Otonomi Daerah Teori Kewenangan

d. Ada pembagian kekuasaan. 19 Pemerintah juga dalam hal ini harus memperhatikan hak dan kewajiban masyarakat dalam menjalankan pemerintahannya agar terwujudnya kekondusifitasan dalam penyelenggaraan negara.

2. Otonomi Daerah

Wewenang pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri atau pemerintahannya disebut otonomi daerah yang pengertiannya diatur dalam Pasal 1 angka 6 UU Pemda. Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, dilaksanakan dengan asas- asas sebagai berikut: a. Asas Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. b. Asas Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. c. Asas Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupatenkota danatau desa; serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 20 Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi, asas efektifitas dan asas keadilan agar terwujudnya pemerintahan yang ideal yang sesuai dengan ketentuan Pasal 58 UU Pemda. Asas- asas tersebut berfungsi sebagai pegangan para pejabat administrasi negara dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya, tentunya juga agar tidak terjadi tindakan pemerintah yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan bertentangan dengan asas legalitas yang dimana wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan. 19 Bagir Manan, 1994, Dasar-dasar Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Menurut UUD 1945, UNPAD, Bandung, h. 19. 20 Siswanto Sunarno, op.cit, h. 7.

3. Teori Kewenangan

Dalam beberapa sumber menerangkan, bahwa istilah kewenangan wewenang disejajarkan dengan bevoegheid dalam istilah Belanda, menurut Philipus M. Hadjon salah seorang guru besar Fakultas Hukum Unair mengatakan, bahwa “wewenang terdiri atas sekurang- kurangnya mempunyai 3 tiga komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum dan komformitas hukum”. 21 Komponen pengaruh, bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum; dasar hukum dimaksudkan, bahwa wewenang itu haruslah mempunyai dasar hukum, sedangkan komponen komformitas hukum dimaksud, bahwa wewenang itu haruslah mempunyai standar. Sementara itu Bagir Manan menjelaskan, bahwa “wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan macht ”. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban rechten en plichten. Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri zelffregelen dan mengelola sendiri zelfgesturen, 22 sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan. Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. 23 Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ 21 Philipus M. Hadjon, 1998, “Tentang wewenang Bahan Penataran Hukum Administrasi tahun 19971998 Fakultas Hukum Universita Airlangga ”, Surabaya, h. 2. 22 Ibid,h. 79. 23 Ridwan HR, op.cit, h. 74. pemerintahan lainnya. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.

4. Tindakan Pemerintah