EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODELPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN

PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

Oleh DITA APRIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan modelproblem solvingyang efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi hidrolisis garam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 10 Bandar Lampung yang terdiri dari 6 kelas IPA. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5dan XI IPA6 SMAN 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan Non-Equivalent Control Group Design. Efektivitas modelproblem solvingdiukur ber-dasarkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-ratan-Gainkemampuan mem-fokuskan pertanyaan untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil penelitian setelah melakukan uji statistik (uji t) menunjukkan rata-rata n-Gainberbeda secara signifikan dengan hipotesis yang diterima adalah rata-rata n-Gainkemampuan memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen lebih


(2)

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil penelitian ini didukung oleh penilaian sikap siswa antara lain rasa ingin tahu, banyak bertanya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, proaktif dalam menjawab pertanyaan, komunikatif dan bekerja-sama. Rata-rata penilaian afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi di-bandingkan kelas eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa modelproblem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan

memfokuskan pertanyaan pada materi garam hidrolisis.

Kata kunci : Efektivitas,problem solving,memfokuskan pertanyaan, materi garam hidrolisis


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN

PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

Oleh DITA APRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 10 April 1993, anak ketiga dari empat bersaudara buah hati Bapak Mujiman dan Ibu Hartuti (Alm).

Pendidikan diawali pada tahun 1998 di taman kanak-kanak Al-Hikmah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1999, SDN 2 Tanjung Senang yang diselesaikan tahun 2005, SMPN 29 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008, SMA Bina Mulya Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2009, SMA Gajah Mada yang diselesaikan tahun 2011. Pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur tertulis SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi anggota HIMASAKTA Divisi Pendidikan tahun 2011/2012. Pada tahun 2014 mengikuti Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA Muhammadiyah Gisting, desa Kutadalom, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.


(8)

Moto

“Suatu tindakan yang disertai doa membuat kita lebih percaya diri dan pantas untuk sukses” (Dita Apriani)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”

(Al-Baqarah : 45)

“Belajarlah mengalah sampai tak seorangpunbisa mengalahkanmu” (Gobind Vashdev)


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga tercurah pada suri tauladan kita Rasulullah Muhammad S.A.W., dengan

kerendahan hati saya persembahkan tulisan sederhana ini kepada :

Teristimewa untuk Bapak dan Ibu ,, yang selalu mendoakan, mendukung, memotivasi, memberikan cinta, kasih sayang dan materi untuk keberhasilan saya di masa depan. Jerih payah dan kerja keras Bapak dan Ibu tidak akan terlupakan dan tidak akan dapat terbalaskan. Semoga keikhlasan Bapak dan Ibu mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Keluarga Mbak Dewi, Mas Teguh dan Adik Taufik, terima kasih telah memberikan doa dan keceriaan dalam hidup.

Teruntuk sahabat-sahabat dan tim skripsi, terimakasih atas motivasi, semangat serta bantuan yang selalu kalian berikan dalam menyelesaikan studi.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan Pada Materi Garam Hidrolisis”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW. Terimakasih disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. IbuEmmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.


(11)

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembahas atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan P.MIPA Universitas Lampung

8. Ibu Dra. Zusmizawati, selaku kepala SMA Negeri 10 Bandarlampung, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Maria Ulfa, S.Pd., selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 10. Sahabat seperjuangan angkatan 2011 seluruhnya tanpa terkecuali, Kakak dan

Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran... 8

B. ModelProblem Solving... 9

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 10

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17

E. Analisis Konsep ... 18

F. Kerangka Pemikiran ... .. 23

G. Anggapan Dasar ... 24


(13)

vi

III. METODOLOGI PENELITIAN... 25

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 26

C. Data Penelitian ... 26

D. Rancangan Penelitian ... 26

E. Instrumen Penelitian... 27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 28

G. Hipotesis Kerja... 33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 39

1. Uji Persamaan Dua Rata-Rata... 41

2. Uji perbedaan dua rata-rata ... 43

B. Pembahasan... 49

C. Kendala Saat Penelitian ... 56

V. SIMPULAN A. SIMPULAN... 57

B. SARAN... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 66

3. Lembar Kerja Siswa ... 97


(14)

vii

5. Rubrik Penilaian Pretes ... 125

6. Soal Postes ... 128

7. Rubrik Penilaian Soal Postes ... 130

8. Nilai Siswa ... 134

9. Lembar Observasi Afektif Siswa ... 136

10. Rubrikasi Afektif Siswa ... 138

11. Niai Afektif Siswa ... 140

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 144

13. Surat Keterangan Penelitian... 145

14. Daftar Hadir Seminar Usul Penelitian ... 146


(15)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis... 12

2. Analisis konsep garam hidrolisis ... 19

3. Rancangan penelitian ... 26

4. Hasil uji normalitas nilai pretes siswa... 42

5. Hasil uji homogenitas nilai pretes siswa ... 42

6. Hasil pengujian kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa ... 43

7. Hasil uji normalitasn-gainsiswa... 44

8. Hasil uji homogenitasn-gain siswa ... 45


(16)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 32 2. Rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan memfokuskan pertanyaan

siswa pada kelas kontrol dan eksperimen ... 39 3. Rata-rata nilain-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa

kelas kontrol dan kelas eksperimen... 41 4. Rata-rata penilaian afektif dengan indikator rasa ingin tahu... 46 5. Rata-rata penilaian afektif dengan indikator banyak bertanya dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran... 47 6. Rata-rata penilaian afektif dengan indikator proaktif dalam menjawab

pertanyaan yang diajukan... 47 7. Rata-rata penilaian afektif dengan indikator komunikatif... 47 8. Rata-rata penilaian afektif dengan indikator bekerjasama ... 48


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berin-teraksi dalam kehidupan nyata yang artinya bahwa pendidikan diberikan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran yang mampu menyiapkan mereka menghadapi kehidupan nyata. Pendidikan dituntut agar mampu menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman (Wardoyo, 2013).

Pendidikan agar mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman, maka memerlukan suatu kurikulum. Kurikulum merupakan sepe-rangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Tim Penyusun, 2006). Kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-dikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksana-kan oleh masing-masing satuan pendididilaksana-kan. KTSP terdiri dari tujuan pendididilaksana-kan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat satuan pendi-dikan, kalender, dan silabus. Salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam KTSP adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). Menurut Trianto (2014) secara umum IPA


(18)

2

dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah ob-servasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA, yang berkembang berdasarkan pada feno-mena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai produk seperti fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses atau kerja il-miah; dan kimia sebagai sikap. Pembelajaran kimia di SMA dan MA memiliki tu-juan tertentu yaitu untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terha-dap pernyataan ilmiah, tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil obser-vasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah keteram-pilan berpikir kritis dan guru ikut berperan penting dalam mengembangkan kete-rampilan berpikir siswa tersebut.

Guru sebagai fasilitator siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa harus memiliki kemampuan dalam hal pengendalian proses pembelajaran di kelas. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi materi yang akan dicapai, sehingga siswa lebih aktif berpikir selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah modelproblem solving. Modelproblem solvingadalah suatu penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suryani (2012) mengatakan bahwa modelproblem solving


(19)

3

terdiri dari 5 langkah yaitu ada masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, me-netapkan jawaban sementara dari masalah tersebut menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan menarik kesimpulan. Berdasarkan langkah-langkah terse-but, pembelajaran dengan menggunakan modelproblem solvingdiharapkan efek-tif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran menggunakan modelproblem solvingdapat melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan dalam memecahkan masalah memerlukan keterampilan berpikir kritis.

Ennis (1989) mendefinisikan bahwa berpikir kritis sebagai suatu cara berpikir re-flektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus yakini dan harus dilakukan. Terdapat 12 sub keterampilan berpikir kritis yang di-kelompokkan dalam lima keterampilan berpikir kritis. Salah satunya adalah kete-rampilan memberikan penjelasan sederhana. Ketekete-rampilan ini memiliki tiga ke-mampuan, salah satunya adalah kemampuan memfokuskan pertanyaan yang akan digunakan pada penelitian ini. Kemampuan memfokuskan pertanyaan dipilih agar siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan siswa aktif bertanya dan dapat menjawab pertanyaan dari berbagai kemungkinan jawaban siswa. Munculnya pertanyaan pada siswa diawali dengan adanya ma-salah yang ditampilkan oleh guru.

Langkah-langkah pada modelproblem solving yang dapat digunakan untuk mela-tihkan kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan adalah pada tahap per-tama dan tahap ketiga. Pada tahap perper-tama yaitu adanya masalah yang jelas untuk


(20)

4

dipecahkan. Pada tahap ini siswa diharuskan merumuskan pertanyaan dari sebuah fakta sehingga masalah menjadi jelas dan dapat dipecahkan, siswa akan dilatih su-paya dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu merumuskan per-tanyaan. Pada tahap ketiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah. Pada tahap ini siswa dilatih mempertimbangkan dugaan jawaban berdasarkan data yang telah diperoleh. Tahap ini juga melatih siswa dalam meningkatkan keteram-pilan berpikir kritis yaitu merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. Kedua keterampilan di atas meupakan indikator dari kemampuan memfokuskan per-tanyaan.

Hasil observasi di kelas dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri 10 Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran kimia masih didominasi oleh guru. Fakta tersebut menunjukkan bahwa tidak ak-tifnya siswa saat proses pembelajaran berlangsung karena siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh gurunya, sehingga tidak melatih siswa untuk ber-pikir kritis. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengubah model mengajar guru yang tepat agar siswa dapat menjadi aktif dan terampil berpikir. Hasil penelitian Saputra(2012) yang berjudul “Efektivitas Model PembelajaranProblem Solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”menjelaskan bahwa dengan menggunakan modelproblem solvingdalam pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia dapat meningkat-kan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarmeningkat-kan hasil observasi dan hasil pe-nelitian sebelumnya, maka dilakukan pepe-nelitian meng-gunakan modelproblem solvingyang diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir kritis .


(21)

5

Mata pelajaran kimia kelas XI semester genap terdapat beberapa standar kompe-tensi (SK), salah satunya adalah SK 4 yaitu memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. Pada SK 4 terdapat beberapa kompe-tensi dasar (KD) salah satunya adalah KD 4.5 yaitu menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut. KD 4.5 ini mem-pelajari pokok bahasan mengenai garam hidrolisis. Garam hidrolisis adalah salah satu materi kimia yang memiliki konsep-konsep yang berhubungan dengan pokok bahasan sebelumnya maupun konsep-konsep yang ada dalam materi garam hidro-lisis saling berkaitan baik secara teoritis maupun matematis dalam penyelesaian soal. Sehingga materi garam hidrolisis sesuai untuk mengaplikasikan pembelajar-an menggunakpembelajar-an modelproblem solvingdalam meningkatkan keterampilan ber-pikir siswa.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, maka dilakukanlah penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Bandar Lampung dengan judul “Efektifitas ModelProblem Solvingdalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Per-tanyaan Pada Materi Garam Hidrolisis”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana Efektivitas ModelProblem Solvingdalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan Pada Materi Garam Hidrolisis?


(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan modelproblem solvingyang efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa:

Efektivitas modelproblem solvingdalan meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa khususnya pada materi Garam Hidrolisis. 2. Bagi guru dan calon guru:

Guru dan calon guru memperoleh model pembelajaran yang efektif pada materi Garam Hidrolisis.

3. Sekolah

Penerapan modelproblem solvingdalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang diguna-kan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan dengan peningkatan


(23)

7

nilai pretes-postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pening-katan nilai pretes-postes siswa di kelas kontrol.

2. Menurut Meltzer peningkatan nilai pretes-postes siswa dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (n-Gain)(Rismalinda, 2014).

3. Langkah-langkah model problem solving menurut Suryani (2012) adalah (a) ada masalah yang jelas, (b) mencari data atau keterangan yang dapat di-gunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan

4. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1989) yaitu memberikan penjelasan sederhana dengan ke-mampuan memfokuskan pertanyaan pada indikator merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin pada materi Garam Hidrolisis

5. Garam Hidrolisis adalah salah satu materi kimia yang memiliki konsep-konsep yang berhubungan dengan pokok bahasan sebelumnya, baik secara teoritis maupun perhitungan matematis dalam penyelesaian soal. Materi yang dibahas pada pokok bahasan garam hidrolisis meliputi penentuan sifat berapa larutan garam, menentukan komponen penyusun dan penyebab dari be-berapa larutana garam yang mengalami hidrolisis sebagian dan total, serta dapat menghitung pH dari beberapa senyawa garam.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menu-rut Hamalik (2005) menyatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami isi materi yang sedang dipelajari. Sedangkan efektifitas pembelajaran menurut Siddiq (2012) adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembe-lajaran yang diharapkan. Begitupun untuk keefektifan model pembepembe-lajaran.

Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila ada-nya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditujukkan dengan peningkatan nilai postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan perubahan nilai pretes-postes siswa di kelas kontrol.


(25)

9

B.Model Pembelajaran Problem Solving

Kemampuan memecahkan masalah memerlukan proses berpikir. Jika masalah itu berhasil dipecahkan berarti siswa mempelajari sesuatu yang baru. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam berpikir seperti mengamati, bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya perlu terus ditingkatkan. Pemikiran siswa diarahkan pada hal-hal yang menuntut kemampuan mencari jawaban sebanyak mungkin terhadap persoalan yang dihadapinya. Siswa dirangsang berpikir kreatif dan dapat menjajagi bidang-bidang baru dan menghasilkan penemuan-penemuan baru. Berkaitan dengan pengertian yang telah diuraikan, maka pemecahan ma-salah atau problem solving dapat diartikan sebagai kemampuan yang menunjuk-kan pada proses berpikir yang terarah untuk menghasilmenunjuk-kan gagasan, ide, atau me-ngembangkan kemungkinan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya agar tercapai tujuan yang diinginkan ( Sumiati dan Asra, 2008 ).

Menurut Suryani (2012) langkah-langkah model problem solving yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan ma-salah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.


(26)

10

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam hal ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban ter-sebut betul-betul sesuai.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Model ini lebih dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan siswa.

2. Proses belajar-mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. Apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan kerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik se-cara kreatif dan menyeluruh, sebab dalam proses belajarnya siswa banyak ber-latih memecahkan permasalahan dari berbagai segi dalam rangka pemecahan-nya.

C.Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Robert Ennis berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan re-flektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Fisher dan Scriven berpikir kritis adalah interpretasi dan


(27)

eva-11

luasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher, 2008).

Menurut Liwoso (Suyanti, 2010) proses pembelajaran berpikir kritis dimulai dengan suatu pernyataan apa yang akan dipelajari, menampilkan temuan tidak ter-batas dan pertimbangan kemungkinan-kemungkinan dan kesimpulan pola-pola pengertian yang didasarkan pada kejadian. Alasan-alasan, penyimpangan, dan prasangka baik para pengajar maupun para ahli membandingkan dan membentuk lembaga penilaian. Sedangkan menurut Sembel (Suyanti, 2010) berpikir kritis me-rupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang mem-buat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Berpikir kritis bukanlah dilaku-kan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah memper-tanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada. Dengan demikian bisa ditemu-kan alternative atau solusi terbaiknya.

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta stra-tegi dan taktik (strategy and tactics).

Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.


(28)

12

4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.

11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis Keterampilan berpikir

kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

1. Memberikan penjelasan sederhana

1. Menfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. c. Menjaga pikiran terhadap

situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesim-pulan

b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi alasan

yang tidak dinyatakan d. Mencari persamaan dan

perbedaan

e. Mengidentifikasi dan me-nangani ketidaktepatan f. Mencari struktur dari

argumen g. Meringkas 3. Bertanya dan menjawab

pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang me-nantang

a. bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa? b. Apa alasan utama Anda? c. Apa yang Anda maksud

dengan...?

d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan menjadi

contoh?

f. Bagaimana mengaplikasi-kan ke kasus ini? g. Apa yang menjadi

per-bedaan? h. Apa faktanya?


(29)

13

Tabel 1 (Lanjutan) Keterampilan berpikir

kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

1. Memberikan penjelas-an sederhpenjelas-ana

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang me-nantang

i. Apakah ini yang Anda katakan,...?

j. Apakah yang ingin Anda katakan lagi mengenai hal tersebut? 2. Membangun

kemampuan dasar

4. Memutuskan sumber yang dapat dipercaya

a. Keahlian

b. Mengurangi konflik yang menarik perhatian c. Kesepakatan

antarsumber d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ditetapkan f. Mengetahui resiko g. Kemampuan

memberikan alas an h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a. Mengurangi

menggunakan dugaan b. Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan

c. Laporan yang dilakukan oleh pengamat

d. Mencatat hal-hal yang diperlukan

e. Pembuktian

f. Kemungkinan dalam pembuktian

g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam

menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat

atas kredibilitas kriteria 3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

a. Kelas logika

b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretsi suatu

pernyataan 1) Penyangkalan 2) Kondisi yang

di-butuhkan dan secukupnya

3) Kata logika lainnya:

“hanya”, “jika dan hanya jika”. “atau”, “beberapa”,

“kecuali”. “tidak keduanya”, dll.


(30)

14

Tabel 1 (Lanjutan)

Keterampilan berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

3. Menyimpulkan 7. Menginduksi dan mem-pertimbangkan hasil in-duksi

a. Menggeneralisasi a. Kekhasan dari sebuah

data: batasan cakupan data

b. Pengambilan contoh c. Tabel dan grafik b. Menyimpulkan

kesim-pulan yang bersifat penjelasan dan hipotesis

1. Tipe-tipe kesimpulan yang bersifat menjelaskan dan hipotesis:

1. Pernyataan sebab akibat

2. Menyatakan hal yang dapat dipercaya dan sikap orang lain. 3. Menginterpretasikan

maksud penulis 4. Menyatakan secara

historikal tentang hal-hal yang terjadi 5. Melaporkan definisi 6. Menyatakan sesuatu

yang merupakan alasan dan kesimpulan yang tidak tercantum.

2. Menginvestigasi a) Merancang

eksperimen, termasuk merancang variabel kontrol.

b)Mencari fakta dan fakta yang berlawanan c) Mencari penjelasan

yang mungkin

3. Kriteria memberikan anggapan yang tepat. a) Mengemukakan

kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta b) Mengemukakan

kesimpulan berdasar-kan fakta

c) Alternatif kesimpulan yang tidak sesuai fakta


(31)

15

Tabel 1 (Lanjutan)

Keterampilan berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

3. Menyimpulkan 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

d) Mengemukakan kesimpulan yang masuk akal

8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Menerapkan konsep

(prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan 4. Membuat penjelasan

lanjut

9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi

a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh

b. Strategi definisi 1) Tindakan:

melaporkan maksud, menetapkan maksud, mengungkap-kan posisi pada suatu permasalahan (termasuk rencana dan definisi yang meyakin-kan) 2) Mengidentifikasi dan

mengendali-kan (a) Memberikan

perhatian kepada keadaan

(b) Jenis-jenis respon yang mungkin:

(i) “Definisi yang kurang tepat” (respon yang sederhana) (ii) Pengurangan keadaan yang bukan-bukan “Menurut definisi tersebut, ada hasil yang


(32)

16

Tabel 1 (Lanjutan)

Keterampilan berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

4. Membuat penjelasan lanjut

9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi

(iii) Mempertimbang-kan alternatif interpretasi 3) Mendefinisikan istilah

dan mempertimbang-kan definisi konten (isi).

10. Mengidentifikasi asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

b. Asumsi yang dibutuhkan: rekonstruksi argumen 5. Strategi dan taktik 11. Memutuskan suatu

tindakan

a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan alternatif

solusi

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan sementara

e. Merivew, memasukkan sumber ke dalam laporan dan membuat keputusan f. Memonitor pelaksanan 12. Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorika d. Mempresentasikan

posisi, baik lisan maupun tulisan

Pada penelitian ini, yang dikembangkan adalah kelompok memberikan penjelasan sederhana dengan indikator kemampuan memfokuskan pertanyaan dan sub indi-kator yang dipilih yaitu merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria jawab-an yjawab-ang mungkin.


(33)

17

D.Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan hasil penelitian terkait model pembelajaran problem solving :

1. Hasil penelitian Saputra (2012) menemukan bahwa pembelajaran dengan model problem solving lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan ber-pikir kritis siswa daripada dengan pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis siswa dengan sub indikator (1) mengapa, (2) kemampuan untuk memberikan alasan, (3) mengemukakan hipotesis, (4) membuat bentuk definisi (contoh dan non contoh), dan (5) men-definisikan masalah. Untuk kelas kontrol dan eksperimen berturut-turut adalah (1) -0.81 dan 0.73, (2) -0.63 dan 0.762, (3) -0.2 dan 0.49, (4) -0.5 dan 0.697, dan (5) 0.44dan 0.70

2. Penelitian Safitri (2013) menemukan bahwa pembelajaran melalui penerapan model problem solving dapat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa dalam mengklasifikasi dan menginferensi pada materi asam-basa. Hal ini tebukti dari rata-rata nilai yang di dadapat dari perolehan nilai posttest. Rata-rata nilai keterampilan klasifikasi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut 95 (sangat baik); 86,04 (sangat baik); dan 87,38 (baik). Rata-rata nilai keterampilan inferensi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah berturut-turut 93,75 (sangat baik); 78,55 (baik); dan 64,58 (baik).

3. Penelitian Damayanti (2014) menemukan bahwa penerapan model pem-belajarn Problem Solving disertai hierarki konsep dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan presentase kreativitas tinggi siswa pada siklus I adalah 48,00% dan meningkat


(34)

18

menjadi 76,00% pada siklus II. Pada aspek kognitif, ketuntasan belajar siswa 68,00% pada siklus I meningkat menjadi 80,00% pada siklus II dan aspek afektif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan presentase dari 74,49% pada siklus I meningkat menjadi 79,40% pada siklus II.

E. Analisis Konsep

Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk meme-cahkan masalah, siswa harus mengetahui aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Analisis konsep dengan konsep bujursangkar (Rosser, 1984:461) dalam Dahar (1989) antara lain (1) Nama konsep. Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat ber-komunikasi tentang konsep itu. (2) Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep. Atribut-atribut kriteria dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Atribut-atribut va-riabel konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda antara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. (3) Definisi konsep. Pada ting-kat formal siswa dapat belajar konsep melalui definisi yang diberikan. Kemampu-an untuk menyatakKemampu-an suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakKemampu-an. Sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep itu. (4) Contoh-contoh dan non-contoh-noncontoh. (5) Hubungan konsep pada konsep-konsep lain : superordinat, koordinat dan subordinat.


(35)

19

Tabel 2. Analisis konsep pada materi garam hidrolisis No Nama/

Label

Definisi Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub Ordinat

1 Garam Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Komponen kation dan anion garam dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida(Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa.

Konsep konkret Senyawa ionik ion positif (kation), ion negatif (anion) hasil reaksi asam dan basa senyawa anorganik senyawa organic ion mono-atomik ion poliatomik Jenis anion dan kation Teori asam-basa Arrhenius Teori asam-basa Brownsted Lowry Reaksi asam-basa Garam netral garam asam garam basa NaCl, CH3COONa CH3COOK, NH4Cl, NH4Br, NaF Na2SO4

NaOH, HCl, NH4OH

2 Garam

netral

Garam netral adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan tidak mengubah warna kertas lakmus

Konsep konkret Berasal dari asam kuat dan basa kuat Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa NaCl, NaBr, NaI, LiNO3

CH3CO ONa, NH4Cl


(36)

20

Tabel 2 (Lanjutan) No Nama/

Label

Definisi Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub

Ordinat

3 Garam

asam

Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan dapat mengubah kertas lakmus menjadi berwarna merah Konsep konkret Terbentuk dari asam kuat dan basa lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

NH4Cl, Al2(SO4)3 (NH4)2SO4

CH3CO ONa, NaBr, NaI

4 Garam basa

Garam basa yaitu garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah

Konsep konkret Terbentuk dari basa kuat dan asam lemah Jenis kation dan anion Teori asam-basa Reaksi asam-basa

CH3COONa, Na2CO3 CH3COOK

CH3CO ONH4, NaBr,

5 Garam

hidrolisi

Garam hidrolisi adalah reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air sehingga menggeser kesetimbangan air. Reaksi ini biasanya mempenga-ruhi pH larutan

Konsep abstrak Reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbangan

Penyangga Hidrolisis parsial(seba gian) Hidrolisis total

CH3COONa (NH4)2SO4, NaClO4, Li3PO4, NH4Cl, NH4Br,

CH3COONH4

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(37)

21

Tabel 2 (Lanjutan) No Nama/

Label

Definisi Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh

Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub Ordinat 6

Hidro-lisis parsial

Hidrolisis parsial adalah reaksi antara kation atau anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa kuat (garam basa) atau garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat (garam asam) dilarutkan dalam air

Konsep abstrak

- Reaksi kation dari asam lemah

bereaksi dengan air - Reaksi anion dari

basa lemah

bereaksi dengan air - Garam asam dan

garam basa dilarutkan dalam air Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an

Penyangga Garam hidrolisi yang berasal dari asam kuat dan basa lemah Garam hidrolisi yang berasal dari asam lemah dan basa kuat

CH3COONa (NH4)2SO4, NaClO4, Li3PO4, NH4Cl, NH4Br

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3

7 Hidro-lisis total

Hidrolisis total adalah reaksi antara kation dan anion yang berasal dari asam lemah dan basa le-mah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa le-mah dilarutkan dalam air, dan sifat netral atau asam atau basa dari laru-tannya bergantung pada nilai Ka dan Kb untuk

Konsep abstrak

- Reaksi kation dengan air dan reaksi anion dengan air terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan dalam air

- harga Ka - harga Kb

Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an

Penyangga Garam hidrolisi yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

CH3COONH 4

Al2(CO3)3

NaCl, NaBr, NaI, LiNO3


(38)

22

No Nama/ Label

Definisi Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub Ordinat 7

Hidro-lisis total ion-ion yang terhidrolisis. Konsep abstrak Jenis kation dan anion

Penyangga CH3COONH4

Al2(CO3)3 8 Tetapan

Hidro-lisis (Kh)

Tetapan

Kesetmbangan dari reaksi Hidrolisis Berdasark an prinsip Tetapan kesetimbangan Jenis kation dan anion Teori asam dan basa Reaksi asam basa Reaksi kesetimbang an

Penyangga Tetapan

hidrolisis larutan garam NH4Cl 0,001 M jika harga Kb= 10–5 adalah 10-9 M .

Tetapan hidrolisis larutan garam NH4Cl 0,001 M jika harga Kb= 10–5 adalah 10 M

9 pH

garam menghid rolisis

pH garam hidrolisi adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman larutan garam yang menghidrolisis air Berda-sarkan prinsip Bilangan Tingkat keasaman larutan garam yang menghidrolisis air

[H+], [OH-] zat Garam yang mengalami hidrolisis pH larutan asam dan basa

Penyangga pH larutan pe-nyangga

pH dari larutan (CH3COO)2Ca 0,2 M.

(Diketahui harga Ka CH3COOH = 1,8 × 10–5) adalah 9,18

pH dari larutan (CH3COO)2 Ca 0,2 M. (Diketahui harga Ka CH3COOH = 1,8 × 10–5) adalah 10


(39)

23

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memfokuskan pert-anyaan dengan indikator merumuskan pertpert-anyaan dan merumuskan kriteria ja-waban yang mungkin menggunakan model problem solving. Model Problem Solving melibatkan siswa terhadap permasalahan dalam pembelajarannya. Pene-rapan model ini akan membuat siswa cenderung aktif melibatkan diri pada proses pembelajaran, sehingga guru tidak mendominasi kelas. Tahap pertama, meng-orientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat menen-tukan atau menemukan permasalahan dari fenomena masalah yang telah disam-paikan oleh guru, sehingga akan melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu merumuskan pertanyaan.

Tahap kedua yaitu mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecah-kan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya me-ngenai masalah yang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah. Pada tahap ini siswa mempertimbangkan du-gaan jawaban berdasarkan data yang diperoleh, siswa akan dilatih untuk mening-katkan keterampilan berpikir kritis yaitu merumuskan kriteria untuk mempertim-bangkan jawaban yang mungkin. Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini siswa melakukan percobaan untuk membukti-kan jawaban sementara. Kemudian melakumembukti-kan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS berbasis problem solving. Tahap kelima menarik kesimpulan; artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah awal.


(40)

24

Penerapan model problem solving ini memberikan kebebasan untuk mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, sehingga dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan dan me-rumuskan kriteria jawaban yang mungkin.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar siswa mem-peroleh materi yang sama oleh guru yang sama.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia sis-wa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 diabaikan.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model problem solving efektif dalam me-ningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada materi garam hidrolisis.


(41)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 215 siswa. Kemampuan akademik siswa pada tiap kelas adalah heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan teknik ini maka peneliti menetapkan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen yang mengalami pembelajarannya menggunakan model problem solvingdan XI IPA 6 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran yang biasa digunakan guru di SMA Negeri 10 Bandar Lampung yaitu dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.


(42)

26

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan modelproblem solvingdan tanpa penggunaan modelproblem solving.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan memfokuskan pertanyaan.

c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi yang diberikan yaitu garam hidrolisis.

C. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuanti-tatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes se-telah pembelajaran diterapkan (postes) siswa, serta data yang bersifat kualitatif yaitu data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakam metode quasi eksperimen dengan desain

Non-Equivalent Control Group Design. Menurut Creswell (2003) terdapat

langkah-langkah yang menunjukan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu: Tabel 3. Rancangan Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X1 O2


(43)

27

Keterangan :

X1 : Pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaranproblem solving - : Pembelajaran kimia tanpa menggunakan modelproblem solving

O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes O2 : Kelas ekserimen dan kelas kontrol diberi postes

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain silabus, rencana pe-laksanaan pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, instrumen tes, rubrik penilaian instrumen tes, lembar kerja siswa (LKS), lembar penilaian beserta rubrik afektif dan psikomotor. Adapun instrumen tes yang digunakan berupa soal pretes dan postes. Soal pretes yang digunakan adalah soal uraian yang mengukur kemam-puan memfokuskan pertanyaan pada materi asam basa dan soal postes yang di-gunakan adalah soal uraian yang mengukur kemampuan memfokuskan pertanyaan pada materi Garam Hidrolisis. Dalam pelaksanaannya, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal pretes dan postes yang sama.

Agar data yang diperoleh dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat digunakan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti se-cara tepat. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi yang dilakukan dengan judgment. Validitas isi dengan carajudgmentmemerlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka dalam hal ini validitas isi dilakukan oleh ahli. Dalam hal ini dilaku-kan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan


(44)

peneli-28

tian, tujuan pengukuran, indikator dan butir-butir pertanyaannya. Bila ternyata unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan yang

bersangkutan.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah 1. Observasi Penelitian

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 10 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI IPA mengenai proses pembelajaran yang biasa dilakukan guru.

2. Menentukan Populasi dan Sampel

Menentukan populasi dan sampel penelitian berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

3. Mempersiapkan Instrumen dan Perangkat Pembelajaran Tahap persiapan Yaitu membuat silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal tes, instrumen tes berupa soal pretes dan postes, rubrik penilaian instrumen tes, lembar kerja siswa (LKS), lembar penilaian beserta rubrik afektif dan psikomotor.

4. Validasi Instrumen

Instrumen yang telah dibuat divalidasi dengan carajudgmentyang dilaku-kan oleh dosen pembimbing.


(45)

29

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaranproblem solving dan kelas kontrol dengan pembelajaran yang biasa digunakan guru di SMA Negeri 10 Bandarlampung yaitu dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.

a) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi hidrolisis sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

(1) Kelas eksperimen

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dalam 5 kelompok secara heterogen.

a. Kegiatan Pendahuluan

- Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Guru memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

Tahap 1: Merumuskan masalah

- Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan sebagai langkah permasalahan bagi siswa.


(46)

30

Tahap 2 : Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

- Guru membimbing siswa untuk mencari referensi yang relevan untuk memecahkan masalah.

- Siswa mencari referensi yang relevan untuk memecahkan masalah.

Tahap 3 : Merumuskan hipotesis

- Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis untuk menjawab yang diajukan pada tahap sebelumnya.

- Siswa merumuskan hipotesis.

Tahap 4: Menguji kebenaran jawaban sementara

- Guru membimbing siswa dalam proses eksperimen, tugas dan diskusi membuktikan jawaban sementara bersama dengan teman sekelompoknya.

- Siswa melakukan eksperimen, tugas dan diskusi untuk membuktikan jawaban sementara bersama dengan teman se-kelompoknya.

Tahap 5 : Membuat kesimpulan

- Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi serta melakukan tanya jawab

- Siswa mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi.

- Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan berdasar-kan hasil eksperimen dan diskusi.


(47)

31

- Siswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi.

- Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang materi yang telah dipelajari.

c. Kegiatan Penutup

- Guru memberikan evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.

(2) Kelas Kontrol

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dalam 5 kelompok secara heterogen.

a. Kegiatan Pendahuluan

- Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Guru memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti

- Guru memberikan pertanyaan untuk didiskusikan siswa mengenai materi Garam Hidrolisis.

- Siswa berdiskusi untuk mencari jawaban tersebut. - Siswa mempresentasikan hasil diskusi nya.

- Guru memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil diskusi siswa

- Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.


(48)

32

Kegiatan Penutup

- Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.

c) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6. Analisis data

7. Penulisan pembahasan 8. Simpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian Observasi Pendahuluan

Menentukan Populasi dan Sampel

Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran

Validasi Instrumen

Pretes Kelas Eksperimen

Pembelajaran model problem solving

Pembahasan dan Simpulan Analisis Data

Postes

Kelas Kontrol

Pembelajaran yang biasa digunakan guru

disekolah (ceramah, diskusi dan tanya


(49)

33

G. Hipotesis Kerja

Rata-ratan-Gain keterampilan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada materi Garam Hidrolisis yang diterapkan modelproblem solving lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain dengan tanpa menggunakan modelproblem solving.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik analisis data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes untuk mengukur kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Perhitungan nilai pretes dan postes

Nilai pretes atau postes dirumuskan sebagai berikut :

Nilai =

Jumlah skor yang diperoleh siswa

Jumlah skor maksimal

x 100

b. Perhitungann-Gain

Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditujukkan dengan peningkatan nilai pretes-postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pening-katan nilai pretes-postes siswa di kelas kontrol.

Untuk mengetahui efektivitas kemampuan siswa dalam memfokuskan per-tanyaan pada materi Garam Hidrolisis antara dengan menerapkan model

problem solvingdan tanpa menerapkan modelproblem solving, maka


(50)

34

(n-Gain)bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes kedua kelas. Menurut Meltzer dalam Rismalinda (2014) besarnya peningkatan dihitung dengan rumusn-Gain,yaitu :

n-Gain= nilai postes-nilai pretes nilai maksimum -nilai pretes 2. Pengujian hipotesis

a. Uji normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah : H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Uji ini biasanya menggunakan ujiChi-Kuadrat:

χ =

(Oi Ei)

Ei

Sudjana (2005 : 293) dengan krieria uji : terima H0jika χ2hitung χ2tabel dengan taraf signifikan 5% Keterangan :

χ2 : nilaiChi-Kuadrat Oi : frekuensi pengamatan Ei : frekuensi yang diharapkan n : banyaknya kelas interval


(51)

35

b. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempuyai varians yang homogen atau tidak.

H0: kedua kelas penelitian mempunyai varians yang homogen H1: kedua kelas penelitian mempunyai varians yang tidak homogen Rumus statistik untuk uji homogenitas (F) :

= ( )

( 1)

Keterangan :

= varians terbesar = varians terkecil

Kriteria uji : terima H0jika FhitungFtabel, dengan taraf nyata 5%

c. Uji Persamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki kemampuan memfokuskan pertanyaan yang berbeda secara signifikan atau tidak. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis:

H0: = : rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam

memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol.


(52)

36

H1: : rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam

memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol.

Keterangan :

: rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen : rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol

x : kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002): 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung    ...(4) dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan : 1

X = rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas ekeriperimen

2

X = rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol

s2 = varians gabungan

n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen


(53)

37

2 2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika -ttabel< thitung< ttabel dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).

d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainantara pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: µ1≤µ2 : Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen (yang diterapkan model problem solving) lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol (yang tidak diterapkan modelproblem solving)

H1: µ1>µ2 : Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen (yang diterapkan model problem solving) lebih rendah daripada rata-ratan-Gain kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol (yang tidak diterapkan modelproblem solving)

Keterangan:

: rata-ratan-Gain(x) pada kelas eksperimen : rata-ratan-Gain(x) pada kelas kontrol


(54)

38

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002): 2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung    ...(4) dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan : 1

X = rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas eksperimen

2

X = rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol

s2 = varians gabungan

n1 = jumlah siswa pada kelas eksperimen n2 = jumlah siswa pada kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t > t1-1/2αdengan derajat kebebasan

d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian efektifitas model pembelajaranproblem solvingpada materi hidrolisis garam dapat disimpulkan bahwa :

Rata-ratan-Gainkemampuan memfokuskan pertanyaan dengan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi dari pada rata-ratan-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan dengan tidak menggunakan model pembelajaranproblem solvingpada materi hidrolisis garam, maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan modelproblem solving efektif untuk meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pem-belajaran lebih efektif dan maksimal.


(56)

58

2. Model pembelajaranproblem solvingdapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. 2003.Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches Second Edition. New Delhi: Sage Publications. Damayanti, D. R. 2014. Upaya Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki Konsep pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014.Jurnal Pendidikan Kimia (JPK)Universitas Sebelas Maret, 124.

Dahar, R. W. 1996.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R. H. 1989.Critical Thinking.University of Illinois. Urbana-Campaign. Fisher, A. 2008.Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar.Erlangga : Jakarta

Hamalik, O. 2005.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta.

Mergendoller, John R dan Nan L Maxwell. 2005. The Effectiveness of Problem-Based Instruction : A Comparative Study Of Instructional Methods and Student Characteristics.The Interdiscriplinary Journal Of Problem Based Learning.1(2): 1-69.

Oktavia, V. 2013. Analisis Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan dan Menganalisis Argumen pada Materi Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran Inquiriterbimbing. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Rismalinda, A. 2014. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan Kimia.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Safitri, N. 2013. Analisis Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi pada Materi Asam-Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas XI IPA.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok

kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi.Universitas Lampung. Bandarlampung.


(58)

60

Siddiq, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematis Siswa.

Skripsi.Universitas Lampung. Bandarlampung.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung

Sumiati dan Asra. 2008.Model Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung. Suryani, L A. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta.

Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia.Graha Ilmu. Yogyakarta. Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum: Process Over

Out-put.International Journal Of Humanities and Social Science. 1(9): 1-7. Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BNSP. Jakarta.

____________. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Trianto. 2014.Model Pembelajaran Terpadu .Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

2 2

s

= varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H

0

jika -t

tabel

< t

hitung

< t

tabel

dengan derajat

kebebasan d(k) = n1

+ n2

2 dan tolak H0

untuk harga t lainnya. Dengan

menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1

-

α ).

d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif

perlakuan terhadap sampel dengan melihat

n-Gain

antara pembelajaran pada

kelas kontrol dan eksperimen. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan

hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0

: µ1

≤µ

2

: Rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan

pertanyaan pada kelas eksperimen (yang diterapkan model

problem solving

) lebih tinggi daripada rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas

kontrol (yang tidak diterapkan model

problem solving

)

H1

: µ1

2

: Rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan

pertanyaan pada kelas eksperimen (yang diterapkan model

problem solving

) lebih rendah daripada rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan pada kelas

kontrol (yang tidak diterapkan model

problem solving

)

Keterangan:

: rata-rata

n-Gain

(x) pada kelas eksperimen

: rata-rata

n-Gain

(x) pada kelas kontrol


(2)

38

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana,

2002):

2 1 2 1

1

1

n

n

s

X

X

t

hitung

...(4)

dan

2

)

1

(

)

1

(

2 1 2 2 2 2 1 1 2

n

n

s

n

s

n

s

Keterangan :

1

X

= rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan

pada kelas eksperimen

2

X

= rata-rata

n-Gain

kemampuan siswa dalam memfokuskan pertanyaan

pada kelas kontrol

s

2

= varians gabungan

n

1

= jumlah siswa pada kelas eksperimen

n

2

= jumlah siswa pada kelas kontrol

2 1

s

= varians kelas eksperimen

2

2

s

= varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H

0

jika t > t

1-1/2α

dengan derajat kebebasan

d(k) = n1

+ n2

2 dan tolak H0

untuk harga t lainnya. Dengan menentukan

taraf signifikan α = 5% peluang (1

-

α ).


(3)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian efektifitas

model pembelajaran

problem solving

pada materi hidrolisis garam dapat

disimpulkan bahwa :

Rata-rata

n-Gain

kemampuan memfokuskan pertanyaan dengan model

pembelajaran

problem solving

lebih tinggi dari pada rata-rata

n-Gain

kemampuan memfokuskan pertanyaan dengan tidak menggunakan model

pembelajaran

problem solving

pada materi hidrolisis garam, maka dapat

disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan model

problem solving

efektif untuk meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih

memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga

pem-belajaran lebih efektif dan maksimal.


(4)

58

2. Model pembelajaran

problem solving

dapat dipakai sebagai alternatif model

pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat


(5)

Creswell, J. W. 2003.

Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed

Methods Approaches Second Edition

. New Delhi: Sage Publications.

Damayanti, D. R. 2014. Upaya Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki

Konsep pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI Semester Genap

SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jurnal Pendidikan

Kimia (JPK)

Universitas Sebelas Maret, 124.

Dahar, R. W. 1996.

Teori-Teori Belajar

. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R. H. 1989.

Critical Thinking.

University of Illinois. Urbana-Campaign.

Fisher, A. 2008.

Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar.

Erlangga : Jakarta

Hamalik, O. 2005.

Proses Belajar Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Mergendoller, John R dan Nan L Maxwell. 2005. The Effectiveness of

Problem-Based Instruction : A Comparative Study Of Instructional Methods and

Student Characteristics.

The Interdiscriplinary Journal Of Problem Based

Learning.

1(2): 1-69.

Oktavia, V. 2013. Analisis Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan dan

Menganalisis Argumen pada Materi Sistem Koloid dengan Model

Pembelajaran Inquiriterbimbing

. Skripsi

. Universitas Lampung. Bandar

Lampung

Rismalinda, A. 2014. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Ilmiah dalam

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan

Kimia.

Skripsi

. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Safitri, N. 2013. Analisis Keterampilan Klasifikasi dan Inferensi pada Materi

Asam-Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

Siswa Kelas XI IPA.

Skripsi

. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok

kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa.

Skripsi.

Universitas Lampung. Bandarlampung.


(6)

60

Siddiq, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem

Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematis Siswa.

Skripsi.

Universitas Lampung. Bandarlampung.

Sudjana. 2005.

Metoda Statistika

. Tarsito. Bandung

Sumiati dan Asra. 2008.

Model Pembelajaran.

Wacana Prima. Bandung.

Suryani, L A. 2012.

Strategi Belajar Mengajar

. Ombak. Yogyakarta.

Suyanti, R. D. 2010.

Strategi Pembelajaran Kimia.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum: Process Over

Out-put.

International Journal Of Humanities and Social Science

. 1(9): 1-7.

Tim Penyusun. 2006.

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

BNSP. Jakarta.

____________. 1995.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. Balai Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2014.

Model Pembelajaran Terpadu .

Bumi Aksara. Jakarta.