Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sejarah Kota Salatiga

commit to user gelar Ahli Madya di Program Pendidikan Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas Sebelas Maret Surakarta.

A. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 1. Potensi apa yang dimiliki obyek wisata Atlantic Dreamland sebagai daya tarik wisata di Kota Salatiga ? 2. Bagaimana pemasaran yang dilakukan oleh pengelola obyek wisata Atlantic Dreamland ? 3. Bagaimana usaha pengembangan yang bisa dilakukan oleh pengelola untuk kemajuan obyek wisata Atlantic Dreamland ?

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potensi yang dimiliki obyek wisata Atlantic Dreamland agar dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. 2. Mengetahui usaha pengembangan obyek wisata Atlantic Dreamland sebagai daya tarik wisata di Kota Salatiga. 3. Mengetahui pemasaran dari obyek wisata Atlantic Dreamland. commit to user

C. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan hasil penelitian memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat praktis Penulis dapat mengetahui dan mencoba menuliskan dari teori yang didapat dan dapat memberikan suatu gambaran mengenai potensi wisata yang ada di Kota Salatiga khususnya obyek wisata Atlantic Dreamland dan juga bisa dijadikan bahan referensi bagi pembaca. 2. Manfaat akademis Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya. Dan juga data-data yang diperoleh penulis untuk dijadikan acuan dalam laporan penelitian.

D. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dalam sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud dan tujuan bukan untuk perusahaan business atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata sebagai konsumen yang menikmati perjalanan tersebut guna untuk bertamasya atau rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam Oka A.Yoeti,1983;109. commit to user Menurut UU No. 1 Pasal 1 Tahun 2009 secara jelas dan tegas menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Saat ini pariwisata sudah dipandang sebagai bisnis yang banyak mendatangkan uang maupun devisa oleh semua bangsa. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Spanyol dan lain-lain menempatkan hasil devisa dari sector pariwisata diurutan tertinggi sumber keuangan mereka. Bahkan Indonesia pariwisata juga merupakan penyumbang devisa terbesar disamping sector lain. Sebenarnya apa “Pariwisata” itu sendiri akan kami jelaskan dalam bab ini termasuk obyek atraksi wisata yang mendukung sektor pariwisata ini. Sebenarnya pariwisata Indonesia tidak kalah dengan pariwisata dinegara lain, hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai macam obyek wisata yang berupa wisata alam maupun wisata budaya yang terbanyak di seluruh dunia. Jika obyek ini dikelola dengan baik maka sumber devisa di Indonesia akan semakin meningkat. Pariwisata menyangkut segala kegiatan dan hal-hal yang diperlukan wisatawan. Berbagai ragam kegiatan dan keperluan itu menyangkut aspek pemerintah, swasta, alam dan masyarakat yang saling kait-mengkait dan saling menunjang dalam rangka memberikan jasa pelayanan yang memadai kepada para wisatawan. Pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan, keindahan alam dan kepribadian Indonesia sekaligus membantu meningkatkan pendapatan commit to user masyarakat dan membuka kesempatan wisatawan dalam negeri untuk mengenal tanah airnya sendiri Oka A.Yoeti,1983,110.

2. Pengertian Wisatawan

Wisatawan Berasal dari bahasa sansekerta yang berasal dari kata “ wisata” yang berarti perjalanan, ditambah dengan akhiran “ wan” berarti orang yang melakukan perjalanan Musanef, 1995 : 14. Menurut Chafied Fandeli mengatakan bahwa Wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan melakukan perjalanan atau persinggahan sementara diluar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud untuk mencari nafkah Chafied Fandeli, 1995:58.

3. Pengertian Obyek Wisata

Obyek wisata menurut Musanef adalah tempat atau keadaan alam yang mempunyai sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik wisata dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi oleh wisatawan. Daya Tarik Wisata menurut UU No. 5 Pasal 1 adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. commit to user Menurut H. Kodhyat Ramaini dalam “ Kamus Pariwisata dan Perhotelan” obyek wisata dikelompokan menjadi : a. Obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. b. Obyek wisata budaya adalah obyek wisata dengan daya tarik yang bersumber pada obyek kebudayaan seperti peninggalan budaya, sejarah, museum, atraksi-atraksi kesenian, peristiwa-peristiwa khusus, serta obyek-obyek lain berkaitan dengan obyek wisata budaya. c. Obyek wisata tirta adalah kawasan perairan yang dapat digunakan untuk rekreasi maupun olahraga air, dilengkapi dengan segala macam fasilitas pendukungnya.

4. Pengertian Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 784. Potensi di daerah tujuan wisata di pengaruhi adanya 4 pendekatan yang lebih dikenal dengan istilah 4 A, antara lain : a. Atraksi Atraksi merupakan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata,yang dapat dinikmati oleh wisatawan ditempat tujuan yang merupakan sasaran para wisatawan datang berkunjung. b. Aksesibilitas kemudahan commit to user Sarana yang memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata,yang mana tempat tersebut mudah dijangkau dan sarana yang diperlukan wisatawan mudah ditemukan. c. Amenitas Tersedianya fasilitas pendukung ditempat tujuan wisata untuk memudahkan wisatawan sebelum berkunjung seperti : penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal, alat komunikasi, fasilitasperbankan, fasilitas kesehatan dan lainya. d. Aktivitas Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama tinggal di daerah tujuan wisata.

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Obyek Wisata Atlantic Dreamland yang terletak di Jl. Soekarno-Hatta No. 303, Isep-Isep, Salatiga. Telp Fax : 0298-322157 , 323014 0298314695 . Yang berjarak 1km dari pusat kota Salatiga.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun laporan tugas akhir ini penulis mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data, antara lain : commit to user a. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini data yang diperoleh adalah data faktual dan aktual dalam arti data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. Dalam penelitian ini observasi di lakukan di obyek wisata Atlantic Dreamland pada bulan Mei sampai dengan Juni. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum masalah yang dikaji sehingga penelitian akan terarah untuk mendapatkan deskripsi nyata tentang permasalahan yang akan dibahas. b. Wawancara Penulis mencari data melalui wawancara dengan cara melakukan tanya jawab dengan beberapa pegawai di obyek wisata Atlantic Dreamland, sebagai narasumber adalah mas Dwi Hartanto sebagai Supervisor Marketing di obyek wisata Atlantic Dreamland, dan juga Dewi merupakan wisatawan yang berkunjung di obyek wisata Atlantic Dreamland. c. Studi Pustaka Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data-data yang akurat dari mengkaji buku-buku literatural yaitu mengutip bagian yang kiranya mempunyai kaitan langsung dengan judul masalah. Studi pustaka merupakan data pendukung yang dapat digunakan sebagai acuan pembahasan permasalahan dalam penelitian baik segi instansi terkait maupun yang lain melalui buku-buku untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh. commit to user Studi Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh dari buku-buku teori, perpustakaan Laboraturium Tour DIII Usaha Perjalanan Wisata maupun informasi dari pihak Obyek Wisata Atlantic Dreamland dan Dinas Pariwisata Kota Salatiga. d. Studi Dokumen Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang ditunjukan untuk memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian meliputi laporan kegiatan berupa gambar, foto, brosur dan data yang relevan untuk penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa. Pada tahap ini data yang dikumpulkan dimanfaatkan guna menjawab persoalan yang diajukan di dalam rumusan masalah. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode diskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendiskriptifkan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. commit to user BAB II GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KOTA SALATIGA

A. Sejarah Kota Salatiga

Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah Selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah Utara Kota Surakarta, dan berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Salatiga terletak di ketinggian 750-850 mdpl, dan terletak di lereng timur Gunung Merbabu yang membuat daerah Salatiga menjadi lebih sejuk. Pemandangan Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Gunung Merbabu yang indah membuat Salatiga menjadi daerah yang indah dan spektakuler. Seluruh wilayah Salatiga dibatasi oleh Kabupaten Semarang, antara lain di bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, di bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan, di bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Pabelan Wikipedia.comsejarah salatiga . Menurut Sartono Kartodirdjo 1992, sejarah merupakan pengalaman kolektif dari suatu bangsa. Berpangkal dari pengertian sejarah itu, suatu daerah akan mengukir makna penting dalam sejarahnya apabila masyarakat pendukungnya mampu berkiprah mempertahankan kehidupan dalam waktu yang cukup panjang. Usaha itu harus dibarengi pengungkapan pengalaman kolektif 13 commit to user yang dimiliki sejak munculnya sampai sekarang. Namun penulusuran terhadap bukti – bukti sejarah suatu daerah bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena selain peristiwanya sudah jauh dari masa kini juga karena sumber sejarahnya semakin langka. Penuluran Hari Jadi Salatiga menjadi masalah yang panjang karena banyak faktor yang menghadang. Kelangkaan sumber sejarah lokal Salatiga merupakan faktor menonjol yang mengakibatkan kabut sejarah lokal Salatiga tetap menjadi misteri yang membayang. Tetapi bagaimanapun adanya, usaha untuk memulai langkah kearah pemahaman hari jadi ini merupakan hal yang sangat menggembirakan. Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkap asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti maupun penelitian dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga. Berdasarkan prasasti ini Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan, yakni tanggal 24 Juli 750 Masehi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga. Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 10cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan.Berdasar prasasti di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan perdikan. Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus commit to user digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swatantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini. Dahulu para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha disertai para pendeta resi. Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya Sumber: Martinus Maria Sukarto Karto Atmojo,1995 : 19 . Prasasti Plumpungan ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian. Ditulis commit to user pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi Sumber: Kantor Informasi dan Komunikasi Salatiga, 2005 . Pada masa kolonial Salatiga tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said kelak menjadi KGPAA Mangkunegara I di satu pihak dan Kasunanan Surakarta dan VOC di pihak lain. Perjanjian ini menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran. Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 Mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa. Karena dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, maka Salatiga cukup dikenal keindahannya di masa penjajahan Belanda, bahkan sempat memperoleh julukan Kota Salatiga yang Terindah di Jawa Tengah. Kota Salatiga adalah bekas stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan staadblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1950 tentang pembentukan daerah-daerah kecil dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ditinjau dari segi administratif pemerintah dikaitkan dengan kondisi fisik dan fungsi Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga yang memiliki luas sekitar 17,82 Km dengan 75 telah merupakan wilayah terbangun adalah tidak efektif. Berkat kesadaran bersama dan didorong kebutuhan areal pembangunan demi pengembangan daerah, muncul gagasan mengadakan pemekaran wilayah yang dirintis tahun 1983. Kemudian terealisir tahun 1992 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1992 yang menetapkan luas wilayah Salatiga menjadi sekitar 5.898 Ha dengan 4 Kecamatan commit to user yang terdiri dari 22 Kelurahan. Berdasarkan amanat Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga berupah penyebutannya menjadi Kota Salatiga Sumber: Kantor Informasi dan Komunikasi Salatiga, 2005 .

B. Visi dan Misi Kota Salatiga