kekayaan adat istiadat. Potensi pariwisata Bandar Lampung yang kurang berkembang dari wilayah lainnya disebabkan karena kurangnya prasarana pendukung terutama jalan. Kondisi jalan menuju lokasi pariwisata masih kurang baik, terlihat banyak jalan-jalan yang berlubang dan tentunya itu sangat mengurangi kenyamanan dalam menikmati pemandangan sepanjang perjalanan menuju lokasi tertentu. Sepanjang jalan menuju lokasi pariwisata tidak terdapat arah yang jelas yang menunjukan lokasi pariwisata yang sebenarnya. Minimnya penerangan lampu jalan juga menjadi masalah yang akibatnya perjalanan menuju tempat wisata hanya bisa dilakukan di siang hari. (Payyajah, 2013)

Permasalahan lain yang menjadi kendala dalam pengembangan objek wisata antara lain belum tumbuhnya kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata yang ada di Bandar Lampung, di samping pengelolaan usaha wisata yang belum dilaksanakan secara maksimal. Kelemahan yang paling mendasar dalam pengelolaan objek-objek wisata selama ini adalah masalah sanitasi, kebersihan lingkungan, sarana ibadah yang bersih, pengelolaan parkir


(17)

kendaraan, terbatasnya jumlah pemandu wisata dan kurang menguasai penggunaan bahasa Inggris atau bahasa asing, serta penjualan makanan yang kurang memperhatikan kebersihan. Apabila pariwisata Bandar Lampung sudah tertata baik tentunya akan mempercantik wajah kota dan tentunya diharapkan juga akan berimplikasi positif bagi pengembangan pariwisata dan peningkatan perekonomian kota. (Payyajah, 2013)

Permasalahan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung belum secara maksimal dalam mengelola dan mengembangkan objek wisata yang Kota Bandar Lampung miliki. Upaya yang belum serius tersebut, dapat dilihat dari beberapa event wisata tidak memberikan pemasukan bagi peningkatan ekonomi dan tidak berimplikasi pada peningkatan kesejahetaraan rakyat artinya sifat kegiatannya masih seremonial saja sehingga menimbulkan banyak keluhan masyarakat. (Novriwan, 2013 )

Salah satu potensi objek wisata yang dapat berkembang namun belum mendapat pengelolaan yang baik adalah Taman Hutan Monyet yang berada di Teluk Betung Utara. Hutan monyet merupakan salah satu potensi wisata yang memiliki ciri khas tersendiri. Peresmian kawasan persiapan objek wisata ekologi dilaksanakan pada akhir tahun 2007, sekaligus ditandai dengan pemasangan plang objek wisata. Peresmian objek wisata tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1996 tentang perubahan pertama Peraturan Daerah Kotamadya daerah tingkat II Nomor 7 Tahun 1988 Tentang Pengelolaan serta pengaturan penggunaan lereng, bukit gunung dalam wilayah Kotamadya daerah tingkat II Bandar Lampung. Pemasangan plang tersebut


(18)

merupakan sinyal positif untuk menuju objek wisata yang siap bersaing dan menjadi tujuan wisata.

Kawasan seluas kurang lebih 5.000 meter persegi menyimpan habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), serta peninggalan sejarah pada masa pemerintahan Jepang. Taman Hutan Monyet selain sebagai habitat bagi monyet, fungsi lain dari hutan ini ialah sebagai sumber mata air dan oksigen bagi Kota Bandar Lampung. Letak Taman Hutan Monyet sangat strategis berada di tengah kota serta memiliki panorama pemandangan yang indah. Lokasi persiapan objek wisata ekologi masih sangat alami sekali hanya berupa hutan yang dihuni keanekaragaman flora dan beberapa fauna. Keberadaan Taman Hutan Monyet banyak dimanfaatkan sebagian warga sebagai lokasi rekreasi dan wisata pendidikan. Bentuk permukaan tanah yang berupa lereng perbukitan tidak mengurangi nilai yang terkandung di dalamnya.

Potensi yang dimiliki objek wisata Taman Hutan Monyet apabila dikembangkan akan bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung yaitu berupa peningkatan pendapatan asli daerah dan akan memajukan pariwisata daerah Kota Bandar Lampung. Manfaat lain dari pengembangan objek wisata Taman Hutan Monyet bagi masyarakat yang ada sekitar lokasi objek wisata, dengan adanya rencana pengembangan objek wisata maka akan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi, perluasaan kesempatan kerja ini akan berdampak pada peningkatan taraf hidup bagi masyarakat sekitar dengan adanya pengembangan Taman Hutan Monyet ini.


(19)

Ketertarikan masyarakat terhadap keberadaan Taman Hutan Monyet ini dapat terlihat dari kunjungan wisatawan yang datang berkunjung setiap harinya. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama 6 hari, kunjungan masyarakat pada hari-hari kerja pada pagi dan siang hari tidak ramai hanya ada beberapa pasangan muda mudi dan anak sekolah yang terlihat. Kedatangan pengunjung mengalami peningkatan pada saat sore hari, yang dikunjungi tidak hanya dari remaja dan anak-anak namun didominasi orangtua yang mengajak anggota keluarga melepas penat dari kebisingan kota. Pada hari libur dan akhir pekan, mulai dari sekolah dasar dan sekolah menengah sering melakukan rekreasi untuk sekedar hiburan atau menambah ilmu pengetahuan.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengunjung Amnah, warga Antasari Sukarame Bandar Lampung ia menuturkan:

“Saya datang ke tempat ini diberitahu oleh teman ada tempat menarik di tengah kota dan gratis. Saya datang bersama anak-anak untuk memberi makan monyet-monyet. Tempat ini dapat menambah pengetahuan untuk anak saya khususnya tentang alam, karena di tengah kota saya tidak perlu jauh-jauh untuk mencari hiburan”.

(Wawancara 27 Februari 2013, pukul 15.30 WIB)

Minat masyarakat terhadap objek wisata ini tidak diiringi peran andil Pemerintah Kota dalam pengelolaan dan pelestarian lokasi persiapan wisata ekologi objek wisata Taman Hutan Monyet, kurangnya pemeliharaan dan pengembangan kawasan yang sesungguhnya sangat potensial. Bertambahnya populasi monyet objek wisata Taman Hutan Monyet, tidak diiringi dengan tersedianya fasilitas pendukung. Minimnya perhatian dan pengelolaan objek wisata yang potensial tersebut, sehingga keberadaan monyet mulai


(20)

meresahkan warga lantaran jumlah yang ada tak sebanding dengan luasan wilayah. Monyet mulai keluar dari habitatnya, mengganggu perkampungan masyarakat, merusak fasilitas yang masyarakat miliki, keresahan masyarakat bertambah dengan terjadinya beberapa kasus pengunjung dan masyarakat sekitar yang terkena gigitan monyet yang belum pernah mendapatkan vaksin rabies.

Berdasarkan wawancara dengan ketua RT setempat Yudian Jatra, Ketua RT 4 Lingkungan 2 Kelurahan Pahoman ia menuturkan:

“ Warung saya pernah dibobol kawanan monyet bandel itu. Makanan

anak-anak dan telur yang saya jual, digondol hewan yang anatominya mirip manusia itu. Terkadang monyet-monyet itu berkeliaran sampai ke

jalan dekat kantor Dinas Kesehatan.”

(Wawancara 16 Februari 2013, pukul 16.00 wib)

Peran Instansi terkait penting, untuk menunjang keberhasilan dan pengembangan daerah tujuan wisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai lembaga yang mempunyai peran penting dalam menjalankan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, memiliki wewenang dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata. Pelaksanaan manajemen pariwisata yang dilakukan oleh dinas terkait dilihat tidak hanya dari sisi manajemen tetapi juga dilihat dari sisi pariwisata. Antara manajemen dan pariwisata kedua konsep tersebut memiliki hubungan, sehingga dalam manajemen pariwisata selain memerlukan sisi manajemen yang terdiri dari sarana manajemen dan prinsip-prinsip manajemen, pada manajemen pariwisata memerlukan sisi pariwisata yang berupa aspek penawaran wisata


(21)

atau potensi objek tersebut sebagai input awal untuk dilakukan proses manajemen.

Adanya manajemen yang baik dari pemerintah dan berbagai pihak yang terkait akan memberikan dukungan dalam pengembangan pariwisata sehingga dapat berdampak meningkatkan minat kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun wisatawan asing dan target prospek objek wisata tersebut akan tercapai. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung Utara ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung.


(22)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan pariwisata khususnya manajemen pariwisata.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta masyarakat, dalam mengelola objek wisata di masa yang akan datang.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Manajemen

1. Definsi Manajemen

Istilah manajemen sering diidentikkan dengan istilah pengelolaan. Tidak sedikit orang yang mengartikan pengelolaan sama dengan arti manajemen. Antara manajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. Pengelolaan merupakan sebuah bentuk bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi tercapainya tujuan.

Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo dalam artikel Putra (2013) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2001:2) managemen is a distinct prosess consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determind and accomplish stated objectivies by the use of human being and other resources. Maksudnya manajemen adalah suatu


(24)

proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi pengelolaan dan manajemen adalah sama yaitu suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

2. Sarana-Sarana Manajemen

Manajemen dalam mencapai tujuan sangatlah diperlukan adanya tools (sarana-sarana, alat-alat atau unsur-unsur manajemen). Banyak tokoh-tokoh yang menyebutkan dengan istilah-istilah lain, tetapi pada intinya sama.

Menurut Manulang (1988:17) menggunakan istilah sarana manajemen, beliau menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi maka para manajer menggunakan sarana atau alat manajemen yaitu:

a. Man (Manusia)

Untuk melakukan berbagai aktivitas dalam organisasi kita perlukan manusia. Tanpa adanya manusia, manajer tidak akan mungkin mencapai tujuannya. Harus diingat bahwa manajer adalah orang yang mencapai hasil melalui orang lain.

b. Money (Uang)

Sarana manajemen yang kedua adalah uang. Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang. Seperti upah atau gaji


(25)

orang-orang yang mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi, membeli bahan-bahan peralatan, dan lain sebagainya. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa. Karena kegagalan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang

c. Material (Bahan-Bahan)

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material atau bahan-bahan, karenanya dianggap pula sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan.

d. Methods (Cara)

Agar dapat melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan hasil guna maka manusia dihadapkan pada berbagai alternative method atau cara melakukan pekerjaan. Oleh karena itu metode atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.

e. Market (Pasar)

Sarana manajemen yang penting lainnya adalah pasar atau market. Tanpa adanya pasar, maka tujuan tidak akan mungkin tercapai.

Berdasarkan sarana-sarana manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi maka para pengelola memerlukan adanya unsur 5M yaitu: Man, Money, Material, Methods, Market . Adanya unsur tersebut dapat mempermudah dalam melaksanakan pencapaian tujuan yang ingin di capai .

3. Fungsi Manajemen

Pada dasarnya, pembahasan tentang manajemen adalah pembahasan tentang beberapa fungsi fundamental yang harus dilaksanakan untuk memperoleh gambaran utuh tentang apa yang mesti dilakukan demi tercapaianya tujuan bersama.


(26)

Selanjutnya George R. Terry dalam Hasibuan (2001:14) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fungsi manajemen yaitu:

1. Perencanaan (planning) 2. Pengorganisasian (organizing) 3. Penggerakan (actuating) 4. Pengawasan (controlling)

Berikut ini penjelasan ke empat fungsi tersebut: a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas seorang pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah organisasi guna menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana secara mencapainya.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja, menetapkan wewenang relatif serta tanggung jawab masing-masing individu atas komponen kerja, dan menyediakan lingkungan kerja yang tepat dan sesuai. Dengan kata lain, pengorganisasian adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur manusia atau karyawan atau pegawai

c. Penggerakan (Actuating)

Menurut George R. Terry dalam Hasibuan (2001:17) yang dimaksud


(27)

semua anggota suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi”.

Penggerakkan atau pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan, agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat ditekankan pada bagaimana cara atau strategi seorang pemimpin dalam menggerakkan pegawainya. Hal ini sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan tugasnya di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar pilihan sadar dengan penuh tanggungjawab.

d. Pengawasan (Controlling)

Tanpa adanya fungsi pengawasan maka fungsi-fungsi yang lainnya tidak akan berjalan efektif dan efisien karena pengawasan tidak hanya berlangsung pada saat pelaksanaan tetapi juga pada saat perencanaan dan pengorganisasian. Pada dasarnya dalam fungsi pengawasan juga terdapat proses pengevaluasian untuk menjaga agar seluruh kegiatan tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai tujuan maka diperlukan tahapan-tahapan yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan yang dapat mempermudah untuk memperoleh gambaran utuh tentang apa yang mesti dilakukan demi tercapainya tujuan bersama.


(28)

4. Manajemen Pariwisata

a. Jenis-jenis Pariwisata

Menurut Pandit dalam Astarina (2010:11), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wisata Budaya

Adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan–kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah–daerah atau negara–negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya.

3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang–undang.

4. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan– ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan


(29)

untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 6. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. 7. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat– tempat suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap monyetmat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Berkaitan dengan objek wisata Taman Hutan Monyet, maka Taman Hutan Monyet masuk jenis wisata cagar alam. Taman Hutan Monyet dapat masuk kategori wisata cagar alam karena hutan ini dilindungi kelestarian lingkungannya oleh peraturan daerah setempat.

b. Ekologi Pariwisata

Ekologi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar unsur hayati yang dapat dibudidayakan dan nonhayati yang dapat dikelola untuk kegiatan pariwisata tanpa harus menyimpang dari tata alam yang ada (pencagaran). Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan menerapkan asas pencagaran sebagai berikut:

1. Benefisiasi

Adalah kegiatan kerja meningkatkan manfaat tata lingkungan dengan teknologi tepatguna, sehingga yang semula tidak bernilai yang


(30)

menguntungkan, menjadi meningkat nilainya secara sosial, ekonomi, dan budaya.

2. Optimalisasi

Adalah usaha mencapai manfaat seoptimal mungkin dengan mencegah kemungkinan terbuangnya salah satu unsur sumberdaya alam dan sekaligus meningkatkan mutunya.

3. Alokasi

Adalah suatu usaha yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan dalam menentukan peringkat untuk mengusahakan suatu tata lingkungan sesuai dengan fungsinya, tanpa mengganggu atau merusak tata alamnya. 4. Reklamasi

Adalah memanfaatkan kembali bekas atau sisa suatu kegiatan kerja yang sudah ditinggalkan untuk dimanfaatkan kembali bagi kesejahteraan hidup manusia.

5. Substitusi

Adalah suatu usaha mengganti atau mengubah tata lingkungan yang sudah menyusut atau pudar keualitasnya dan kuantitasnya, dengan sesuatu yang sama sekali baru sebagai tiruannya atau lainnya dengan mengacu pada tata lingkungannya

6. Restorasi

Adalah mengembalikan fungsi dan kemampuan tata lingkungan alam atau budayanya yang sudah rusak atau terbengkalai, agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

7. Integrasi

Adalah pemanfaatan tata lingkungan secara terpadu hingga satu dengan yang lainnya saling menunjang, setidaknya antara perilaku budaya manusia dengan unsur lingkungannya baik bentukan alam, ataupun hasil binaannya

8. Preservasi

Adalah suatu usaha mempertahankan atau mengawetkan runtunan alami yang ada, sesuai dengan hukum alam yang berlaku hingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. (Sumber: Astarina, 2010:23)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan menerapkan asas-asas pencagaran. Terkait dengan pengelolaan Taman Hutan Monyet, maka dapat dilihat sumber daya alam yang ada pada Taman Hutan Monyet dapat dikelola untuk kegiatan pariwisata khususnya wisata ekologi dengan menerapkan beberapa asas pencagaran yang ada.


(31)

c. Kajian Manajemen Pariwisata

Manajemen pariwisata tidak terlepas dari dua konsep yaitu: konsep manajemen dan konsep pariwisata. Kedua konsep tersebut sangat berhubungan, karena dalam manajemen pariwisata selain memerlukan sarana dan prinsip-prinsip manajemen, pada manajemen pariwisata memerlukan aspek potensi yang dimiliki oleh objek wisata tersebut sebagai input awal penawaran wisata agar dapat dilakukan proses manajemen. Menurut Medlik dalam Astarina (2010:19) ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:

a. Attraction (daya tarik)

Dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya .

b. Accesable (bisa dicapai).

Dalam hal ini dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata

c. Fasilitas (Amenities)

Syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan monyetsan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

d. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary)

Wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan (Protection of Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung / Orang berpergian.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan aspek penawaran sangat dibutuhkan dalam manajemen pariwisata. Aspek tersebut erat kaitannya dengan manajemen objek wisata, objek wisata yang akan dikelola harus memiliki potensi yang dapat dilihat dari terpenuhinya aspek-aspek tersebut.


(32)

d.Pengembangan Pariwisata

Kebijakan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan dan pengembangan kepariwisataan. Terlepas dari kebijakan yang dibuat oleh dinas terkait, objek wisata harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat diminati. Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

1. Something to see

Adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do

Adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy

Adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Sumber: Yoeti dalam Astarina, 2010: 32).

Pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.


(33)

B.Tinjauan Tentang Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Secara Etimologis kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta,

sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau “tourism“ (bahasa Inggris). Kata pariwisata, menurut pengertian ini, sinonim dengan

pengertian “tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut: kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari“ dan

“wisata”. Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap (ingat kata paripurna) sedangkan Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam

hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris .

Atas dasar itu, maka kata “pariwisata“ seharusnya diartikan sebagai

perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “kepariwisataan“ dapat digunakan

kata “tourisme” atau “tourism”.

Menurut Herman V.Schulalard dalam Yoeti (1996:114) memberikan batasan pariwisata sebagai berikut: kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara.


(34)

Menurut E.Guyer Freuler dalam Yoeti (1996:115) merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut:

“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar akan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas, masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.”

Batasan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh Hunzieker dan K. Krapt dalam Yoeti (1996:119), di mana batasan yang diberikannya sebagai berikut:

“Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat

sementara itu”.

Kemudian Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “An Introduction on

Tourism Theory” mengemukakan bahwa:

“Batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: manusia (Man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang (Space), yaitu daerah atau lingkup tempat melakukan perjalanan; dan waktu (Time), yakni waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata” (Yoeti, 1996:121).

Berdasarkan ketiga unsur itu (Man, Space, Time) Salah Wahab merumuskan pengertian Pariwisata sebagai berikut:

“Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang daerah lain (daerah tertentu, suatu Negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap”. (Yoeti, 1996:121).


(35)

Berdasarkan beberapa batasan yang disebutkan tersebut, tampak bahwa pada prinsipnya kepariwisataan dapat mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut dengan pertamasyaan dan rekreasi. Kepariwisataan dalam hal ini diberikan suatu garis pemisah yang mengatakan bahwa perjalanan tersebut tidak bermaksud untuk memangku suatu jabatan di suatu tempat atau daerah tertentu, sebab perjalanan terakhir ini dapat digolongan ke dalam perjalanan bukan untuk pertamasyaan atau pariwisata.

Suatu yang sangat menonjol dari batasan batasan yang dikemukakan di atas ialah bahwa pada pokoknya, apa saja yang menjadi ciri-ciri dari perjalanan pariwisata adalah sama atau dapat disamakan (walau cara mengemukakannya agak berbeda), yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang mau tidak harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor yang dimaksudkan antara lain:

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu,

b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ketempat lainnya,

c. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi,

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan


(36)

untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2. Jenis dan Macam Pariwisata

Pariwisata dilakukan untuk memenuhi keinginan masing-masing individu yang beraneka ragam. Kegiatan pariwisata dapat di bagi berdasarkan jenis dan macam pariwisata. Beberapa ahli membagi jenis dan macam pariwisata sesuai kategorinya masing-masing. Adapun pembagian kategori pariwisata tersebut dapat dikelompokkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis dan Macam Pariwisata

No Kategori Pariwisata Jenis 1 Letak geografis kegiatan

pariwisata berkembang

a. Pariwisata Lokal b. Pariwisata Regional c. Pariwisata Nasional 2 Pengaruhnya terhadap

neraca pembayaran

a. Pariwisata Aktif b. Pariwisata Pasif 3 Alasan atau tujuan

perjalanan

a. Pariwisata bisnis b. Pariwisata pakasi c. Pariwisata pendidikan 4 Waktu berkunjung a. Pariwisata musiman

b. Pariwisata okasional 5 Menurut Objeknya a. Cultural Tourism

b. Recupational Tourism c. Commercial Tourism d. Sport Tourism e. Political Tourism f. Social Tourism g. Religion Tourism


(37)

Sedangkan menurut Salah Wahab, dalam bukunya Tourism Management, membagi bentuk pariwisata sesuai dengan motivasi perjalanan yang dilakukan serta obyek yang dikunjungi sebagai berikut:

Tabel 3. Bentuk Pariwisata

No Kategori Pariwisata Jenis

1 Berdasarkan Jumlah orang a. Individual Tourism b. Group Tourism

2 Maksud dari perjalanan a. Recreatioanal Tourism atau Leasure Tourism

b. Cultural Tourism c. Health Tourism d. Sport Tourism e. Conference Tourism 3 Alat pengangkut yang

digunakan

a. Land Tourism b. Sea River Tourism c. Air Tourism

4 Letak geografisnya a. National Domestic Tourism b. Regional Tourism

c. International Tourism

5 Umur a. Youth Tourism

b. Adult Tourism

6 Jenis Kelamin a. Masculine Tourism

b. Feminine Tourism 7 Harga dan tingkat sosial a. Delux Tourism

b. Middle Class Tourism c. Social Tourism (Sumber : Yoeti, 1996 :153)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, jenis dan macam pariwisata dapat di kelompokkan sesuai kategori tertentu. Pengelompokkan kategori ini sesuai dengan maksud, tujuan, motivasi perjalanan, yang melakukan perjalanan, serta objek yang dikunjungi. Berkaitan dengan manajemen pengelolaan kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet. Jenis pariwisata Taman Hutan Monyet dapat digolongkan kedalam pariwisata pendidikan apabila dilihat dari tujuan


(38)

perjalanan pariwisata itu dilakukan, karena wisata ekologi itu merupakan wisata yang berhubungan dengan pendidikan khususnya pengetahuan tentang alam. Terlepas dari kategori itu, kegiatan pariwisata dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan individu yang beraneka ragam

C. Tinjauan Tentang Wisatawan

1. Pengertian Wisatawan

Orang-orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan, termasuk di dalamnya adalah wisatawan. Jadi tidak semua pengunjung adalah wisatawan .

Panitia statistik Liga Bangsa- Bangsa dalam sidang dewan yang diselenggarkan pada tanggal 22 Januari 1937, memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut: “Istilah wisatawan hendaklah dimaksudkan, setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara yang lain dari negara di mana ia biasanya tinggal.”

Berdasarkan batasan tersebut di atas, maka oleh panitia tersebut diputuskan bahwa mereka yang tersebut dibawah ini dapat dianggap sebagai wisatawan, yaitu:

a. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan atau sebagai wakil (utusan) untuk suatu keperluan tertentu (ilmiah, diplomatik, keagamaan, keolah-ragaan) dan sebagainya.


(39)

b. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usahanya (business).

c. Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan bersenang-senang, kekeluargaan, kesehatan dan sebagainya.

d. Pengunjung yang tiba dalam pesiar ( sea cruiser) walaupun kurang dari 24 jam.

Dalam rangka pengembangan dan pembinaan kepariwisataan di Indonesia, pemerintah telah pula merumuskan batasan tentang wisatawan, seperti yang dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 yang memberikan definisi sebagai berikut: “wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Batasan ini walau berlaku untuk wisatawan dalam dan luar negeri dianggap pengertiannya terlalu luas, sehingga untuk menampung persoalan-persoalan yang mungkin timbul, terutama dalam menentukan atau merumuskan kebijaksanaan masih perlu diperlukan uraian tambahan. Bila kita perhatikan batasan-batasan yang telah dikemukakan terdahulu, maka kita dapat memberikan ciri tentang seseorang itu dapat disebut sebagai wisatawan, yaitu:

a. Perjalanan dilakukan lebih dari 24 jam

b. Perjalanan itu dilakukannya untuk sementara waktu

c. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya.


(40)

Dapat disimpulkan bila tidak memenuhi syarat tersebut orang tersebut belum dapat dikatakan sebagai wisatawan. Satu saja syarat tidak dipenuhi, maka dua syarat yang lain menjadi gugur, karena itu suatu batasan yang memenuhi syarat tersebut di atas tanpa satupun yang ditinggalkan.

2. Jenis dan Macam Wisatawan

Kegiatan pariwisata dapat meningkatkan sektor perekonomian. Kunjungan wisatawan dapat memberikan pemasukan bagi Negara, daerah, dan masyarakat sekitar tempat wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Wisatawan dapat dibagi beberapa kategori sesuai maksud perjalanan wisata yang dilakukan.

Menurut Yoeti (1996:152), melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata dilakukan, maka kita dapat mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut:

(1) Wisatawan asing (foreign tourist)

Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang akan datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasa tinggal. Yang dimaksud dengan wisatawan semacam ini adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal .

(2) Wisatawan Domestik (Domestic tourist)

Adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak ada sama sekali unsur asingnya, baik kebangsaannya, uang yang dibelanjakannya atau dokumen perjalanan yang dipunyainya.

(3) Indigenous Foreign Tourist

Adalah warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, mahasiswa yang tergabung dalam IPPI di Eropa pulang ke Indonesia dan sampai di Indonesia mereka melakukan perjalanan wisata ke Danau Toba.


(41)

(4) Transit Tourist

Yang dimaksud dengan transit tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang menumpang kapal udara atau laut ataupun kereta api, terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan atau airport atau stasiun atas kemauan sendiri.

(5) Businnes Tourist

Yang dimaksudkan dengan business tourist adalah orang yang melakukan perjalanan (apakah orang asing atau warga negara sendiri) yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata yang akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.

Dari hasil pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis dan macam wisatawan dapat dilihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan.Wisatawan tidak hanya sengaja berlibur tetapi ada yang karena faktor urusan pekerjaan, bisnis, serta faktor ketidak sengajaan untuk singgah atas kemauan individu masing-masing.

D. Tinjauan Objek Wisata

1. Definisi Obyek Wisata

Definisi objek wisata atau tourist attraction sebagai segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengujungi suatu tempat tertentu. (Yoeti, 1996: 35).

Menurut dunia pariwisata segala sesuatu yang dapat bernilai untuk dikunjungi atau untuk dilihat dapat disebut atraksi atau lazim disebut sebagai objek wisata


(42)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata merupakan segala sesuatu yang dapat bernilai untuk dikunjungi serta mempunyai daya tarik tertentu, baik dilihat dari segi keunikan dan nilai yang tinggi yang menjadi tujuan wisatawan untuk mengunjungi ke daerah tersebut.

2. Jenis Obyek Wisata

Segala sesuatu yang menjadi daya tarik dapat didefinsikan sebagai objek wisata. Objek wisata dapat digolongkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan proses dan maksud tujuan objek tersebut terbentuk. Pada intinya objek wisata dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

a. Wisata Alam

Wisata Alam adalah: objek wisata yang murni natural terjadi dengan sendirinya karena proses alam tanpa ada campur tangan manusia. Objek yang termasuk kategori ini adalah wisata: Gunung, Hutan atau Hutan Lindung, Danau, Pantai, Laut, Sungai.

b. Wisata Bangunan

Wisata Bangunan adalah: objek wisata yang dibuat oleh manusia, dibuat karena ada maksud dan fungsi tertentu. Objek yang termasuk kategori ini adalah wisata: Bangunan Bersejarah seperti Museum, Candi, Monumen, Benteng.

c. Wisata Buatan

Wisata Buatan adalah: objek wisata yang dibuat oleh manusia diperuntukkan hiburan semata. Objek yang termasuk kategori ini


(43)

adalah wisata: Kebun Binatang, Taman Buah, Taman Bunga, Kolam Renang (Water Boom, Water Park), Taman Mini, Taman Impian, dan lain-lain.

(Sumber: Rusliana. Syarat Objek Wisata. Diakses pada tanggal 12 Januari2013.Pada:http://mia-rusliana.blogspot.com/2012/04/syarat-sebuah-obyek wisata.html)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan yang termasuk objek wisata dibagi menjadi beberapa kategori. Objek wisata ada yang alami terbentuk dari proses alam, ada yang terbentuk karena fungsi tertentu dan ada objek yang dibuat oleh manusia hanya untuk hiburan semata. Berkaitan dengan pengelolaan kawasan persiapan objek wisata Taman Hutan Monyet, maka Taman Hutan Monyet ini masuk kedalam kategori wisata alam. Semua objek wisata memiliki tujuan masing-masing terlepas dari semua itu objek wisata adalah sarana untuk rekreasi.

3. Syarat Suatu Obyek Wisata

Menurut Soekadijo dalam artikel Rusliana (2012): “sebuah objek wisata yang baik harus mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan wisatawan di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasaan kepada wisatawan yang datang berkunjung”. Kedatangan pengunjung dan kepuasan pengunjung, untuk mencapai hasil tersebut beberapa hasil yang dipenuhi yaitu:

1. Kegiatan dan objek yang ada harus dalam keadaan yang baik.

2. Objek atau atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial suatu perjalanan. Oleh karena itu harus memenuhi suatu determinan


(44)

spasial yaitu akomodasi, transportasi,promosi serta pemasaran, cara penyajian di depan wisatawan harus baik dan tepat.

3. Keadaan di objek wisata harus menahan wisatawan cukup lama berdiam.

4. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan agar bertahan selama mungkin.

(Sumber: Rusliana. Syarat Objek Wisata. Diakses pada tanggal 12 Januari2013.Pada:http://mia-rusliana.blogspot.com/2012/04/syarat-sebuah-obyek wisata.html)

Berdasakan pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa suatu objek wisata bisa dikatakan sebagai suatu daya tarik wisata jika telah memenuhi beberapa hal seperti objek dalam keadaan baik, kesan yang ditimbulkan dari objek itu harus mampu membuat pengunjung bertahan dan syarat-syarat tersebut tak lepas dari faktor-faktor pendorong minat wisatawan lainya seperti sarana dan prasarana pelengkap lainnya.

E. Tinjauan Tentang Promosi Pariwisata

1. Pengertian Promosi

Menurut Swastha dalam Rismiatun (2007:11), mengartikan promosi sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.

Promosi menurut Kothler dalam Rismiatun (2007:11) mengartikan promosi sebagai kumpulan insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek,


(45)

dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan sesuatu alat untuk mengerahkan dan menginformasikan suatu produk/ atau jasa secara lebih cepat kepada konsumen.

2. Kegiatan Promosi

Kegiatan dalam promosi adalah kegiatan periklanan. Periklanan merupakan komunikasi non individu, dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga serta individu-individu

(Swastha, 1990: 245).

Adapun fungsi iklan adalah sebagai berikut:

a. Membujuk atau mempengaruhi, periklanan juga bersifat membujuk terutama kepada pembeli potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari produk yang lain. Iklan seperti ini dapat menimbulkan pandangan yang positif pada masyarakat.

b. Menciptakan kesan, iklan dapat memberikan kesan tertentu terhadap produksian, juga dapat menciptakan kesan pada masyrakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.

c. Memuaskan keinginan, periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan dan tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling memuaskan.


(46)

d. Periklanan merupakan alat komunikasi, dengan adanya iklan maka komunikasi dua arah antar penjual dan pembeli dapat terpengaruhi dalam cara yang keefisienan dan keefektifan sehingga jika mengadakan pertukaran dapat saling memuaskan.

Sementara macam-macam periklanan yang ada yaitu:

a. Periklanan produksian, yang meliputi periklanan permintaan pokok dan periklanan permintaan yang selektif.

b. Periklanan kelembagaan, yang meliputi periklanan kelembagaan hubungan masyarakat dan periklanan kelembagaan pelayanan masyarakat.

c. Periklanan nasional regional dan nasional.

Dengan demikian kegiatan promosi diperlukan untuk saling menunjang promosi yaitu melalui periklanan baik yang dilakukan oleh lembaga atau individu.

3. Media Promosi

Kegiatan promosi dapat menjangkau masyarakat, maka harus dapat memilih media-media yang digunakan secara tepat sehingga dapat disesuaikan dengan yang diharapkan. Adapun media promosi tersebut adalah:

1. Media Periklanan, media promosi yang digunakan adalah majalah, papan reklame, radio, Internet, Surat Kabar, spanduk, televisi, poster, film, surat pos langsung, buku kecil (booklets), Pamflet, dan kartu pos (Postcard).

2. Media promosi penjualan, meliputi pengadaan pameran, mengikuti pameran diberbagai daerah baik didalam negeri maupun diluar negeri dan memberikan hadiah dan mensponsori suatu acara.


(47)

3. Media Publisitas, media yang digunakan meliputi televisi, surat kabar, radio dan lain-lain. (Swastha, 1990: 245 ).

Berkaitan dengan pengelolaan objek wisata, maka media promosi sangat diperlukan. Media promosi penting sebagai alat penyalur kegiatan promosi sehingga maksud dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Dengan adanya media promosi maka, hal-hal yang berkaitan dengan objek wisata dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Media yang digunakan untuk mempromosikan Taman Hutan Monyet saat ini adalah media periklanan yang berupa internet dan media publisitas yang medianya berupa surat kabar.


(48)

G. Rencana Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Monyet

Potensi wisata yang memiliki daya tarik yang khas perlu untuk dikelola. Rencana dan pembuatan kebijakan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan dan pengembangan kepariwisataan, karena dengan adanya hal tersebut maka akan mendukung program pengembangan objek-objek wisata yang ada. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, dijelaskan pada Bab VII Pasal 18 Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam hal pengelolaan dan pengembangan kepariwisataan dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung. Secara umum, rencana pengembangan objek wisata Taman Hutan Monyet ini ditekankan pada perencanaan pengembangan fasilitas objek dan daya tarik wisata yang terkandung di dalam Taman Hutan Monyet itu sendiri.

(Sumber: Rencana Usulan Kegiatan Kepariwisataan Daerah Kota Bandar Lampung, 2010)

Rencana awal objek wisata Taman Hutan Monyet ini adalah menjadikan Taman Hutan Monyet ini sebagai wisata unggulan. Kawasan ini awalnya ditetapkan menjadi sebagai wisata unggulan karena selain sebagai kawasan penangkap air atau cacthment area, kawasan ini juga menyimpan keunikan unsur hayati dan unsur non hayati. Setelah hampir 12 tahun maka kawasan Taman Hutan Monyet ini akhirnya ditetapkan sebagai persiapan objek


(49)

wisata ekologi berdasarkan Peraturan Daerah. Adapun rencana pengembangan fasilitas-fasilitas tersebut adalah penambahan dan perlengkapan serta perbaikan fasilitas fasilitas. seperti perbaikan jalan, tempat penampungan mata air, pembangunan gazebo, gudang makanan, dan tempat memberi makan serta program memberikan bantuan anggaran makanan monyet.

Pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada saat ini tidak terlalu banyak merubah tatanan yang ada. Unsur kealamian yang ada pada Taman Hutan Monyet tetap dipertahankan, hubungan timbal balik antar unsur hayati yang dibudidayakan dan nonhayati yang dikelola untuk kegiatan pariwisata tidak merubah tata alam yang telah ada. Rencana pengembangan objek wisata Taman Hutan Monyet ini menjadi suatu tugas yang harus di jalani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung untuk menentukan langkah-langkah yang paling efektif guna mencapai sasaran menjadikan Taman Hutan Monyet ini objek wisata ekologi.


(50)

H. Kerangka Pikir

Pembagian Urusan Pemerintahan bersifat pilihan melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dijelaskan pada Pasal 14 ayat 2 meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, serta pariwisata. Pembagian urusan wajib dan pilihan pemerintahan memberikan batasan yang jelas, sehingga pembangunan daerah dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.

Keberhasilan pembangunan pariwisata akan ditentukan oleh seberapa besar kesadaran untuk berpartisipasi dan merasa bertanggungjawab bersama dari masing-masing sektor pembangunan yang ada. Partisipasi dan tanggung jawab bersama dari masing-masing unsur terkait dalam pembangunan pariwisata dapat diwujudkan melalui dukungan suatu kebijakan, penyediaan produk wisata yang bersaing dalam mutu dan pelayanan, menciptakan persepsi masyarakat untuk menunjang serta melaksanakan keamanan dan kebersihan, ketertiban, keindahan, kesejukan, keramah tamahan dan kenangan yang disebabkan oleh adanya prasarana yang mendukung terutama akomodasi yang vital dalam pengembangan objek wisata-objek pariwisata.

Kepariwisataan merupakan salah satu potensi daerah yang letaknya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan salah satunya adalah Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Lampung


(51)

memiliki beraneka ragam objek wisata yang potensial yang tersebar di berbagai tempat. Semua potensi yang ada tersebut masih perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik karena masih banyak potensi-potensi wisata yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Salah satu potensi wisata yang dapat berkembang bila mendapat pengelolaan yang baik adalah Taman Hutan Monyet yang berada di Teluk Betung Utara. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai lembaga yang mempunyai peran penting dalam menjalankan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan diberi wewenang dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata, sehingga dinas tersebut memiliki wewenang dalam memanajemen Taman Hutan Monyet. Lokasi persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet diberikan manajemen oleh dinas terkait secara manajemen pariwisata. Kegiatan manajemen Taman Hutan Monyet dilihat dari sisi manajemen dan sisi pariwisata. Antara manajemen dan pariwisata kedua konsep tersebut sangat memiliki hubungan, karena dalam manajemen pariwisata selain memerlukan sisi manajemen yang terdiri dari sarana manajemen dan prinsip-prinsip manajemen, pada manajemen pariwisata memerlukan sisi pariwisata yang berupa aspek penawaran wisata atau potensi objek tersebut sebagai input awal untuk dilakukan proses manajemen.

Pada manajemen kawasan persiapan objek wisata Hutan Monyet dapat dilihat dari tiga aspek yang berkaitan dengan manajemen kawasan tersebut yaitu: Pertama, potensi yang dimiliki objek wisata yang terdiri dari:


(52)

b. Accesable (Bisa dicapai) c. Amenities (Fasilitas)

d. Ancillary (Adanya Lembaga Pariwisata)

Aspek kedua dalam manajemen pariwisata adalah sarana atau alat manajemen yang digunakan untuk mengembangkan kepariwisataan. Sarana manajemen digunakan karena suatu organisasi dalam mencapai tujuannya yang diperlukan yaitu sarana manajemen atau alat manajemen yang dikenal dengan 5 M yaitu: Man, Money, Material, Methods, Market. Aspek ketiga manajemen pariwisata tidak terlepas dari prinsip manajemen yang dapat diukur melalui fungsi-fungsi manajemen yaitu: planning, organizing, actuating, controlling. Manajemen Kawasan persiapan objek wisata ekologi dapat terlihat dari ketiga aspek tersebut diatas, sehingga dari ketiga aspek tersebut akan terlihat prospek objek wisata kedepannya.


(53)

Melalui pemaparan tersebut dan untuk memudahkan dalam mengetahui kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Hutan Monyet

Bagan 1. Kerangka Pikir

POTENSI SARANA MANAJEMEN PRINSIP-PRINSIP

MANAJEMEN

1. Attraction 2. Accesable 3. Amenities 4. Ancillary

Sumber: Astarina,2010

1. Man

2. Money

3. Material

4. Methods

5. Market

Sumber: Manulang, 1988

1. Planning 2. Organizing 3. Actuating 4. Controlling

Sumber : Hasibuan, 2001

Prospek Objek Wisata


(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

(Nawawi, 2001:63)

Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuaan fakta-fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki itu. (Nawawi, 2001:63)


(55)

Berdasarkan pendapat tersebut jika dikaitkan dengan penelitian, maka penelitian ini adalah suatu penelitian yang menyelidiki dan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian berupa lembaga yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung dalam mengelola kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet. Dalam proses penelitian ini, tipe penelitian yang peneliti gunakan ialah tipe penelitian kualitatif deskriptif yakni penelitian yang menafsirkan suatu perubahan sosial yang terjadi di lapangan dengan cara eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena kenyataan sosial dengan mendeskripsikan mendalam kondisi riil di lapangan berdasarkan dukungan fakta dan informasi yang ada.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif, karena fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian ini sangat membantu seorang peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian.

Terkait dengan manajemen kawasan wisata, setidaknya terdapat tiga aspek yang berkaitan dengan manajemen kawasan wisata tersebut yaitu:

(1) Potensi yang dimiliki objek wisata (2) Sarana Manajemen


(56)

Berdasarkan tiga hal tersebut maka, fokus penelitian ini adalah: 1. Potensi yang terdiri dari:

a. Attraction (Daya tarik) b. Accesable (Bisa dicapai) c. Amenities (Fasilitas)

d. Ancillary (Adanya Lembaga Pariwisata) 2. Sarana manajemen terdiri dari:

a. Man b. Money c. Material d. Methods e. Market

3. Prinsip-prinsip Manajemen terdiri dari: a. Planning (perencanaan)

b. Organizing (pengorganisasian) c. Actuating (penggerakan) d. Controlling (pengawasan)

C. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi, Moeleong (2005:16) menyatakan cara terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori, subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Lokasi pada penelitian ini adalah Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung sebagai Instansi yang melakukan manajemen dan Taman Hutan Monyet sebagai kawasan persiapan objek wisata yang dikelola. Pemilihan Lokasi penelitian ini didasarkan oleh beberapa pertimbangan bahwa lokasi ini dilihat dari segi potensi yang dimiliki apabila dikembangkan maka akan berimplikasi terhadap pendapatan asli daerah dari sektor


(57)

pariwisata, apabila dilihat dari segi letak lokasi objek wisata ini memiliki lokasi strategis karena berada di tengah kota, akses menuju lokasi mudah di capai sehingga mempermudah untuk melakukan pengelolaan.

D. Jenis Data

Data dikelompokan berdasarkan jenis dan posisinya, mulai dari yang paling nyata sampai dengan yang paling samar-samar, dan mulai dari yang paling terlibat sampai dengan yang bersifat sekunder. Jenis data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti sumber data tertulis.

1. Data Primer

Data primer yang digunakan adalah berasal dari data yang diperoleh dari lapangan, baik melalui pengamatan secara langsung atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada narasumber. Sumber data ditulis atau direkam. Dalam hal ini, data yang diperoleh merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara mengenai bagaimana manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Sumber data diperoleh dari informan yang diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu orang-orang yang mengetahui secara jelas mengenai manajemen


(58)

kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Data Sekunder

Data Sekunder, yaitu berupa data dokumentasi yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung, pengelola Hutan Monyet serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Menurut Nazir dalam Rismiatun (2007:33) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dengan si penjawab dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Dengan teknik ini peneliti melakukan wawancara dengan informan yang telah ditentukan secara lisan melalui percakapan dan tanya jawab secara langsung dengan informan dengan bertatap muka berdasarkan


(59)

daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun informan tersebut terdiri dari :

Tabel 4. Data Informan

No Nama Jabatan Wawancara

1 Ferry Yusticia Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Tanggal 15 Juli 2013

2 Erni Suud Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata

Tanggal 17 Juli 2013

3 Yaman Aziz Wakil Ketua Badan

Promosi Pariwisata Daerah

Tanggal 16 Juli 2013

4 Keno Rukmana

Ketua Lingkungan 10 Tanggal 15 Juli 2013

5 Abu Mansyur Ketua Masyarakat Peduli Lingkungan Hutan Kera

Tanggal 15 Juli 2013

6 Evy Rahmi Masyarakat Sekitar Tanggal 20 Juli 2013

7 Sofyan Pengunjung Tanggal 19 Juli

2013 Sumber: Data primer (diolah), 2013

2. Observasi (Pengamatan)

Menurut Moleong (2005:29) observasi adalah mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung secara cermat dan sistematis di lokasi penelitian yang berkaitan dengan manajemen kawasan persiapan objek wisata ekologi Taman Hutan Monyet.

Pengamatan yang dilakukan pada Taman Hutan Monyet adalah dengan melihat daya tarik yang ada pada Taman Hutan Monyet serta kunjungan pengunjung selama satu bulan. Selain melihat daya tarik, kondisi jalan


(60)

dan fasilitas yang terdapat pada Taman Hutan Monyet juga diamati selama penelitian.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002:236) dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan lain-lain.

Melalui teknik ini peneliti mempelajari berbagai sumber data melalui laporan hasil penelitian, buku-buku yang berhubungan dengan manajemen objek wisata bertujuan untuk mencari kebenaran ilmiah secara umum sebagai landasan dalam menganalisis data dan menjawab permasalahan yang diteliti. Adapun dokumen yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Pengelola Taman Hutan Monyet yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumen tersebut dapat di lihat pada tabel sebagai berikut ini:

Tabel 5. Data Dokumen

No Jenis Isi

1 Print out power point Gambaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

2 Surat Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung

Perihal Populasi Kera di Taman Hutan Kera

3 SK Walikota Nomor: 241/31/HK/2010

Pembentukan Pengurus

Kelompok Sadar Wisata Taman Hutan Kera Tirtosari Teluk Betung Utara

4 SK Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Nomor: 556/31/IV.39/2013

Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Taman Hutan Kera Tirtosari.


(61)

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan Moleong (2005:38) dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif adalah:

1. Editing

Yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang telah diperoleh melalui wawancara, maupun dokumentasi untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan. Tahap editing yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menyajikan hasil wawancara dan dokumentasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung dengan objek manajemen pengelolaan Taman Hutan monyet, yakni berupa kalimat-kalimat yang kurang baku disajikan dengan menggunakan kalimat-kalimat baku dan bahasa yang mudah dipahami, sehingga dapat dimengerti oleh pembaca.

2. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.


(62)

G. Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung serta Pengelola Taman Hutan Monyet dengan objek manajemen kawasan persiapan wisata ekologi Taman Hutan Monyet selanjutnya di analisis secara deskriptif dengan teori yang digunakan. Tujuannya untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta bagaimana manajemen kawasan persiapan objek wisata Taman Wisata Hutan Monyet.

Menurut Nazir dalam Rismiatun (2007:34) mengartikan bahwa analisis data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat suatu ukuran, memanipulasi serta mengangkat data sehingga mudah untuk dibaca. Data yang diperoleh dari wawancara akan diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Menurut Milles dan Huberman dalam Rismiatun (2007:34) terdapat tiga proses analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.


(1)

143

VI.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet di Teluk Betung Utara, maka penulis memberikan simpulan sebagai berikut:

1. Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah serta memiliki aspek penawaran wisata.

2. Sarana Manajemen yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung dalam menjalankan Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet belum memenuhi unsur 5 M yaitu: Man, Money, Material, Methods, Market. Sarana man, money dan material yang belum terpenuhi membuat proses manajemen Taman Hutan Monyet terhambat.

3. Prinsip-Prinsip Manajemen yang dijalankan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung pada Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Ekologi Taman Hutan Monyet, fungsi perencanaan, pengorganisasian sudah berjalan namun, pada fungsi penggerakan dan


(2)

144

pengawasan belum dapat terlaksana dengan baik. Sarana manajemen yang belum terpenuhi sehingga berakibat fungsi penggerakan manajemen belum dapat berjalan maksimal.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat penulis berikan terkait Manajemen Kawasan Persiapan Objek Wisata Taman Hutan Monyet adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung serta Kelompok Sadar Wisata memanfaatkan dan menggali potensi wisata yang dimiliki Kawasan Persiapan Objek Wisata Taman Hutan Monyet semaksimal mungkin untuk dijadikan objek wisata yang menarik.

2. Saran pada aspek sarana, sebaiknya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung berusaha memenuhi sarana manajemen yang dibutuhkan untuk mengelola objek wisata Taman Hutan Monyet. Usaha memenuhi sarana manajemen tersebut dengan cara bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengelola objek wisata, serta melaksanakan kebijakan kegiatan pelatihan teknis pariwisata untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

3. Prinsip manajemen pada objek wisata Taman Hutan Monyet agar terlaksana secara optimal maka, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus benar-benar mempersiapkan segala sarana manajemen sebelum melakukan manajemen objek wisata agar Taman Hutan Monyet dapat


(3)

145

menjadi sumber pendapatan daerah baik pajak dan retribusi dari sektor pariwisata.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Penerbit PT Rineka Cipta .

Astarina ,Yesita. 2010. Manajemen Pariwisata. Makalah . Pagaralam Handoko, Hani. T . 2001. Manajemen Edisi 2 . Yogyakarta. BPFE

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.

Kast , E. Fremont.dkk. 2002. Organisasi dan Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara Kusno Abi, 1998. Selayang Pandang tentang Perencanaan dan Pengembangan

Kepariwisataan, Makalah pada seminar Islam dan Pariwisata, Bandar Lampung

Manulang, M, 1988. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta. Penerbit Ghakia. Indonesia.

Marpaung, Happy dkk.2002. Pengantar Pariwisata. Alfabetha. Bandung.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Pandit, I Nyoman, S. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Cetakan ke-enam (edisi revisi ). Jakarta. PT. Pradnya Paramita Rismiatun. 2007. Pelaksanaan Kebijakan Promosi Pariwisata Oleh Dinas

Pariwisata Seni Dan Budaya Kabupaten Lampung Selatan Dalam MeningkatkanWisatawan Di Objek Wisata Pemandian Air Panas Way Belerang Sukamandi Kalianda . Skripsi.


(5)

Semenguk,Adius dkk.1999. Laporan Penelitian Identifiksi Obyek dan Produk Pariwisata di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.

Suporahardjo. 2005. Pembelajaran Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Komunitas. Bogor. Pustaka Latin.

Swastha, Basu.1990. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty offset. Yogyakarta Yoeti,Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung

Website :

Rusliana, Mia. Syarat Objek Wisata. Diakses pada tanggal 12 Januari 2013. Pada:http://mia-rusliana.blogspot.com/2012/04/syarat-sebuah-obyek wisata.html

Novriwan, Ahmad. Lampung belum serius mengelola objek wisata. Diakses pada 19 Mei 2013.

Pada:http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/02/03/6/128185/Lamp ung-Dinilai Belum-Serius-Kelola-Objek-Wisata

Payyajah. Melihat Potensi Pariwisata dan permasalahan dari pesesir lampung. Diakses pada tanggal 19 Mei 2013.

Pada http://payyajah.wordpress.com/2011/05/9/melihat-potensi-pariwisata-dan-permasalahan dari-wajah-pesisir-bandar-lampung/

Putra, Zulfikar. Pengertian Pengelolaan. Diakses 12 Januari 2013.

Pada: http://id.shvoong.com/writing-and speaking/ presenting/ 2108155 pengertian pengelolaan/#ixzz2KghQ6IlF http://telukbetung-kotaku-ndang-nazar.blogspot.com/2009/12/hutan-wisata-kera bandar-lampung.html . http://www.wisatamelayu.com/id/news/2706-Pariwisata-Hutan-Monyet-dan-Gua Ditata http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/43694-kembangkan-wisata hutan monyet http://mimingarmini.blogspot.com/2012/04/pengembangan-pariwisata-yang didasarkan.html


(6)

Dokumen-dokumen:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1996 Tentang Pengelolaan serta Pengaturan Penggunaan Lereng , Bukit Gunung dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat IIb Lampung.