Pengujian Hasil Pengujian Tarik dan Pengujian Bakar Komposit

membatasi gas pembakaran dan mengurangi konduktivitas thermal sehingga kemampuan bakar menurun. Arang yang terbentuk pada permukaan luar dapat mengurangi konsentrasi O 2 di sekitar komposit sehingga dapat menghambat terjadinya nyala karena kandunganO 2 berkurang Sudhakara, 2011. Hal ini sesuai dengan teori segitiga api, dimana satu unsur terganggu masuknya O 2 terhambat oleh arang pada permukaan komposit akan mengakibatkan hambatan terjadinya nyala. Penambahan kandungan serbuk genteng sokka dengan ukuran butiran yang lebih kecil membuat kepadatan partikel semakin bertambah dan distribusi partikel serbuk genteng sokka menjadi merata karena pembasahan resin. Penambahan kandungan serbuk genteng sokka yang merupakan material anorganik dapat meningkatkan efektifitas senyawa penghambat nyala api.

4.2.3 Pengujian

density komposit serat gelas, phenolic, serbuk genteng sokka. Pengujian density komposit serat gelas, phenolic , dan serbuk genteng sokka dilakukan untuk mengetahui perbedaan density komposit hasil pengujian dengan density komposit secara teoritis. Pembuatan spesimen dengan metode hand lay-up memungkinkan terjadinya void atau rongga udara di dalam komposit. Perbedaan density yang relatif kecil masih bisa diterima. Tabel 4.1 menunjukkan besarnya density komposit hasil pengujian dengan density teoritis perhitungan berdasar komponen penyusun komposit. Perincian lengkap pada Lampiran 4.2. Tabel 4.3 Hasil pengujian density komposit dan density teoritis komposit. Jumlah Laminat Serat Gelas Density Pengujian gcm³ Density Teoritis gcm³ 9 1,591 1,678 11 1,644 1,680 13 1,671 1,690 15 1,607 1,696 Data pada Tabel 4.3 menunjukkan besarnya density komposit serat gelas, phenolic , dan serbuk genteng sokka secara teoritis relatif lebih besar dibandingkan dengan besarnya density komposit hasil pengujian berdasar standar ASTM D792. Perbedaan yang relatif kecil ini membuktikan bahwa komposit atau spesimen hasil pembuatan dengan metode handlay-up mengandung void rongga udara. Beberapa perpustakaan.uns.ac.id commit to user faktor yang mempengaruhi terjadinya void , seperti: proses pengadukan, penuangan resin, peletakan serat gelas, perataan cairan resin, dan penekanan komposit setelah semua serat gelas dan resin dituang. Gambar 4.8 Kurva density komposit serat gelas, phenolic , serbuk genteng sokka Perincian lengkap pengujian density pada Lampiran 6, dengan data massa jenis serat gelas = 2,56 grcm³, serbuk genteng sokka = 2,45 grcm³, dan massa jenis phenolic = 1,12 grcm³. Grafik pada Gambar 4.8 menunjukkan besarnya density komposit serat gelas, phenolic , dan serbuk genteng sokka menurun pada laminat serat gelas 15. Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya serbuk genteng sokka pada jumlah laminasi tersebut, sehingga tidak ada serbuk yang mengisi rongga udara yang terjadi pada saat proses pembuatan komposit secara hand lay- up . Laminasi serat gelas 13 pada komposit menunjukkan density tertinggi, hal ini disebabkan jumlah serat gelas pada spesimen cukup besar dan serbuk genteng sokka bisa masuk ke dalam rongga udara yang terjadi pada saat pembuatan spesimen komposit. Gambar 4.9 menunjukkan struktur makro spesimen komposit phenolic , serbuk genteng sokka, dan serat gelas laminat 9, 11, 13, dan 15. Tanda lingkaran berwarna kuning memperlihatkan adanya void pada spesimen komposit. Komposit dengan laminat serat gelas tertinggi yaitu 15 dan tanpa serbuk genteng sokka mempunyai jumlah void paling tinggi. Void terjadi dikarenakan adanya O 2 yang masuk pada saat pencampuran serat gelas dan resin phenolic , pada komposit perpustakaan.uns.ac.id commit to user dengan 15 laminat tidak ada serbuk yang mengisi rongga udara tersebut. Pandangan Atas Pandangan Samping 9 La mi na t 11 La mi na t 13 La mi na t 15 La mi na t Gambar 4.9 Struktur makro komposit serat gelas, phenolic , dan serbuk genteng sokka, pandangan atas dan pandangan samping. commit to user 30 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan