Teori Negara Hukum Landasan Teoritis

Mengenai manfaat praktis yang didapatkan penulis dari hasil penelitian ini adalah untuk melatih diri dalam mengungkapkan pendapat maupun saran terhadap suatu permasalahan hukum. Sedangkan bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif yang berupa evaluasi dan masukan terhadap proses pelayanan perizinan agar tercapainya kualitas pelayanan publik yang lebih baik.

1.7 Landasan Teoritis

Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang secara eksplisit menyatakan bahwa “Indonesia adalah Negara Hukum”. Negara hukum yang dianut oleh Indonesia tidaklah dalam artian formal, melainkan dalam artian material yang juga diistilahkan dengan Negara Kesejahteraan Welfare State. 14

1. Teori Negara Hukum

Untuk disebut sebagai Negara Hukum maka harus memiliki dua unsur pokok yakni adanya perlindungan hak asasi manusia dan adanya pemisahan kekuasaan dalam Negara. 15 Ide ini selanjutnya oleh Freidrich Julius Stahl, dengan menambah dua unsur lagi yaitu setiap tindakan negara harus berdasarkan undang-undang serta adanya peradilan administrasi negara. Dengan memantapkan prinsip liberalisme yang dikemukakan pada unsur-unsur Negara Hukum, sehingga dapat rumusannya menjadi: 16 1. Adanya jaminan atas hak asasi manusiahak dasar manusia 2. Adanya pemisahan kekuasaan 14 E. Utrecht, 1960, Pengantar hukum Administrasi Negara Indonesia, FHPM Univ. Negeri Padjajaran, Cet. Ke- 4, Bandung, h. 21. 15 Moh Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya Media Pratama, Jakarta, h.132. 16 Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, Sekertariat Jenderal dan Kepanitraan Mahkamah KonstitusiRI,h.151. 3. Pemerintahan berdasarkan hukumundang-undang 4. Adanya peradilan tata usaha negaraadministrasi negara. Konsep Negara hukum dalam teori Anglo Saxon dikenal dengan sebutan rule of law. Konsep ini menekankan pada tiga unsur utamanya yaitu: a. Supremasi hukum supremacy of law, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum; b. Kedudukan yang sama didepan hukum equality before the law, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat; c. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang the constitution based on individual right, dan keputusan-keputusan peradilan. 17 Muchsan dalam kaitan ini menunjukan bukti-bukti negara Indonesia sebagai negara kesejahteraan dengan mengacu pada 2 dua hal, yakni: 1. Salah satu sila dari Pancasila sebagai dasar falsafah negara sila kelima adalah keadilan sosial. Ini berarti tujuan negara adalah menuju kepada kesejahteraan dari para warganya; 2. Dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa tujuan pembentukan negara Indonesia, salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum. 18 Tentu ada konsekuensi yang muncul dalam negara kesejahteraan, yakni lebih banyak kebebasan kepada pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan serta akan memungkinkan lahirnya sengketa antara rakyat dengan pemerintah. Maka dari itu segala tindakan pemerintah haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan memberikan perlindungan terhadap hak rakyat. Hal ini menjadi keharusan, karena mengenai unsur atau persyaratan negara hukum menurut Bagir Manan adalah: a. Semua tindakan harus berdasarkan hukum; b. Ada ketentuan yang menjamin hak-hak dasar dan hak-hak lainnya; c. Ada kelembagaan yang bebas untuk menilai perbuatan penguasa terhadap masyarakat badan peradilan yang bebas; 17 Muhammad Tahir Azahary, 1991, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Hukum Madinah dan Masa kini, Prenada Media, Jakarta, h.90. 18 Muchsan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, Selanjutnya disingkat Muchsan I, h. 70. d. Ada pembagian kekuasaan. 19 Pemerintah juga dalam hal ini harus memperhatikan hak dan kewajiban masyarakat dalam menjalankan pemerintahannya agar terwujudnya kekondusifitasan dalam penyelenggaraan negara.

2. Otonomi Daerah