Kajian teori ketahanan bakar

Gambar 2.2 Grafik regangan-tegangan Nash,1998 Dari grafik diatas dapat diketahui deformasi elastis hanya terjadi pada daerah elastis artinya jika beban dilepaskan maka bahan akan kembali ke bentuk semula.

2.1.2 Kajian teori ketahanan bakar

Pengujian ketahanan bakar terkait dengan teori pembakaran segitiga api. Teori pembakaran segitiga api adalah proses pembentukan nyala api atau pembakaran yang membutuhkan 3 unsur di dalamnya, yaitu: bahan bakar, oksidator, dan panas. Pembakaran terjadi ketika bahan bakar, oksidator, dan sumber pengapianpanas berada pada tingkat yang diperlukan. Hal ini berarti api tidak akan terjadi jika 1 bahan bakar tidak ada atau tidak ada dalam jumlah yang cukup, 2 oksidator tidak ada atau jumlah tidak mencukupi, dan 3 sumber pengapian tidak cukup mampu untuk menyalakan api. Suharty, et all., 2012. Gambar 2.3 Teori Segitiga Api Proses pembakaran akan terganggu apabila salah satu unsur dari segitiga api mengalami gangguan, jumlahnya berkurang, proses reaksi terhambat oleh sesuatu, atau bahkan dihilangkan. Hubungan ketiga unsur dalam segitiga api dan keterangannya ditunjukkan pada Gambar 2.3. Dalam proses pembakaran terjadi rantai reaksi kimia, proses pertama adalah difusi antara oksigen dengan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sehingga membentuk reaksi kimia yang berantai berakibat kebakaran yang berkelanjutan. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Pengujian ketahanan bakar bisa dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tujuan dalam pelaksanaannya. Kelompok pengujian tersebut adalah official tests, lab tests, dan full scale tests . Official test adalah pengujian bakar dengan prosedur yang teliti sehingga semua langkah pengujian dilakukan dengan tepat. Pengujian yang tergolong official test adalah cone calorimeter test ISO 5660ASTM E1354, radiant panel test ASTM E162, smoke chamber test ASTM E662, dan steiner tunnel test ASTM E84. Lab tes t adalah pengujian bakar yang dilakukan dengan studi eksperimental. Proses uji coba yang dilakukan dengan tipe lab test lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan official test . Pengujian yang tergolong lab test adalah limiting oxygen index ASTM D2863, vertical burn test ASTM D568 dan D3801, dan horizontal burn test ASTM D635. Jenis pengujian yang ketiga adalah full scale test . Pengujian full scale test dilakukan dengan prosedur penggabungan antara official test dan lab test. Pengujian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi pembakaran yang sebenarnya dengan prosedur yang lengkap dan disertai pengujian di laboratorium. Pengujian bakar komposit ini menggunakan metode lab test , pengujian bakar dilakukan dalam ruangan sesuai ASTM D635. Data yang bisa diperoleh dari pengujian bakar sesuai ASTM D635 adalah data TTI Time to Ignition dan BR Burning Rate . Ketahanan bakar yang baik diperoleh dari hasil data waktu penyalaan api yang lama dan laju pembakaran rendah pada komposit. Nilai TTI diperoleh saat waktu pertama penyalaan api merambat pada sampel uji selama kurang dari 30 detik pada interval 0 –25 mm, sedangkan nilai BR diperoleh data waktu awal api merambat pada jarak 25 mm sampai menuju jarak L=100 mm. Nilai BR diperoleh dari jarak perambatan nyala api sejauh 75 mm. Ukuran spesimen sesuai ASTM D635 adalah sebagai berikut: L dinyatakan sebagai panjang spesimen dengan ukuran 125 mm, sedangkan W dinyatakan sebagai lebar spesimen dengan ukuran 13 mm, dan T dinyatakan sebagai tebal spesimen dengan ukuran 3 mm Gambar 3.1. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

2.2 Kerangka Berpikir