Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

(1)

PENENTUAN KADAR ION BESI (Fe3+), KADMIUM (Cd2+), DAN SENG (Zn2+) PADA AIR MINUM DESA SUKATENDEL, DESA SURBAKTI,

DAN DESA NDOKUM SIROGA KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP 130822022

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENENTUAN KADAR ION BESI (Fe3+), KADMIUM (Cd2+), DAN SENG (Zn2+) PADA AIR MINUM DESA SUKATENDEL, DESA SURBAKTI,

DAN DESA NDOKUM SIROGA KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP 130822022

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

Kategori : Skripsi

Nama : Anita Rizki Isnaini Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 130822022

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Ekstensi

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, April 2015

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Drs. Chairuddin M.Sc Drs. Ahmad Darwin Bangun M.Sc NIP. 195912311987011001 NIP.195211161980031001

Diketahui/Disetujui Oleh

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR ION BESI (Fe3+), KADMIUM (Cd2+), DAN SENG (Zn2+) PADA AIR MINUM DESA SUKATENDEL, DESA SURBAKTI,

DAN DESA NDOKUM SIROGA KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing – masing disebut sumbernya.

Medan, April 2015

ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP 130822022


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrohim

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains. Serta shalawat dan salam saya sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW semoga kelak mendapatkan syafaat dari Beliau. Amin.

Penghargaan yang tertinggi atas cinta kasih serta dukungan yang tiada terkira kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Maharib Tua Harahap dan Ibunda Halimah atas segala doa, semangat, bimbingan, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan studi saya. Serta kepada abang tersayang Sutan Nataris Oloan Harahap yang telah memberikan dukungan kepada saya.

Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak

Drs. Chairuddin, M.Sc selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan penghargaan, bimbingan, dan saran hingga terselesaikannya skripsi saya ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekertaris Departemen Kimia FMIPA USU, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia.

3. Bapak/Ibu dosen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama masa studi saya di FMIPA USU.

4. Teman – teman seperjuangan Kimia Ekstensi khususnya Stambuk 2013 yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada saya.

5. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

Untuk semuanya semoga Allah membalasnya dengan kebaikan, kesehatan dan senantiasa diberikan rezeki yang berlimpah. Amin.


(6)

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan saya baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Anita Rizki Isnaini Harahap


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian penentuan kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) dalam sampel air minum. Sampel yang dianalisa adalah air minum dari desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sampel dianalisa setiap minggu selama 5 minggu. Ke dalam sampel air ditambahkan HNO3(P) sebanyak 5 mL dan didesktruksi hingga sisa volume ± 15 mL,

dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring. Kemudian ditentukan konsentrasi ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan λspesifik besi (Fe) =248,3 nm;

kadmium (Cd) = 228,8 nm; dan seng (Zn) = 213,9 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air minum dari desa Sukatendel mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,2987 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0031 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,3219 mg/L dan desa Surbakti mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,2599 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0028 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,2911 mg/L dan desa Ndokum Siroga mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,1874 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0026 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,1252 mg/L. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa air minum tersebut masih memenuhi persyaratan air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.


(8)

DETERMINATION OF IRON IONS (Fe3+), CADMIUM (Cd2+), AND ZINC (Zn2+) OF DRINKING WATER’S DESA SUKATENDEL, DESA SURBAKTI, AND DESA NDOKUM SIROGA KABUPATEN KARO BY USING ATOMIC

ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD (AAS)

ABSTRACT

Research on determination of iron ions (Fe3+), cadmium (Cd2+), and zinc (Zn2+) in drinking water samples has been carried out. Drinking water’s analyzed were drinking water’s from desa Sukatendel, desa Surbakti, and desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara. Samples were analyzed every week during five weeks. Into samples water was added concentrated HNO3 as much as 5 mL and

destructed to remaining volume ± 15 mL and inserted into the flask through the filter paper. Then determination concentration of iron ions (Fe3+), cadmium (Cd2+), and zinc (Zn2+) by using Atomic Absorption Spectrophotometric with λspecific iron (Fe) =

248,3 nm, cadmium (Cd) = 228,8 nm, and zinc (Zn) = 213,9 nm. The result showed that drinking water’s of desa Sukatendel containing iron ions (Fe3+) was 0,2987 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0031 mg/L, zinc (Zn2+) was 0,3219 mg/L and desa Surbakti containing iron ions (Fe3+) was 0,2599 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0028 mg/L, and zinc (Zn2+) was 0,2911 mg/L, and desa Ndokum Siroga containing iron ions (Fe3+) was 0,1874 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0026 mg/L, and zinc (Zn2+) was 0,1252 mg/L. From the result it can be seen that the drinking water still fulfilled the drinking water requirements according to PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Lokasi Penelitian 4

1.7 Metode Penelitian 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air 6

2.2 Penggolongan Air 8

2.3 Macam dan Sumber Air 8

2.4 Syarat Air Minum 10

2.5 Logam 10

2.6 Besi (Fe) 14

2.6.1 Efek Toksik Besi (Fe) 14

2.7 Kadmium (Cd) 15

2.7.1 Efek Toksik Kadmium (Cd) 15

2.8 Seng (Zn) 16

2.8.1 Efek Toksik Seng (Zn) 16

2.9 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 17

2..9.1 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 18

2.9.1.1 Sumber Sinar 18

2.9.1.2 Tempat Sampel 19

2.9.1.3 Monokromator 19

2.9.1.4 Detektor 19


(10)

Bab 3 Metodologi Penelitian 20

3.1 Alat dan Bahan Penelitian 20

3.1.1 Alat – alat 20

3.1.2 Bahan – bahan 20

3.2 Prosedur Penelitian 21

3.2.1 Pengawetan dan Preparasi Sampel 21 3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 21

3.2.2.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+)

100 mg/L 21

3.2.2.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+)

10 mg/L 21

3.2.2.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+)

1 mg/L 21

3.2.2.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+)

0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 mg/L 21

3.2.2.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Besi (Fe3+) 22 3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 22

3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+)

100 mg/L 22

3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+)

10 mg/L 22

3.2.3.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+)

1 mg/L 22

3.2.3.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Kadmium

(Cd2+) 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L 22 3.2.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Kadmium (Cd2+) 22 3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 23

3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+)

100 mg/L 23

3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+)

10 mg/L 23

3.2.4.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+)

1 mg/L 23

3.2.3.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+)

0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L 23

3.2.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Seng (Zn2+) 23

3.3 Bagan Penelitian 24

3.3.1 Pembuatan Larutan Standar, Seri Standar dan Kurva

Kalibrasi Ion Besi (Fe3+) 24

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar, Seri Standar dan Kurva

Kalibrasi Ion Kadmium (Cd2+) 25

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar, Seri Standar dan Kurva

Kalibrasi Ion Seng (Zn2+) 26

3.3.4 Preparasi dan Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+) dalam


(11)

3.3.5 Preparasi dan Penentuan Kadar Ion Kadmium (Cd2+)

dalam Sampel 28

3.3.6 Preparasi dan Penentun Kadar Ion Seng (Zn2+) dalam

Sampel 29

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 30

4.1 Hasil Penelitian 30

4.1.1 Besi (Fe) 30

4.1.2 Pengolahan Data Ion Besi (Fe3+) 31 4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 31

4.1.2.2 Koefisien Korelasi 34

4.1.2.3 Penentuan Konsentrasi 34

4.1.3 Kadmium (Cd) 38

4.1.4 Pengolahan Data Ion Kadmium (Cd2+) 38 4.1.4.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 38

4.1.4.2 Koefisien Korelasi 41

4.1.4.3 Penentuan Konsentrasi 41

4.1.5 Seng (Zn) 46

4.1.6 Pengolahan Data Ion Seng (Zn2+) 47 4.1.6.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 47

4.1.6.2 Koefisien Korelasi 49

4.1.6.3 Penentuan Konsentrasi 49

4.2 Pembahasan 54

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 56

5.1 Kesimpulan 56

5.2 Saran 56

Daftar Pustaka 57

Lampiran 59


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbandingan antara embun, air hujan, salju, air permukaan 9

tanah dan air tanah dalam

Tabel 2.2 Logam – logam makro dan mikro yang ditemukan dalam 13

kerak bumi

Tabel 4.1 Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shimadzu 30 AA- 7000 pada pengukuran konsentrasi ion Besi (Fe3+) Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+) 32 Tabel 4.3 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi 34

ion besi (Fe3+) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan seri standar ion besi (Fe3+)

Tabel 4.4 Data absorbansi ion Besi (Fe3+) dalam samperl air minum dari 34 desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum siroga

Tabel 4.5 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion besi (Fe3+) pada 35 air minum dari desa Sukatendel

Tabel 4.6 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion besi (Fe3+) pada 36 air minum dari desa Surbakti

Tabel 4.7 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion besi (Fe3+) pada 37 air minum dari desa Ndokum Siroga

Tabel 4.8 Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shimadzu 38 AA- 7000 pada pengukuran konsentrasi ion Kadmium (Cd2+) Tabel 4.9 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+) 38 Tabel 4.10 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi 38

ion Kadmium (Cd2+) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan seri standar ion Kadmium (Cd2+)

Tabel 4.11 Data absorbansi ion Kadmium (Cd2+) dalam samperl air minum 42 dari desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum siroga

Tabel 4.12 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Kadmium (Cd2+) 43 Pada air minum dari desa Sukatendel

Tabel 4.13 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Kadmium (Cd2+) 44 pada air minum dari desa Surbakti

Tabel 4.14 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Kadmium (Cd2+) 45 pada air minum dari desa Ndokum Siroga

Tabel 4.15 Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Shimadzu 46 AA- 7000 pada pengukuran konsentrasi ion Seng (Zn2+)

Tabel 4.16 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+) 46 Tabel 4.17 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi 47


(13)

standar ion Seng (Zn2+)

Tabel 4.18 Data absorbansi ion Seng (Zn2+) dalam samperl air minum dari 50 desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum siroga

Tabel 4.19 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Seng (Zn2+) 51 Pada air minum dari desa Sukatendel

Tabel 4.20 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Seng (Zn2+) 52 pada air minum dari desa Surbakti

Tabel 4.21 A nalisis data statistik penentuan konsentrasi ion Seng (Zn2+) 53 pada air minum dari desa Ndokum Siroga

Tabel 4.22 Data hasil penelitian kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), 54 Seng (Zn2+) pada air minum desa Sukatendel, desa Surbakti,


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 9 Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar ion Besi (Fe3+) 31 Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar ion Kadmium (Cd2+) 38 Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar ion Seng (Zn2+) 47


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Persyaratan Kualitas air Minum 59

Lampiran 2 Peta Lokasi Gunung Sinabung 63


(16)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian penentuan kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) dalam sampel air minum. Sampel yang dianalisa adalah air minum dari desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sampel dianalisa setiap minggu selama 5 minggu. Ke dalam sampel air ditambahkan HNO3(P) sebanyak 5 mL dan didesktruksi hingga sisa volume ± 15 mL,

dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring. Kemudian ditentukan konsentrasi ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan λspesifik besi (Fe) =248,3 nm;

kadmium (Cd) = 228,8 nm; dan seng (Zn) = 213,9 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air minum dari desa Sukatendel mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,2987 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0031 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,3219 mg/L dan desa Surbakti mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,2599 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0028 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,2911 mg/L dan desa Ndokum Siroga mengandung ion besi (Fe3+) sebesar 0,1874 mg/L; kadmium (Cd2+) sebesar 0,0026 mg/L; seng (Zn2+) sebesar 0,1252 mg/L. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa air minum tersebut masih memenuhi persyaratan air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.


(17)

DETERMINATION OF IRON IONS (Fe3+), CADMIUM (Cd2+), AND ZINC (Zn2+) OF DRINKING WATER’S DESA SUKATENDEL, DESA SURBAKTI, AND DESA NDOKUM SIROGA KABUPATEN KARO BY USING ATOMIC

ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD (AAS)

ABSTRACT

Research on determination of iron ions (Fe3+), cadmium (Cd2+), and zinc (Zn2+) in drinking water samples has been carried out. Drinking water’s analyzed were drinking water’s from desa Sukatendel, desa Surbakti, and desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara. Samples were analyzed every week during five weeks. Into samples water was added concentrated HNO3 as much as 5 mL and

destructed to remaining volume ± 15 mL and inserted into the flask through the filter paper. Then determination concentration of iron ions (Fe3+), cadmium (Cd2+), and zinc (Zn2+) by using Atomic Absorption Spectrophotometric with λspecific iron (Fe) =

248,3 nm, cadmium (Cd) = 228,8 nm, and zinc (Zn) = 213,9 nm. The result showed that drinking water’s of desa Sukatendel containing iron ions (Fe3+) was 0,2987 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0031 mg/L, zinc (Zn2+) was 0,3219 mg/L and desa Surbakti containing iron ions (Fe3+) was 0,2599 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0028 mg/L, and zinc (Zn2+) was 0,2911 mg/L, and desa Ndokum Siroga containing iron ions (Fe3+) was 0,1874 mg/L, cadmium (Cd2+) was 0,0026 mg/L, and zinc (Zn2+) was 0,1252 mg/L. From the result it can be seen that the drinking water still fulfilled the drinking water requirements according to PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain – lain. Penyakit – penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana – mana.

Volume air dalam tubuh manusia rata – rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi antara bagian – bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.

Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas merupakan memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata – rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005).

Demikianlah, dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, manusia berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya. Sayangnya dalam banyak hal, air


(19)

yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan. Karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit penyakit ataupun zat – zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia (Azwar, 1996).

Seperti yang telah diuraikan, bahwa air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di dunia, khususnya sebagai air minum. Namun air dapat juga menimbulkan berbagai penyakit gangguan kesehatan terhadap si pemakai. Ini disebabkan karena adanya kemampuan air untuk melarutkan bahan – bahan padat, mengabsorpsikan gas – gas dan bahan cair lainnya, sehingga semua air yang mengandung mineral dan zat – zat lain dalam larutan yang diperolehnya dari udara, tanah, dan bukit – bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan atau zat – zat ini dalam air dalam konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pada si pemakai (Sutrisno, 2004).

Gunung Sinabung ini termasuk ke dalam gunung api bertipe strato vulkano. Gunung Sinabung terletak di Kabupaten Karo, dengan ibu kota kabupaten adalah Kabanjahe, provinsi Sumatera Utara dengan ibu kota provinsi adalah Medan. Letak dan posisi geografisnya terletak pada 3°10 menit LU dan 98° 23,5 menit BT dengan ketinggian 2.460 meter (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-undergraduate-25534-308321029%20Bab%201.pdf).

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang didefenisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat dia meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material didalamnya.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terdapat di bawah gunung merapi akan keluar sebagai lahar atau lava. Selain aliran lava, material lain yang juga


(20)

berbahaya dari gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan gas beracun.

Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu. Karena ukurannya yang sangat halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernapasan, mata, pencemaran air tanah, dan pengrusakan tumbuh – tumbuhan (Hartuti, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai analisis logam berat dan unsur hara debu vulkanik Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara oleh Sinuhaji, N. F, (2011), dan Penetapan kadar Mg, Fe, Pb, dan Cd dalam abu letusan Gunung Sinabung secara Spektrofotometri Serapan Atom oleh Milala, I.V (2011), dan juga Studi Perbandingan Kadar Logam Berat Fe, Mn, Zn, Pb, Cu, Al dan Na Pada Debu Erupsi Gunung Sinabung dan Tanah Sebelum Erupsi oleh Tarigan, M (2014) peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kadar ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) pada air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara.

1.2Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) yang diperoleh dalam air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga dan apakah air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.


(21)

1.3Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) pada air minum dari desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket, desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat, dan desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dengan menggunakan metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA).

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) pada air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga dan apakah air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga memenuhi persyaratan air kualitas minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.

1.5Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kadar ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) pada air minum dan apakah air minum memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010.

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA Universitas Sumatera Utara dan Analisis Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan Sumatera Utara.


(22)

1.7 Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium

2. Sampel yang dianalisis adalah air yang diambil dari air keran desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket (6 km), desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat (7 km), dan desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Sumatera Utara (8 km)

3. Pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat

4. Penentuan kadar ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng (Zn2+) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 248,3 nm untuk besi (Fe), kadmium (Cd) adalah 228,2 nm, dan seng (Zn) adalah 213,9 nm.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh Karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003).

Hidrosfer adalah lingkungan air, sebagian besar dari permukaan bumi tertutup oleh air yang begitu luasnya sehingga sangat berpengaruh pada iklim. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan – bahan terlarut seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan tersuspensi

seperti debu dan partikel – partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer (Agusnar, 2007).

Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari – hari, untuk keperluan industri, untuk keperluan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian, dan lain sebagainya.

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini


(24)

menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam – macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan – kegiatan lainnya.

Untuk mendapatkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut adalah:

1) Kegunaan air: a) Air untuk minum

b) Air untuk keperluan rumah tangga c) Air untuk industri

d) Air untuk mengairi sawah e) Air untuk kolam perikanan, dll. 2) Asal sumber air:

a) Air dari mata air di pegunungan b) Air danau

c) Air sungai d) Air hujan, dll.

Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi telah tercemar. Sebagai contoh, air yang di ambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap sebagai yang bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat didalamnya berlainan (Wardhana, 2004).

Dari contoh – contoh tersebut di atas, jelas bahwa air yang tidak terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan – bahan asing tertentu dalam jumlah yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum (air


(25)

ledeng, air sumur), berenang/rekreasi (kolam renang, air laut di pantai), mandi (air ledeng, air sumur), kehidupan hewan air (air sungai, danau), pengairan dan keperluan industri. Adanya benda – benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal disebut polusi. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batasan polusi untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh air dari kali di pegunungan yang belum terpolusi tidak dapat dipergunakan langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan air minum (Agusnar, 2007).

2.2 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

2.3 Macam dan Sumber Air

Jika membicarakan tentang macam air yang dikaitkan dengan sumber atau asalnya, maka air dapat dibedakan atas :

1) Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung uap air 2) Air permukaan tanah, dapat berupa air tergenang atau air yang mengalir,

seperti danau, sungai, laut. Air dari sumur yang dangkal, adalah juga air permukaan tanah


(26)

3) Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah, jadi telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air dalam tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut.

Ditinjau dari segi kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk dicemari. Embun, air hujan atau salju misalnya, yang berasal dari angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas ataupun materi-materi berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan berbagai zat-zat berbahaya untuk kesehatan. Air dalam tanah demikian pula halnya, karena sekalipun telah terjadi proses penyaringan, namun tetap saja ada kemungkinan terkontaminasi dengan zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan. Adapun perbandingan antara ketiga macam air tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah, dan air tanah dalam

Embun, air hujan dan salju

Air permukaan tanah Air dalam tanah Pada umumnya jika belum

terkontaminasi air bersifat bersih, steril, murni, hanya saja mudah merusak logam (menimbulkan karat ).

Pada umumnya telah terkontaminasi jadi bersifat kotor, mengandung bakteri dan zat kimia, kaya akan O2, CO2 serta mengandung

zat-zat lainnya yang bersifat merusak.

Pada umumnya jika mengalami penyaringan sempurna maka bersifat bersih, bebas dari bakteri. Hanya saja kemungkinan mengandung zat mineral cukup besar, karena itu sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa yang tidak nyaman (Azwar, 1996).


(27)

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain :

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit 2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun 3) Tidak berasa dan berbau

4) Dapat dipergunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah tangga 5) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan – bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2005).

2.4 Syarat – Syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan beberapa standar (patokan) yang pada beberapa negara berbeda – beda menurut :

1) Kondisi negara masing – masing 2) Perkembangan ilmu pengetahuan 3) Perkembangan teknologi

Dari segi kualitas air harus memenuhi :

a. Syarat Fisik :

1) Air tidak boleh berwarna 2) Air tidak boleh berasa 3) Air tidak boleh berbau 4) Suhu air hendaknya ± 25ºC 5) Air harus jernih (Sutrisno, 2004).


(28)

b. Syarat – Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia ataupun mineral – mineral, terutama oleh zat – zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air; sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Azwar, 1996).

c. Syarat – syarat bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri – bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri – bakteri golongan Coli melebihi batas – batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100ml air (Sutrisno, 2004).

2.5 Logam

Dalam kehidupan sehari – hari, kita tidak terpisah dari benda – benda yang bersifat logam. Benda ini kita gunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga seperti sendok, garpu, pisau dan lain – lain (logam biasa), sampai pada tingkat perhiasan mewah yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang seperti emas, perak, dan lain – lain (logam mulia). Secara gamblang, dalam konotasi kesehatan kita beranggapan bahwa logam diidentikkan dengan besi, padat, berat, keras dan sulit dibentuk.

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria – kriteria yang sama dengan logam – logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup.

Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski dalam jumlah yang agak berlebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk


(29)

mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat beracun yang dipentingkan seperti tenbaga (Cu), bila masuk kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh - pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh. Jika yang masuk ke dalam tubuh organisme hidup adalah unsur logam beracun seperti hidragyrum (Hg) atau disebut juga air raksa, maka dapat dipastikan bahwa organisme tersebut akan langsung keracunan.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek – efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan beracun yang akan meracuni makhluk hidup. Sebagai contoh adalah logam air raksa (Hg), kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan khrom (Cr). Namun demikian, meski logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam – logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang sangat sedikit. Tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yanga sangat kecil itu tidak terpenuhi, maka dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan sangat dipentingkan maka logam – logam tersebut juga dinamakan sebagai logam – logam atau mineral –mineral essensial tubuh.

Ternyata kemudian, bila jumlah dari logam – logam essesnsial ini masuk kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi zat racun bagi tubuh. Contoh dari logam – logam berat essensial ini adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni) (Palar, 2004).

Berikut adalah Logam – logam makro dan mikro yang ditemukan dalam kerak bumi dapat di lihat pada table dibawah ini;


(30)

Tabel 2.2 Logam - logam makro dan mikro yang ditemukan dalam kerak bumi

Kelompok Logam Simbol Jumlah (mg/kg)

Makro Aluminium Al 81.300

Besi Fe 50.000

Kalsium* Ca 36.300

Natrium* Na 28.300

Kalium* K 25.900

Magnesium* Mg 20.900

Mangan Mn 1.000

Mikro Barium Ba 425

Nikel Ni 75

Seng Zn 70

Tembaga Cu 55

Plumbum Pb 12,5

Uranium U 2,7

Timah putih Sn 2

Kadmium Cd 0,2

Merkuri Hg 0,08

Perak Ag 0,07

Emas Au 0,004

*Logam ringan (Darmono, 1995).

Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

1) Logam berat essensial; yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn

2) Logam berat tidak essensial; yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain – lain.


(31)

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh seta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, berifat mutagen, atau karsinogen pada manusia atau hewan (Widowati, 2008).

2.6 Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.580°C. Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai unsur di bumi. Fe menyusun 5 – 5,6% dari kerak bumi dan menyusun 35% dari masa bumi. Fe menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan sejumlah kecil terdapat di lapisan kerak bumi. Besi (Fe) memiliki keistimewaan, antara lain:

1) Fe sangat kuat dibandingkan kayu ataupun kuprum (Cu)

2) Fe lebih mudah dibengkokkan dan dibentuk menjadi berbagai jenis perabot dengan pemanasan

3) Fe bersifat tahan panas, tidak seperti kayu sehingga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan mesin (Widowati, 2008).

2.6.1 Efek Toksik Besi (Fe)

Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru – paru (Slamet, 2009).

Konsumsi Fe dalam dosis tinggi pada anak – anak bisa mengakibatkan kematian pada anak – anak yang berusia kurang dari 6 tahun (Widowati, 2008).


(32)

2.7 Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4 g/mol; titik leleh 321°C, dan titik didih 767°C. Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan. Keberadaan kadmium (Cd) bisa mencemari lingkungan dan bisa berada di atmosfer, tanah, dan perairan (Widowati, 2008).

Logam kadmium (Cd) sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari manusia. Logam ini telah digunakan semenjak tahun 1950 dan total produksi dunia adalah sekitar 15.000 – 18.000 per tahun. Prinsip dasar atau prinsip utama dalam penggunaan kadmium adalah sebagai bahan ‘stabilitasi’ sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun sebagian dari substansi logam kadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy – alloynya digunakan pula untuk baterai (Palar, 2004).

Kadmium (Cd) dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman, serta industri tekstil (Widowati, 2008).

2.7.1 Efek Toksik Kadmium (Cd)

Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa kerusakan – kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem – sistem tubuh yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam Cd ini adalah pada sistem urinaria (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/paru – paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar, 2004).


(33)

2.8 Seng (Zn)

Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Zn adalah logam yang memiliki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih – kebiruan, pudar bila terkena uap udara. Zn memiliki nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,73°C (Widowati, 2008).

Logam Zn memiliki banyak keunggulan, antara lain memiliki daya energi tinggi, bisa didaur ulang, ama, dan tidak menyisakan emisi (zero emition) sehingga Zn bisa digunakan sebagai baterai habis pakai. Zn digunakan dalam berbagai jenis industri elektronik seperti cat, produk karet, kosmetik, obat – obatan, pelapis lantai, plastic, printing, tinta, baetari, tekstil, bahan kimia, solder. Kegunaan Zn pada berbagai jenis industri yaitu:

1) Melapisi besi atau baja guna mencegah korosi 2) Bahan tabung baterai

3) Bahan alloy seperti kuningan, nikel – perak, logam mesin ketik, dan penyepuhan listrik

4) Sebagai bahan suplemen vitamin atau mineral yang memiliki aktivitas antioksidan guna mencegah penuaan dini serta mempercepat proses penyembuhan, dll (Widowati, 2008).

2.8.1 Efek Toksik Seng (Zn)

Seng (Zn) merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. Toksisitas Zn bisa bisa bersifat kronis dan akut. Jika Zn masuk ke dalam tubuh 150 – 450 mg/hari mengakibatkan pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.

Konsumsi Zn sebesar 2 g atau lebih akan mengakibatkan mual, muntah, dan demam. Orang yang mengkonsumsi lebih dari 12 g unsur Zn lebih dari 2 hari terbukti mengalami gangguan hati, dan ginjal (Widowati, 2008).


(34)

2.9 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis – garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara – cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektorskopi serapan atom atau Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) (Khopkar, 2008).

Spektofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur – unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analasis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absorpsi cahaya oleh atom. Atom – atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.

Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektonik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya keringkat eksitasi (Rohman, 2007).


(35)

2.9.1 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar berikut ini ;

Gambar 2.1 Sistem peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) (Rohman, 2007).

2.9.1.1 Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10 – 15 torr). Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.

Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah satu lampu digunakan untuk satu unsur, akan tetapi saat ini telah banyak dijumpai suatu lampu katoda, berongga kombinasi; yakni satu lampu dilapisi dengan beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus (Rohman, 2007).

A = 0,213 Sumber

Sinar Nyala

Monokromator

Detektor


(36)

2.9.1.2 Tempat Sampel

Dalam analisis spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom – atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom – atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Rohman, 2007).

2.9.1.3 Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut chopper (Rohman, 2007).

2.9.1.4 Detektor

Detektor yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube). Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Rohman, 2007).

2.9.1.5 Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absrobsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).


(37)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat - alat

Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Gelas Beaker Pyrex 250 mL

2) Labu Takar Pyrex 100 mL

3) Pipet Tetes

4) Hot plate Cimaree

5) Kertas Saring Whatman No. 42

6) Spektrofotometri Serapan Atom Shimadzu AA-7000

7) Pipet Volume Pyrex 5 mL

8) Botol akuadest 9) Bola karet 10)Corong

3.1.2 Bahan - bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Sampel air minum Desa Sukatendel

2) Sampel air minum Desa Surbakti

3) Sampel air minum Desa Ndokum Siroga

4) Larutan HNO3(P) p.a (E.Merck)

5) Larutan standar ion Fe3+ 1000 mg/L p.a (E.Merck) 6) Larutan standar ion Cd2+ 1000 mg/L p.a (E.Merck) 7) Larutan standar ion Zn2+ 1000 mg/L p.a (E.Merck) 8) Akuadest


(38)

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pengawetan dan Preparasi Sampel

Sampel tidak dapat langsung di analisa, maka sampel diawetkan dengan ditambahkan HNO3(p) sampai pH ± 2. Kemudian diambil sebanyak 100 mL sampel, dimasukkan ke

dalam beaker glass dan ditambahkan 5 mL HNO3(p). Dipanaskan sampai hampir

kering, kemudian ditambahkan 50 mL akuadest dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring. Diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+)

3.2.2.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk ion besi (Fe3+) 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.2.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion besi (Fe3+) 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.2.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion besi (Fe3+) 10 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.2.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 mg/L Sebanyak 10, 20, 30, dan 40 mL larutan standar ion besi (Fe3+) 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.2.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Besi (Fe3+)

Larutan seri standar ion besi (Fe3+) 0,2 mg/L di ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada λspesifik 248,3 nm. Perlakuan


(39)

dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk banko (0,0) dan larutan seri standar ion besi (Fe3+) 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L.

3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+)

3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk ion kadmium (Cd2+) 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.3.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) 10 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.3.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+) 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L

Sebanyak 0.05; 0,10; 0,15; 0,20; dan 0,25 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) 1 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Kadmium (Cd2+)

Larutan seri standar ion kadmium (Cd2+) 0,001 mg/L diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom pada λspesifik 228,8 nm. Perlakuan dilakukan

sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk blanko (0,000) dan larutan seri standar ion kadmium (Cd2+) 0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L.


(40)

3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+)

3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk ion seng (Zn2+) 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.4.3 Pembuatan Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) 10 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.4.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+) 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

Sebanyak 25 mL larutan standar ion seng (Zn2+) 1 mg/L dan sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.2.4.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ion Seng (Zn2+)

Larutan seri standar ion seng (Zn2+) 0,5 mg/L di ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada λspesifik 213,9 nm. Perlakuan

dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk blanko (0,0) dan larutan seri standar ion seng (Zn2+) 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L.


(41)

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Larutan Standar dan Seri Standar Ion Besi (Fe3+) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion besi (Fe3+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion besi (Fe3+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion besi (Fe3+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 10; 20; 30; dan 40 mL larutan standar ion besi (Fe3+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Diukur absorbansinya sebanyak tiga kali dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang spesifik 248,3 nm.

Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 1000 mg/L

Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 100 mg/L

Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 10 mg/L

Larutan Standar Ion Besi (Fe3+) 1 mg/L

Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+) 0,0; 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mg/L


(42)

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar dan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+) 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 0,005; 0,10; 0,15; 0,20; dan 0,25 mL larutan standar ion kadmium (Cd2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

 Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Diukur absorbansinya sebanyak tiga kali dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang spesifik 228,8 nm.

Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 1000 mg/L

Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 100 mg/L

Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 10 mg/L

Larutan Standar Ion Kadmium (Cd2+) 1 mg/L

Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+) 0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L


(43)

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar dan Seri Standar Ion Seng (Zn2+) 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Dipipet sebanyak 25 mL larutan standar ion seng (Zn2+) dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

 Dipipet sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar ion seng (Zn2+) 10mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Diukur absorbansinya sebanyak tiga kali dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang spesifik 213,9 nm.

Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 1000 mg/L

Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 100 mg/L

Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 10 mg/L

Larutan Standar Ion Seng (Zn2+) 1 mg/L

Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+) 0,5 mg/L

Larutan seri standar Ion Seng (Zn2+) 0,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/l


(44)

3.4 Preparasi dan Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+) Pada Sampel

 Ditambahkan HNO3(p) hingga pH ± 2

 Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

 Ditambahkan 5 mL HNO3(p)

 Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

 Ditambahkan 50 mL akuadest

 Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

 Diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda

 Diaduk sampai homogen

 Diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada λspesifik 248,3 nm

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk sampel dari desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti

Sampel Air Desa Sukatendel

Sampel Air 100 mL


(45)

3.5 Preparasi dan Penentuan Kadar Ion Kadmium (Cd2+) Pada Sampel

 Ditambahkan HNO3(p) hingga pH ± 2

 Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

 Ditambahkan 5 mL HNO3(p)

 Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

 Ditambahkan 50 mL akuadest

 Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

 Diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda

 Diaduk sampai homogen

 Diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada λspesifik 228,8 nm

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk sampel dari desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti

Sampel Air Desa Sukatendel

Sampel Air 100 mL


(46)

3.6 Preparasi dan Penentuan Kadar Ion Seng (Zn2+) Pada Sampel

 Ditambahkan HNO3(p) hingga pH ± 2

 Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

 Ditambahkan 5 mL HNO3(p)

 Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

 Ditambahkan 50 mL akuadest

 Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

 Diencerkan dengan akuadest sampai garis tanda

 Diaduk sampai homogen

 Diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada λspesifik 213,9 nm

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk sampel dari desa Ndokum Siroga dan Desa Surbakti

Sampel Air Desa Sukatendel

Sampel Air 100 mL


(47)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Besi (Fe)

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar Ion Besi (Fe3+) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,2000; 0,4000; 0,6000; 0,8000 dan 1,0000 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Tabel 4.1 Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu tipe AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Ion Besi (Fe3+)

No Parameter Ion Besi

1 Panjang Gelombang (nm) 248,3

2 Tipe Nyala Air-C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5 Ketinggian Tungku (mm) 9,0


(48)

Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+) Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – rata

0,0000 0,0003

0,2000 0,0094

0,4000 0,0156

0,6000 0,0244

0,8000 0,0310

1,0000 0,0370

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+)

4.1.2 Pengolahan Data

4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Ion Besi (Fe3+) pada tabel 4.2 di plotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada table 4.3

y = 0.0367x + 0.0013 r = 0.9980

0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250 0,0300 0,0350 0,0400

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000

A b sor b an si R at a -R at a Konsentrasi (mg/L)


(49)

Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Besi (Fe3+)

No Xi Yi (Xi – X) (Yi – Y) (Xi – X)2 (Yi – Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0003 -0,5000 -0,0193 0,2500 3,7249x10-4 0,00965 2 0,2000 0,0094 -0,3000 -0,0102 0,0900 1,0404x10-4 0,00306 3 0,4000 0,0156 -0,1000 -0,0040 0,0100 1,6000x10-5 0,00040 4 0,6000 0,0244 0,1000 -0,0048 0,0100 2,3040x10-5 0,00048 5 0,8000 0,0310 0,3000 0,0114 0,0900 1,2996x10-4 0,00342 6 1,0000 0,0370 0,5000 0,0174 0,2500 3,0276x10-4 0,00870 Ƹ 3,0000 0,1177 0,0000 0,0095 0,7000 9,4829x10-4 0,02571

X =

Ƹ Xi n

=

3,0000

6

=

0,5000

Y =

Ƹ Yi

n

=

0,1177

6

=

0,0196

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaaan garis:

Y = aX + b

dimana: a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut:


(50)

a = Ƹ (Xi−X ) (Yi−Y )

Ƹ (Xi−X )2

b = Y– aX

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.2 pada persamaan ini maka diperoleh :

� =0,2571

0,7000= 0,0367

b = 0,0196 – (0,0367) (0,5000) = 0,0196 – 0,0183

= 0,0013

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

Y = 0,0367 X + 0,0013

4.1.2.2 Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

r =

Ƹ (Xi−X)(Yi−Y) [Ƹ(Xi−X)2Ƹ(Yi−Y)2]1/2

=

0,02571

[(0,7000 ) (9,4829�10−4)]1/2

=

0,02571

0,02576


(51)

4.1.2.3 Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari Ion Besi (Fe3+), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi Ion Besi (Fe3+) dalam sampel. Data selengkapnya ada pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Absorbansi Ion Besi (Fe3+) dalam sampel air air minum dari Desa Sukatendel, Desa Surbakti, dan Desa Ndokum Siroga

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata (Ā)

A1 A2 A3

Desa Sukatendel

I 0,0108 0,0105 0,0098 0,0103

II 0,0119 0,0117 0,0114 0,0116

III 0,0129 0,0121 0,0124 0,0124

IV 0,0137 0,0133 0,0128 0,0132

V 0,0142 0,0135 0,0131 0,0136

Desa Surbakti

I 0,0098 0,0086 0,0083 0,0089

II 0,0102 0,0097 0,0095 0,0098

III 0,0116 0,0113 0,0099 0,0109

IV 0,0124 0,0116 0,0119 0,0119

V 0,0131 0,0128 0,0124 0,0127

Desa Ndokum siroga

I 0,0068 0,0055 0,0051 0,0058

II 0,0075 0,0069 0,0072 0,0072

III 0,0089 0,0078 0,0075 0,0080

IV 0,0097 0,0092 0,0087 0,0092

V 0,0113 0,0107 0,0104 0,0108

Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Ion Besi (Fe3+) ke persamaan:


(52)

Tabel 4.5 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) Pada Air Minum dari Desa Sukatendel

No Xi (Xi – X)2

1 0,2453 28,5156x10-4

2 0,2866 1,4641x10-4

3 0,3024 1,3690x10-5

4 0,3242 6,5025x10-4

5 0,3351 13,2496x10-4

Ƹ 1,4936 49,8687x10-4

X = Ƹ Xi �

=

1,4936

5

=

0,2987

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

49,8687�10−4

5−1

= 0,0353

Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) yang diperoleh pada air minum dari desa Sukatendel adalah = X ± SD

= 0,2987 ± 0,0353 mg/L.

Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi Ion Besi (Fe3+) pada air minum dari desa Surbakti dan juga desa Ndokum Siroga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini,


(53)

Tabel 4.6 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) Pada Air Minum dari Desa Surbakti

No Xi (Xi – X)2

1 0,2070 23,9121x10-4

2 0,2316 8,0089x10-4

3 0,2615 2,5600x10-6

4 0,2888 8,3521x10-4

5 0,3106 25,7049x10-4

Ƹ 1,2995 66,0036x10-4

X = Ƹ Xi �

=

1,2995

5

=

0,2599

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

66,0036�10−4

5−1

= 0,0406

Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) yang diperoleh pada air minum dari desa Surbakti adalah = X ± SD


(54)

Tabel 4.7 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) Pada Air Minum dari Desa Ndokum Siroga

No Xi (Xi – X)2

1 0,1226 41,9904x10-4

2 0,1607 7,1289x10-4

3 0,1825 2,4010x10-5

4 0,2152 6,3001x10-4

5 0,2588 54,9081x10-4

Ƹ 0,9371 110,5676x10-4

X = Ƹ Xi �

=

0,9371

5

=

0,1847

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

110,5676�10−4

5−1

= 0,0525

Konsentrasi Ion Besi (Fe3+) yang diperoleh pada air minum dari desa Ndokum Siroga adalah = X ± SD


(55)

4.1.3 Kadmium (Cd)

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar Ion Kadmium (Cd2+) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,0001; 0,0002; 0,0003; 0,0004 dan 0,0005 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Tabel 4.8 Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu tipe AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+)

No Parameter Ion Kadmium

1 Panjang Gelombang (nm) 228,8

2 Tipe Nyala Air-C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 1,8

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5 Ketinggian Tungku (mm) 7,0

6 Burner Angle (degree) 0

Tabel 4.9 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+) Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – rata

0,0000 0,0003

0,0010 0,0015

0,0020 0,0031

0,0030 0,0045

0,0040 0,0059


(56)

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+)

4.1.4 Pengolahan Data

4.1.4.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Ion Kadmium (Cd2+) pada tabel 4.9 di plotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Kadmium (Cd2+)

No Xi Yi (Xi – X) (Yi – Y) (Xi – X)2 (Yi – Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0003 -0,0025 -0,0034 6,2500x10-6 1,1560x10-5 8,5000x10-6 2 0,0010 0,0015 -0,0015 -0,0022 2,2500x10-6 4,8400x10-6 3,3000x10-6 3 0,0020 0,0031 -0,0005 -0,0006 2,5000x10-7 3,6000x10-7 3,0000x10-7 4 0,0030 0,0045 0,0005 0,0008 2,5000x10-7 6,4000x10-7 4,0000x10-7 5 0,0040 0,0059 0,0015 0,0022 2,2500x10-6 4,8400x10-6 3,3000x10-6 6 0,0050 0,0071 0,0025 0,0034 6,2500x10-6 1,1560x10-5 8,5000x10-6 Ƹ 0,0150 0,0224 0,0000 0,0002 1,7500x10-5 3,3800x10-5 2,4300x10-5

y = 1.3885x + 0.0003 r = 0.9991

0,0000 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060 0,0070 0,0080

0,0000 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060

A b so rb a n si R a ta -Ra ta Konsentrasi (mg/L)


(57)

X =

Ƹ Xi n

=

0,0150

6

=

0,0025

Y =

Ƹ Yi

n

=

0,0224

6

=

0,0037

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaaan garis:

Y = aX + b

dimana: a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut:

a = Ƹ (Xi−X ) (Yi−Y )

Ƹ (Xi−X )2

b = Y– aX

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.7 pada persamaan ini maka diperoleh :

� =2,4300�10

−5

1,7500�10−5 = 1,3885

b = 0,0037 – (1,3885) (0,0025) = 0,0037 – 0,0034


(58)

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

Y = 1,3885 X + 0,0003

4.1.4.2 Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

r =

Ƹ (Xi−X)(Yi−Y) [Ƹ(Xi−X)2Ƹ(Yi−Y)2]1/2

=

2,4300�10

−5

[(1,7500�10−5) (3,3800�10−5)]1/2

=

2,4300 x10−

5 2,4300 x10−5

= 0,9991

4.1.4.3 Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari Ion Kadmium (Cd2+), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi Ion Kadmium (Cd2+) dalam sampel. Data selengkapnya ada pada tabel 4.11.


(59)

Tabel 4.11 Data Absorbansi Ion Kadmium (Cd2+) dalam sampel air air minum dari Desa Sukatendel, Desa Surbakti, dan Desa Ndokum Siroga

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata (Ā)

A1 A2 A3

Desa Sukatendel

I 0,0037 0,0035 0,0030 0,0034

II 0,0049 0,0046 0,0042 0,0045

III 0,0053 0,0047 0,0050 0,0050

IV 0,0057 0,0049 0,0055 0,0053

V 0,0061 0,0056 0,0053 0,0056

Desa Surbakti

I 0,0034 0,0031 0,0027 0,0030

II 0,0046 0,0043 0,0040 0,0043

III 0,0049 0,0044 0,0047 0,0046

IV 0,0051 0,0049 0,0043 0,0047

V 0,0057 0,0053 0,0051 0,0053

Desa Ndokum siroga

I 0,0032 0,0028 0,0025 0,0028

II 0,0038 0,0030 0,0033 0,0033

III 0,0046 0,0041 0,0037 0,0041

IV 0,0052 0,0048 0,0041 0,0047

V 0,0059 0,0056 0,0047 0,0054

Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Ion Kadmium (Cd2+) ke persamaan:


(60)

Tabel 4.12 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) Pada Air Minum dari Desa Sukatendel

No Xi (Xi – X)2

1 0,0022 8,1000x10-7

2 0,0030 1,0000x10-8

3 0,0033 4,0000x10-8

4 0,0036 2,5000x10-7

5 0,0038 4,9000x10-7

Ƹ 0,0159 1,6000x10-6

X = Ƹ Xi �

=

0,0159

5

=

0,0031

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

1,6000�10−4

5−1

= 0,0006

Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Sukatendel adalah = X ± SD

= 0,0031 ± 0,0006 mg/L.

Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) pada air minum dari desa Surbakti dan juga desa Ndokum Siroga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini,


(61)

Tabel 4.13 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) Pada Air Minum dari Desa Surbakti

No Xi (Xi – X)2

1 0,0019 8,1000x10-7

2 0,0029 1,0000x10-8

3 0,0030 4,0000x10-8

4 0,0031 9,0000x10-8

5 0,0036 6,4000x10-7

Ƹ 0,0144 1,5900x10-6

X = Ƹ Xi �

=

0,0144

5

=

0,0028

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

1,5900�10−6

5−1

= 0,0006

Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Surbakti adalah = X ± SD


(62)

Tabel 4.16 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) Pada Air Minum dari Desa Ndokum Siroga

No Xi (Xi – X)2

1 0,0018 6,4000x10-7

2 0,0021 2,5000x10-7

3 0,0027 1,0000x10-8

4 0,0031 2,5000x10-7

5 0,0036 1,0000x10-6

Ƹ 0,0133 2,1500x10-6

X = Ƹ Xi �

=

0,0133

5

=

0,0026

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

2,1500�10−6

5−1

= 0,0007

Konsentrasi Ion Kadmium (Cd2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Ndokum Siroga adalah = X ± SD


(63)

4.1.5 Seng (Zn)

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar Ion Seng (Zn2+) dilakukan dengan menyiapkan larutan seri standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,5000; 1,0000; 1,5000; 2,0000 dan 2,5000 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Tabel 4.15 Kondisi Alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Shimadzu tipe AA-7000 Pada Pengukuran Konsentrasi Ion Seng (Zn2+)

No Parameter Ion Kadmium

1 Panjang Gelombang (nm) 213,9

2 Tipe Nyala Air-C2H2

3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,0

4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0

5 Ketinggian Tungku (mm) 7,0

6 Burner Angle (degree) 0

Tabel 4.16 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+) Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – rata

0,0000 0,0002

0,5000 0,1433

1,0000 0,2410

1,5000 0,3785

2,0000 0,4853


(64)

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+)

4.1.6 Pengolahan Data

4.1.6.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Ion Seng (Zn2+) pada tabel 4.16 di plotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada table 4.17

Tabel 4.17 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn2+)

No Xi Yi (Xi – X) (Yi – Y) (Xi – X)2 (Yi – Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0002 -1,2500 -0,3043 1,5625 925,9849x10-4 38,0375x10-2 2 0,5000 0,1433 -0,7500 -0,1612 0,5625 259,8544x10-4 0,1209 3 1,0000 0,2410 -0,2500 -0,0635 0,0625 40,3225x10-4 1,5875x10-2 4 1,5000 0,3785 0,2500 0,0740 0,0625 54,7600x10-4 0,0185 5 2,0000 0,4853 0,7500 0,1808 0,5625 326,8864x10-4 0,1356 6 2,5000 0,5792 1,2500 0,2747 1,5625 754,6009x10-4 0,3433 Ƹ 7,5000 1,8275 0,0000 0,0005 4,3750 2362,4091x10-4 1,0145

y = 0.2318x + 0.0148 r = 0.9979

0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000

0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000

A b so rb a n si R a ta -rat a Konsentrasi (mg/L)


(65)

X =

Ƹ Xi n

=

7,5000

6

=

1,2500

Y =

Ƹ Yi

n

=

1,8275

6

=

0,3045

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaaan garis:

Y = aX + b

dimana: a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut:

a = Ƹ (Xi−X ) (Yi−Y )

Ƹ (Xi−X )2

b = Y– aX

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada table 4.7 pada persamaan ini maka diperoleh :

� =1,0145

4,3750= 0,2318

b = 0,3045 – (0,2318) (1,2500) = 0,3045 – 0,2897


(66)

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

Y = 0,2138 X + 0,0148

4.1.6.2 Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

r =

Ƹ (Xi−X)(Yi−Y) [Ƹ(Xi−X)2Ƹ(Yi−Y)2]1/2

=

1,0145

[(4,3750 ) (2362,4091�10−4)]1/2

=

1,0145

1,0166

= 0,9979

4.1.6.3 Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari Ion Seng (Zn2+), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi Ion Seng (Zn2+) dalam sampel. Data selengkapnya ada pada tabel 4.18.


(67)

Tabel 4.18 Data Absorbansi Ion Seng (Zn2+) dalam sampel air air minum dari Desa Sukatendel, Desa Surbakti, dan Desa Ndokum Siroga

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata (Ā)

A1 A2 A3

Desa Sukatendel

I 0,0749 0,0744 0,0739 0,0744

II 0,0837 0,0832 0,0827 0,0832

III 0,0928 0,0923 0,0925 0,0925

IV 0,0986 0,0981 0,0976 0,0981

V 0,0995 0,0990 0,0987 0,0990

Desa Surbakti

I 0,0647 0,0638 0,0634 0,0639

II 0,0755 0,0751 0,0747 0,0751

III 0,0861 0,0857 0,0853 0,0857

IV 0,0932 0,0928 0,0931 0,0930

V 0,0944 0,0939 0,0934 0,0939

Desa Ndokum siroga

I 0,0275 0,0271 0,0267 0,0271

II 0,0347 0,0338 0,0343 0,0342

III 0,0468 0,0463 0,0459 0,0463

IV 0,0526 0,0522 0,0518 0,0522

V 0,0608 0,0601 0,0596 0,0601

Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ion Seng (Zn2+) ke persamaan:


(68)

Tabel 4.19 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) Pada Air Minum dari Desa Sukatendel

No Xi (Xi – X)2

1 0,2571 41,9904x10-4

2 0,2950 7,2361x10-4

3 0,3352 1,7689x10-4

4 0,3593 13,9876x10-4

5 0,3632 17,0569x10-4

Ƹ 1,6098 82,0399x10-4

X = Ƹ Xi �

=

1,6098

5

=

0,3219

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

82,0399�10−4

5−1

= 0,0452

Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Sukatendel adalah = X ± SD


(69)

Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi Ion Seng (Zn2+) pada air minum dari desa Surbakti dan juga desa Ndokum Siroga. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 4.20 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) Pada Air Minum dari Desa Surbakti

No Xi (Xi – X)2

1 0,2118 62,8849x10-4

2 0,2601 9,6100x10-4

3 0,3058 2,1609x10-4

4 0,3373 21,3444x10-4

5 0,3408 24,7009x10-4

Ƹ 1,4558 120,7011x10-4

X = Ƹ Xi �

=

1,4558

5

=

0,2911

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

120,7011�10−4

5−1

= 0,0549

Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Surbakti adalah = X ± SD


(70)

Tabel 4.21 Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) Pada Air Minum dari Desa Ndokum Siroga

No Xi (Xi – X)2

1 0,0503 56,1001x10-4

2 0,0836 17,3056x10-4

3 0,1358 1,1025x10-4

4 0,1613 13,0321x10-4

5 0,1954 49,2804x10-4

Ƹ 0,6264 136,8207x10-4

X = Ƹ Xi �

=

0,6264

5

=

0,1252

SD =

Ƹ(��−�)

2

�−1

=

136,8207�10−4

5−1

= 0,0584

Konsentrasi Ion Seng (Zn2+) yang diperoleh pada air minum dari desa Ndokum Siroga adalah = X ± SD


(71)

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) pada air minum desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum Siroga adalah sebagai berikut :

Tabel 4.22 Data Hasil penelitian kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) pada air minum desa Sukatendel, desa Surbakti, dan desa Ndokum Siroga

Sampel Air Ion Besi (Fe3+) (mg/L)

Ion kadmium (Cd2+) (mg/L)

Ion seng (Zn2+) (mg/L)

Desa Sukatendel 0,2987 0,0031 0,3219

Desa Surbakti 0,2599 0,0028 0,2911

Desa Ndokum Siroga 0,1847 0,0026 0,1252

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) pada desa Sukatendel lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam pada desa Surbakti dan juga desa Ndokum Siroga. Pada desa Sukatendel diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,2987 mg/L, kadmium (Cd2+) sebesar 0,0031 mg/L, dan seng (Zn2+) sebesar 0,3219 mg/L, sedangkan pada desa Surbakti diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,2599 mg/L, kadmium (Cd2+) sebesar 0,0028 mg/L, seng (Zn2+) sebesar 0,2911 mg/L, dan pada desa Ndokum Siroga diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,1874 mg/L, kadmium (Cd2+) sebesar 0,0026 mg/L, dan seng (Zn2+) sebesar 0,1252 mg/L.

Desa Sukatendel memiliki kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa Surbakti dan desa Ndokum Siroga. Hal ini dapat disebabkan karena jarak desa Sukatendel yang lebih dekat dengan puncak Gunung Sinabung dibandingkan dengan desa Surbakti dan desa Ndokum Siroga yaitu desa Sukatendel memiliki jarak 6 km dari puncak Gunung Sinabung, desa Surbakti memiliki jarak 7 km, dan desa Ndokum Siroga memiliki


(72)

jarak yang paling jauh yaitu 8 km dari puncak Gunung Sinabung, sehingga material – material yang dikeluarkan akibat letusan Gunung Sinabung yaitu abu dan pasir halus yang tersebar melalui pergerakan angin/udara lebih banyak jatuh ke arah desa Sukatendel dan juga air limpahan lahar dingin yang mengalir ke dalam aliran sungai Lau Borus yang berada di sebelah utara desa Sukatendel sehingga menyebabkan kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) pada air desa Sukatendel lebih tinggi.

Pada desa Surbakti dan desa Ndokum Siroga diperoleh kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) yang lebih rendah karena hanya abu dan pasir halus yang tersebar melalui pergerakan angin/udara yang sampai ke daerah tersebut, sedangkan air limpahan lahar dingin jatuh ke dalam aliran sungai Lau Genuhen yang berada di sebelah selatan desa Torong kecamatan Simpang Empat sehingga tidak masuk ke desa Surbakti dan Ndokum Siroga sehingga kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) pada desa Surbakti dan desa Ndokum Siroga lebih rendah.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa air minum dari desa Sukatendel mengandung kadar ion besi (Fe3+) dan seng (Zn2+) yang masih memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan ditinjau dari kadar maksimum besi dan seng, dan kadar ion kadmium (Cd2+) pada desa Sukatendel telah melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan ditinjau dari kadar maksimal kadmium, sedangkan air minum dari desa Surbakti dan juga desa Ndokum Siroga mengandung kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan seng (Zn2+) yang masih memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan yaitu PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010, dimana menurut Peraturan Menteri Kesehatan kadar maksimum yang di perbolehkan untuk besi adalah sebesar 0,3 mg/L, kadmium 0,003 mg/L, dan seng 3,0 mg/L.


(73)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada desa Sukatendel diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,2987 mg/L, kadmium (Cd2+) sebesar 0,0031 mg/L, dan seng (Zn2+) 0,3219 mg/L, pada desa Surbakti diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,2599 mg/L, kadmium (Cd2+) 0,0028 mg/L, seng (Zn2+) 0,2911 mg/L, dan pada desa Ndokum Siroga diperoleh kadar ion besi (Fe3+) sebesar 0,1874 mg/L, kadmium (Cd2+) 0,0026 mg/L, dan seng (Zn2+) sebesar 0,1252 mg/L. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa air minum pada desa Sukatendel mengandung kadar ion besi (Fe3+), seng (Zn2+) yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010 ditinjau dari kadar besi dan seng, dan mengandung kadar ion kadmium (Cd2+) yang melebihi persyaratan kualitas air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010 ditinjau dari kadar kadmium, sedangkan air minum desa Surbakti dan desa Ndokum Siroga mengandung kadar ion besi (Fe3+), seng (Zn2+), dan kadmium (Cd2+) yang masih memenuhi persyaratan air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010 ditinjau dari kadar besi, kadmium, dan seng.

5.2 Saran

Sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP) untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2007. “Kimia Lingkungan”. USU Press. Medan.

Azwar, A. 1996. “Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan”. PT Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Chandra, B. 2005. “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta..

Darmono, B. 1995. “Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup”. UI Press. Jakarta.

Effendi, H. 2003. “Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hartuti, E. R. 2009. “Buku Pintar Gempa”. Diva Press. Yogyakarta..

Khopkar, S. M. 2008. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. UI Press. Jakarta.

“Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia”,Nomor 492/MENKES/SK/2010 tanggal 19 April 2010.

Palar, H. 2004. “Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat”. Cetakan 2. Rineka Cipta. Jakarta

Rohman, A. 2007. “Kimia Farmasi Analisis”. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Slamet, J.S. 2009. “Kesehatan Lingkungan”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

”Standard Methods For the Examination of Water and Watewater ”. 1899. Fifteenth Edition. American Public Health Association 1015 Fiffteen Street NW Washington, DC 20005.


(75)

Wardhana, W. A. 2004. “Dampak Pencemaran Lingkungan”. Andi. Yogyakarta. Widowati, W. Astiana Sastiono. Rymond Jusuf Rumampuk. 2008. “Efek Toksik


(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(1)

Wardhana, W. A. 2004. “Dampak Pencemaran Lingkungan”. Andi. Yogyakarta. Widowati, W. Astiana Sastiono. Rymond Jusuf Rumampuk. 2008. “Efek Toksik


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

Penentuan Kadar Ion Zinkum (Zn2+), Kadmium (Cd2+) Dan Natrium (Na+) Dari Air Muara Sungai Asahan Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 44 60

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 4 71

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 12

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 2

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 5

Analisis Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Kobal (Co2+) terhadap Aliran Air Sungai Lau Borus Kabupaten Karo dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Air - Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 14

Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 15