yang ditemukannya dan kebebasan dianggap dapat dikompromikan apabila auditor tidak melaporkan kesalahan tersebut”. Penemuan pelanggaran
merupakan ukuran kualitas auditor yang berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan auditor tersebut. Pelaporan pelanggaran
bergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut dan dorongan ini bergantung pada kebebasan yang dimiliki oleh
auditor.
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba pada tingkat yang diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka pendapatan per saham dan penjualan.
Profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Menurut Sartono dalam Herni dan Yulius Kurnia Susanto2008, profitabilitas
adalah“kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerjaperusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan
dengan tingkatprofitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baikdan kinerja manajemen tampak buruk di mata
principal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Manajemen Laba 2.1.5.1 Defenisi Manajemen Laba
Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademi akuntansi dan keuangan selama beberapa dekade terakhir ini adalah manajemen
labaearnings management. Alasan pertama, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan corporate culture yang dipraktikan
semua perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini tidak hanya di negara-negara dengan sistem bisnis yang belum tertera, namun juga dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di negara yang sistem bisnisnya telah tertera, seperti halnya Amerika Serikat. Alasan kedua, sebab dan akibat yang ditimbulkan
aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral.
Manajemen laba di defenisikan sebagai “upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”. Sri Sulistyanto 2008:6 Istilah
intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain
tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam
kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua perspektif penting yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh seseorang manajer,
yaitu perspektif informasi dan perspektif oportunis. Sri Sulistyanto 2008:10
a. Perspektif informasi
Perspektif Informasi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan
harapan pribadi manajerial tentang arus kas perusahaan dimasa depan. b.
Perspektif oportunis Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa
manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena
menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.
2.1.5.1 Motivasi Manajemen Laba
Motivasi manajemen laba yang diajukanSri Sulistyanto 2008:62 adalah sebagai berikut.
1. Bonus Plan Hypothesis
Menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang
akan menuntut manajemen laba yang dilaporkannya menjadi lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2. Debt to Equity Hypothesis
Menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih menggunakan metode-metode
akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabiula ada manfaat keuntungan tertentu
yang dapat diperolehnya. 3.
Political Cost Hypothesis Menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih dan menggunakan
metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil dan memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer
perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang- undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang
dapat diperolehnya.
2.1.5.2 Teknik Manajemen Laba
Sri Sulistyanto 2008:65 Teknik manajemen laba dilakukan dengan tiga teknik berikut.
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih,
estimasi biaya garansi, amortisasi aktiva tak berwujuddan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah depresiasi angka tahun ke metode depresiasi
garis lurus. 3.
Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepatmenunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, menundamempercepat pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat
penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
2.2 Peneliti Terdahulu