58
pemerintah Soekarno terus melakukan upaya diplomasi dalam menyelesaikan konflik di Aceh.
3. Perlawanan Hasan Tiro Gerakan Aceh Merdeka
GAM lahir karena kegagalan gerakan Darul Islam pada masa sebelumnya. Darul Islam muncul sebagai reaksi atas ke tidak berpihak Jakarta terhadap gagasan
formalisasi Islam di Indonesia. Darul Islam adalah sebuah gerakan perlawanan dengan ideologi Islam yang terbuka. Bagi Darul Islam, dasar dari perlawanan adalah Islam,
sehingga tidak ada sentimen terhadap bangsa-bangsa lain, bahkan ideologi Islam adalah sebagai perekat dari perbedaan yang ada. Gagasan ini juga berkembang dalam
gerakan Darul Islam di Aceh.
106
Akan tetapi, pasca berhentinya perlawanan Darul Islam di Aceh, keinginan Aceh untuk melakukan Islamisasi di Indonesia menjadi lebih sempit hanya kepada
Aceh. Perubahan ini terjadi disebabkan karena kegagalan Darul Islam di seluruh Indonesia, sehingga memaksa orang Aceh lebih realistis untuk mewujudkan cita-cita.
Yang menjadi menarik di sini adalah GAM yang melanjutkan tradisi perlawanan Aceh, ternyata tidak melanjutkan ideologi Islam yang terlebih dahulu digunakan oleh
Darul Islam. Sebagaimana yang disebutkan bahwa GAM lebih memilih nasionalisme ke-Acehan sebagai isu populisnya.
107
Secara umum, masyarakat maupun akademisi menganggap bahwa GAM dilahirkan pada 4 Desember 1976. Sebenarnya GAM sendiri sebagai wahana
pergerakan baru didirikan pada 20 Mei 1977. Namun dari pihak GAM memilih hari lahirnya pada tanggal yang disebut paling awal, disesuaikan dengan proklamasi
kemerdekaan Aceh Sumatera. Proklamasi ini dilangsungkan di Bukit Coklat, pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Prosesi ini dilakukan secara sederhana, dilakukan
106
Herry Kawilarang, Aceh Dari Sultan Iskandar Muda Ke Helsingki.., h.123
107
Herry Kawilarang, Aceh Dari Sultan Iskandar Muda Ke Helsingki.., h.123
59
di suatu tempat yang tersembunyi, menandakan bahwa awal-awalnya, gerakan ini adalah gerakan bawah tanah yang dilakukan secara diam-diam.
108
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan, juga mengumumkan struktur pemerintahan negara Aceh Sumatera. Akan tetapi, kabinet tersebut belum berfungsi
hingga pertengahan 1977, persoalannya adalah karena para anggota kabinet pada umumnya masih berbaur dengan masyarakat luas untuk kampanye dan persiapan
perang gerilya. Kabinet negara Aceh Sumatera baru dapat melaksanakan sidang pertamanya pada 15 Agustus 1977. Sedangkan upacara pelantikan dan pengumpulan
anggota kabinet dilaksanakan pada 30 Oktober 1977 di Kampung Lhok Nilam pedalaman Tiro, Pidie. Kabinetnya sendiri pada waktu itu, hanyalah terdiri dari
beberapa orang saja, yaitu: Presiden Hasan Tiro, Perdana Menteri Muchtar Hasbi, Wakil Perdana Menteri Teungku Ilyas Leube, Menteri Keuangan Muhammad
Usman, Menteri Pekerjaan Umum Asnawi Ali, Menteri Perhubungan Amir Ishak BA, Menteri Sosial Zubir Mahmud dan Menteri Penerangan M. Tahir Husin.
Maka kelahiran GAM sebagai sebuah peristiwa tidak disebabkan faktor yang tunggal namun multifaktor yang mana GAM itu lahir di sebabkan pembohongan
Soekarno terhadap masyarakat Aceh, dan juga mengenai sumber daya alam yang tidak jelas di Aceh, dan mengenai hukum Islam. Terdapat berbagai pendapat yang telah
menjelaskan beberapa hal yang menjadi kausa peristiwa ini. Melihat kondisi budaya, politik dan ekonomi yang dibangun pada Orde baru,
ternyata sangat tidak menguntungkan bagai kalangan Islam di Aceh, apalagi Aceh merupakan daerah istimewa mempunyai hasil alam yang melimpah, akan tetapi
masyarakat Aceh merasa dikebirikan oleh pemerintahan pusat.
109
Daud Beurueh merasa benci terhadap pemerintahan pusat, menurut Daud Bereuh, Pemerintahan pusat telah melanggar perjanjian sebagaimana yang disepakati
Soekarno pada masyarakat Aceh, bahwa Aceh akan mendapat otonomi khusus jika
108
Moch. Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka: Kajian tentang Konsensus Normatif antara RI-GAM dalam Perundingan Helsinki, Jakarta: P2p-Lipu
dan Pustaka Pelajar, 2008, h. 64
109
Nezar Patria, Aceh Merentas Jalan Damai Menuju Massa Depan, Banda Aceh - Jakarta Jyesta Publishing, 2009, h. 50
60
ingin bersatu dengan Republik Indonesia Serikat RIS. Kebencian Daud Beurueh terhadap pemerintahan pusat juga dirasakan oleh masyarakat Aceh.
Selain itu faktor ekonomi, yang berwujud ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi antara pusat dengan daerah. Pemerintahan sentralistik Orde Baru
menimbulkan kekecewaan berat terutama di kalangan elite Aceh. Pada era Soeharto, Aceh menerima 1 dari anggaran pendapatan nasional, padahal Aceh memiliki
kontribusi 14 dari GDP Nasional. Terlalu banyak pemotongan yang dilakukan pusat yang menggarap hasil produksi dari Aceh. Sebagian besar hasil kekayaan Aceh
diambil oleh penentu kebijakan di Jakarta. Meningkatnya tingkat produksi minyak bumi yang dihasilkan Aceh pada 1970-an dan 1980-an dengan nilai 1,3 miliar US
dolar tidak memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat Aceh.
110
Meyakini bahwa Aceh merupakan identitas tersendiri, yang memiliki sejarah dan jati diri yang kuat. Oleh karenanya, kedaulatan Aceh yang sudah dimiliki ratusan
tahun yang lalu harus dikembalikan. Telah nyata bahwa bangsa Aceh memiliki kebanggaan atas dirinya sebagai bangsa yang tidak mudah tunduk, atau mempunyai
harga diri yang tinggi. Memiliki keyakinan bahwa bangsanya adalah bangsa pejuang, yang tidak boleh direndahkan oleh pihak luar. Bangsa yang memiliki pahlawan-
pahlawan yang pantang menyerah dan siap berkorban untuk kepentingan negerinya. Bangsa yang memiliki cita-cita mati mulia dalam keadaan syahid. Semua gambaran
atas dirinya yang dapat berefleksikan dalam hikayat parang sabil.
111
Identitas ini semakin diperkuat dengan berbagai ketidakadilan yang ada dan sikap meng-kaphe-kan orang non Aceh, terutama orang Jawa, sebagai kolaborator
penguasa Indonesia atas tanah Aceh. Nasionalisme Aceh akhirnya mencuat ke permukaan, baik dalam bentuk paling moderat ke arah referendum penentuan nasib
sendiri yang kemungkinan besar memilih opsi kemerdekaan hingga jalan radikal berupa separatisme. Nasionalisme Aceh sangat terhubung dengan kekecewaan luar
biasa atas Jakarta. Nasionalisme ini sendiri sebenarnya dimunculkan oleh kegagalan Indonesia dalam menguraikan konsepsi kebangsaannya. Ditambah dengan penguasaan
atas sumber daya politik dan ekonomi Aceh, terlebih kelak ketika diberlakukannya
110
Harry Kawilarang, Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki.., h. 158
111
Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah: Perang Aceh 1873-1912. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1987, h. 87
61
Daerah Operasi Militer DOM yang represif. Nasionalisme Aceh menguat menjadi satu pikiran sederhana: Indonesia adalah common enemy Musuh Utama bagi rakyat
Aceh.
112
Analisis tentang faktor kelahiran GAM yang disebabkan oleh munculnya Nasionalisme Aceh ini dapat dilihat dari kesaksian Hasan Saleh. Hasan Saleh
merupakan seorang mantan Menteri PertahananPanglima Tentara Islam Indonesia era perlawanan DITII, namun menolak untuk berjuang dan mendukung GAM. Setelah
terdengar desas-desus pemberontakan kembali terdengar, Hasan Saleh dibujuk oleh Jalil Amin untuk turut serta dalam gerakan ini. Hasan Saleh bertanya kepada Jalil
Amin mengenai tujuan gerakan ini. Ya ng disebut belakangan menjawab “untuk
membebaskan diri dari penjajahan Jawa .”
4. Upaya Pemerintah dalam meredamkan Koflik