KeterbatasanPenelitian Saran Peneliti Terdahulu

bebas secara simultan mempengaruhi variabel Profitabilitassebesar 20,1, sisanya sebesar 79,9 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

5.2 KeterbatasanPenelitian

Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah : 1. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan Manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia. 2. Periode penelitian hanya tiga tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan profitabilitas dalam jangka panjang.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan keterbatasan penelitian, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain : 1. Hendaknyaperusahaan yang terdafta rpada Bursa Efek Indonesia lebih memperjelas mengenai pembuatan dan peng-input-an data pada laporan keuangan, sehingga para shareholders, mahasiswa, dan peneliti tidak mengalami kesusahan dalam melakukan penelitian. 2. Sebaiknya peneliti memperluas sampel perusahaan sehingga dapat menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia. 3. Sebaiknya tahun penelitian ditambah untuk memperluas observasi sehingga hasil yangdiperoleh lebih tepat. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory

Dalam rangka memahami konsep manajemen laba, maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Konsep agency theory menurut Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah “sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Yang dimaksud adalah menyatakan bahwa seorang atau lebihprinsipal meminta kepada orang lain agen untuk melakukan jasa tertentu demikepentingan prinsipal dengan mendelegasikan otoritas kepada agen dan terjadi pemisahan antara kepemilikan dan kontrol perusahaan. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Manajeryang bertindak sebagai pengelola dalam suatu perusahaan diberi kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik. Oleh karena kewenangan itu, maksimalisasi kekayaan pemegang sahamterkadang dapat disubordinasi untuk berbagai macam tujuan manajerial lainnya. Seperti misalnya, manajer mungkin memiliki tujuan yang mendasar untuk memaksimalkan ukuran perusahaan. Membuat sebuah perusahaan besar cepat berkembang maka akan meningkatkan status mereka sendiri, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk manajer tingkat rendah sampai menengah dan meningkatkan keamanan kerja mereka karena suatu Universitas Sumatera Utara pengambilalihan cenderung tidak ramah. Seperti yang diketahui bahwa dengan kewenangan yang dimiliki tersebut, manajer tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik, karena adanya perbandingan kepentingan conflict of interest.Berbagai riset yang berhubungan dengan teori ini memfokuskan perhatian pada bagaimana agar sistem perjanjian kontrak kompensasi baik secara tertulis maupun tidak bisa mencapai keseimbangan. Manajer dapat didorong untuk melakukan tindakan terbaik demi kepentingan pemegang saham melalui insentif, hambatan dan hukuman. Bagaimanapun juga metode ini efektif hanya jika pemegang saham dapat mengamati semua tindakan yang diambil oleh manajer. Untuk mengurangi masalah moral mengambil untung semata, pemegang saham harus menanggung biaya agen. Biaya agensi agency cost dapat diartikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku mementingkan diri sendiri. Ada tiga jenis biaya utama dari biaya agen:1 pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit, 2 pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak di inginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hirarki manajemen dan 3 biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Universitas Sumatera Utara 2.1.2Good Corporate Governance Good Corporate Governance mulai terdengar di Indonesia sejak tahun 1997, dimana pada saat itu Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam dunia usaha di Indonesia merupakan suatu kebutuhan dalam menjalankan aktivitas bisnis, agar perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dapat terus bersaing dan bertahan dalam persaingan pasar globalisasi yang semakin kompetetif sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan. Menerapkan good corporate governance gcg salah satu cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan kinerja suatu perusahaanorganisasi. Penerapan Good Corporate Governance merupakan pedoman bagi komisaris dan direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang–undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan stakeholders secara konsisten. FCGI 2001 mendefinisikan “corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. Semakin maraknya tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi di seluruh dunia selama Universitas Sumatera Utara beberapa decade terakhir ini, yaitu agar bisnis dijalankan secara bersih dan bertanggungjawab. Alasannya publik melihat bahwa penyimpangan- penyimpangan korporasi itu seolah telah menjadi culture dunia usaha. Menurut Sri Sulistyanto 2008:138 Meskipun secara definitif berbeda, ada benang merah antara satu definisi dengan definisi lain. Setiap definisi menekankan keadilanfairness, transparansi tranparancy, akuntabilitas accountability dan responsibilitas responbility. 1. Keadilan Fairness Keadilan merupakan perlindungan terhadap hak seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas minority shareholder, untuk memperoleh informasi secara tepat waktu dan teratur, memberikan suara dalam rapat pemegang saham, memilih direksi dan komisaris dan pembagian laba perusahaan. 2. Transparansi Transparancy Transparansi merupakan pengungkapan disclosure setiap kebijakan atau aturan yang akan diterapkan perusahaan, sebab kepercayaan investor dan efisiensi pasar sangat tergantung dari pengungkapan kinerja perusahaan secara adil, akurat dan tepat waktu. 3. Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas didasarkan pada sistem internal checks and balance yang mencakup praktik audit yang sehat dan dicapai melalui pegawasan yang efektif yang didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris, manajer, dan auditor. Universitas Sumatera Utara 4. Responsibilitas Responsibility Responsibility merupakan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan mengenai lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan, ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan yang tidak sehat, kesehatan dan keselamatan kerja dan peraturan lain yang mengatur kehidupan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahannya. 2.1.2.1Komite Audit “Komite audit merupakan pihak yang mempunyai tugas untuk membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan eksternal audit”. Sri Sulistyanto 2008:141 Komite audit bertugas melakukan pengawasan untuk meningkatkan efektivitas dalam menciptakan keterbukaan dan pelaporan keuangan yang berkualitas, ketaatan terhadap pertauran perundang- undangan yang berlaku, dan pengawasan internal yang memadai. Beberapa aspek penting dalam pengawasan yang harus dilakukan komite audit : a. Penyusunan laporan keuangan. Pihak yang bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan adalah manajer dan dewan komisaris. Sementara itu, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan audit ekstern untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat manajer telah mengungkapkan informasi Universitas Sumatera Utara kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana dan komitmen jangka panjang yang sesungguhnya. b. Manajemen risiko dan pengendalian. Manajer dan komisaris mempunyai tanggung jawab terhadap manajemen risiko dan kontrol perusahaan. Sementara itu komite audit memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol, khususnya untuk berbagai hal yang mempunyai potensi risiko. c. Corporate Governance. Direksi dan komisaris merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan corporate governance. Sedangkan komite audit mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governancesuatu perusahaan.

2.1.2.2 Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris Independen adalah “organ perseroan yang bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas”. Sri Sulityanto 2008:143.Ada beberapa misi yang diemban komisaris independen untuk mewujudkan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Pertama, mendorong terciptanya iklim yang objektif dan keadilan untuk semua kepentingan sebagai prinsip utama pembuatan keputusan manajerial. Kedua, mendorong diterapkannya prinsip dan praktek good corporate governance di Indonesia. Ketiga, bertanggung Universitas Sumatera Utara jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada manajer secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Untuk itu ada beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh dewan komisaris independen, yaitu: a. Memiliki strategi bisnis yang efektif. b. Mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional. c. Memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik. d. Risiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik. e. Prinsip-prinsip dan praktik good corporate governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

2.1.2.3 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah “kepemilikan saham oleh manajemen direktur dan manajer perusahaan yang diukur dengan presentase sejumlah saham yang dimiliki oleh manajemen”. Sri Sulistyanto, 2008:145 Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial managerial ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Pemegang saham bertujuan untuk memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan, sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Kepemilikan saham Universitas Sumatera Utara manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Namun tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam arti adanya kesulitan bagi pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer. Akan tetapi kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan berbagai pihak yang berkepentingan. 2.1.3 Kualitas Auditor 2.1.3.1 Pengertian Audit Report of the commite on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Assocation Accounting Review, Vol 47 dalam Boynton, Johnson, dan Kell 2002:5 memaparkan defenisi audit sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objekktif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria Universitas Sumatera Utara yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Defenisi lainnya mengenai audit dipaparkan Arens, Elder dan Beasly 2006:4 yaitu:“Audit is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Audit should be done by a competent, independent person.”Jenis-jenis audit dapat dipaparkan menurut sifat dasar dari setiap jenis audit sebagai berikut. 1. Audit Laporan KeuanganFinancial Statements Audit 2. Audit KepatuhanCompliance Audit 3. Audit OperasionalOperationals Audit

2.1.3.2 Pengertian Kualitas Auditor

Kualitas auditor menjadi perhatian publik, setelah terjadinya kasus- kasus atau skandal-skandal keuangan baik diluar maupun di dalam negeri. Skandal-skandal keuangan tersebut melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan KAP besar. Kualitas auditor menjadi harapan dari pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang menaruh harapan tinggi bahwa laporan keuangan yang sudah di audit oleh KAP merupakan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.Kenyataannya dengan banyaknya kasus keuangan yang terjadi mengakibatkan kualitas auditor dipertanyakan. Menurut Sukrisno Agoes 2013:203 kualitas auditor adalah “suatu kemungkinan dimana auditor akan menemukan dan melaporkan kesalahan Universitas Sumatera Utara yang ditemukannya dan kebebasan dianggap dapat dikompromikan apabila auditor tidak melaporkan kesalahan tersebut”. Penemuan pelanggaran merupakan ukuran kualitas auditor yang berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan auditor tersebut. Pelaporan pelanggaran bergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut dan dorongan ini bergantung pada kebebasan yang dimiliki oleh auditor.

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka pendapatan per saham dan penjualan. Profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Menurut Sartono dalam Herni dan Yulius Kurnia Susanto2008, profitabilitas adalah“kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerjaperusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkatprofitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baikdan kinerja manajemen tampak buruk di mata principal. Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Manajemen Laba 2.1.5.1 Defenisi Manajemen Laba Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademi akuntansi dan keuangan selama beberapa dekade terakhir ini adalah manajemen labaearnings management. Alasan pertama, manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan corporate culture yang dipraktikan semua perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini tidak hanya di negara-negara dengan sistem bisnis yang belum tertera, namun juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di negara yang sistem bisnisnya telah tertera, seperti halnya Amerika Serikat. Alasan kedua, sebab dan akibat yang ditimbulkan aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Manajemen laba di defenisikan sebagai “upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”. Sri Sulistyanto 2008:6 Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum. Universitas Sumatera Utara Ada dua perspektif penting yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh seseorang manajer, yaitu perspektif informasi dan perspektif oportunis. Sri Sulistyanto 2008:10 a. Perspektif informasi Perspektif Informasi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajerial tentang arus kas perusahaan dimasa depan. b. Perspektif oportunis Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunis manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain.

2.1.5.1 Motivasi Manajemen Laba

Motivasi manajemen laba yang diajukanSri Sulistyanto 2008:62 adalah sebagai berikut. 1. Bonus Plan Hypothesis Menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan menuntut manajemen laba yang dilaporkannya menjadi lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara 2. Debt to Equity Hypothesis Menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabiula ada manfaat keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. 3. Political Cost Hypothesis Menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil dan memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang- undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya.

2.1.5.2 Teknik Manajemen Laba

Sri Sulistyanto 2008:65 Teknik manajemen laba dilakukan dengan tiga teknik berikut. 1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi, amortisasi aktiva tak berwujuddan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. 3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepatmenunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, menundamempercepat pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

2.2 Peneliti Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat diliat pada tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Cornettet. al 2006 Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance Independent : - Institutional ownership of share - commite audit, - Characteristic of BOC CEO duality,size of the board directors,CEO”s age, CEO”s tenure Dependent: - Earnings Management 1. Kepemilikan institusional dan keberadaan komite audit independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba 2. Karakteristik CEO berpengaruh terhadap manajemen laba Carcelloet.al 2006 Audit Commite Financial Expertise, Computing Corporate Governance, Independent: - Commite audit financial expertise, - GDG mechanisms board size,board 1. Komite audit independen dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh yang signifikan Universitas Sumatera Utara Mechanisms, and Earnings Management independen, - audit committee size, - audit committee independent, - institutional ownership firm size Dependent : Earnings Management terhadap manajemen laba. 2. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Edgina Antoni 2008 Analisis pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Proporsi Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba Independen : - Reputasi Auditor, - Proporsi Dewan Komisaris Independen - Leverage - Kepemilikan Manajerial, dan - Proporsi Komite Audit Independen Dependen : Manajemen Laba 1. Reputasi Auditor, Kepemilikian Manajerial, Proporsi Komite Audit Independen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. 2. Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Rengsi Ningsapiti 2010 Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Independen : - Firm Size, - Coporate Governance konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, - spesialisasi industri KAP dan - komposisi Komite Audit. Dependen : Manajemen Laba 1. Ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi industri KAP dan komposisi Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba Tutut Dwi Andayani 2010 Pengaruh Karakteristik Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba Independen : - Dewan Komisaris Independen Dependen : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba Universitas Sumatera Utara Manajemen Laba Wardani 2010 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Independen : - Profitabilitas, - Leverage, dan - Ukuran Perusahaan Dependen : Manajemen Laba 1. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba,. 2. Leverage dan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba Naufal Aditya 2010 Pengaruh Kualitas Auditor, Debt To Asset, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Independen : - Kualitas Auditor, - Debt To Asset, dan - Ukuran Perusahaan Dependen : Manajemen Laba 1. Debt To Asset berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. 2. .Kualitas Auditor dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Rohans Rivaldo 2013 Analisis Pengaruh Coporate Governance, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Independen : - Good Corporate Governance Kepemilikan Institusional, - Kepemilikan Manajerial, - Proporsi Dewan Komisaris Independen, - Proporsi Komite Audit, - Leverage dan - Profitabilitas Dependen : Manajemen Laba 1. Good Corporate Governance Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,Proporsi Dewan Komisaris Independen,Proporsi Komite Audit, Leverage dan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual Gambar 2.1

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

3 96 114

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 49

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14