Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian

G2B Government to Business, dan G2C Government to Citizens bisa berjalan secara sinergi. Dengan demikian produk hukum yang dihasilkan oleh Pemkab Badung harus menjadi dasar yang kuat agar pelaksanaan perizinan dapat berjalan sesuai tujuan dan gagasan yang telah diperjuangkan dalam pembentukannya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka menarik bagi penulis untuk membuat suatu karya tulis skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik Di Kabupaten Badung ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemerintah Kabupaten Badung menyelenggarakan pelayanan perizinan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik? 2. Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pelayanan perizinan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Kabupaten Badung?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Atas dasar pertimbangan kemudahan dalam mendapatkan bahan hukum, maka dari itu penelitian ini hanya dibatasi pada penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten Badung. Agar tercapainya tujuan dari tulisan ini dan tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka perlu ditetapkannya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas. Untuk permasalahan yang pertama akan dibahas mengenai pelaksanaan pelayanan perizinan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Kabupaten Badung. Sedangkan untuk permasalahan yang kedua hanya dibahas mengenai faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pelayanan perizinan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Kabupaten Badung.

1.4 Orisinalitas Penelitian

1. Untuk memberikan perbandingan penelitian penulis menggunakan skripsi pembanding dengan judul Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas yang dibuat oleh Ayu Kartika Gusti Saputra Olii. Penulis skripsi tersebut berasal dari Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto dibuat tahun 2011, dengan permasalahan bagaimanakah pendelegasian wewenang perizinan di badan penanaman modal dan pelayanan perizinan di Kabupaten Banyumas. Hasil dari pembahasan permasalahan tersebut adalah bahwa Pendelegasian kewenangan perizinan yang diberikan oleh Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan adalah pemberian wewenang untuk mengurus perizinan yang semula dipegang oleh Bupati kemudian diserahkan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Akan tetapi, dalam hasil penelitian ditemukan bahwa surat keputusan perizinan masih menggunakan kata “atas nama” Bupati. Hal ini tidak sesuai dengan teori delegasi dimana dengan pemberian delegasi ada pergeseran kompetensi yaitu adanya pelepasan wewenang dan penerimaan suatu wewenang. Seharusnya dengan adanya delegasi maka kewenangan yang dimiliki Bupati beralih sepenuhnya kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Dengan demikian, tanggung jawab yuridis berada ditangan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bayumas selaku delegataris. 2. Skripsi pembanding yang kedua dengan judul Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Dan Pajak Reklame dibuat oleh Agus Suciptoroso yang berasal dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dibuat tahun 2008. Permasalahan yang diangkat dari skripsi tersebut adalah yang pertama pelaksanaan pelayanan prosedur perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan terpadu Kabupaten Sragen dan yang kedua hambatan- hambatan apa saja dalam pelaksanaan pelayanan prosedur perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen. Pembahasan dari permasalahan yang pertama adalah Pelaksanaan pelayanan prosedur perizinan dan pajak reklame sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Sragen yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame dan Keputusan Bupati Sragen Nomor 44 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Pajak Reklame, serta peraturan-peraturan terkait lainnya. Sedangkan pembahasan permasalahan yang kedua adalah Dalam pelaksanaan pelayanan prosedur perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen terdapat berbagai hambatan baik dari pihak BPT sendiri maupun pihak Pemohon. Hambatan tersebut sebagai berikut Hambatan dari pihak BPT yaitu adanya pelanggaran oleh pemohon reklame terhadap tempat yang dilarang oleh Pemerintah Daerah untuk didirikan reklame, banyak pemohon yang memang reklame terlebih dahulu kemudian baru mengajukan ijin pemasangan keterlambatan perpanjangan ijin reklame oleh pemohon yang berasal dari luar kota, penertiban yang sedikit susah karena banyak pemohon yang tidak memasang reklame sesuai ijin yang diajukan, sosialisasi yang belum merata. Hambatan dari pihak pemohon perizinan reklame yaitu pemasangan reklame pada tempat yang sulit untuk dijangkau biasanya agak lama. Biasanya kalau ada pejabat yang penting dalam proses perijinan sedang keluar, sehingga waktu yang harus ditunggu oleh pemohon terlalu lama. perizinan penyelenggaraan reklame di lokasi yang tanahnya merupakan milik pemerintah daerah biasanya prosesnya agak lama.

1.5 Tujuan Penelitian