93
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan serangkaian uraian pada bab-bab terdahulu dan mengacu pada perumusan masalah serta tujuan penelitian dapat kita simpulkan bahwa
pola konsumsi produk fashion di kalangan pelajar putri SMA Negeri 7 Surakarta cukup tinggi dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pola
tersebut. Pola konsumsi remaja, dalam hal ini pelajar putri, khususnya konsumsi
produk fashion akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan. Remaja tertarik mengkonsumsi produk fashion karena ingin mengikuti trend yang sedang
berkembang. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai pola konsumsi produk fashion
di kalangan pelajar putri dalam hal ini meliputi pola konsumsi produk fashion dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi produk fashion itu
sendiri. Pola konsumsi produk fashion di kalangan pelajar putri SMA Negeri 7 Surakarta cenderung tinggi. Hal ini dapat dilihat dari intensitas mereka pergi
ke mal dan frekuensi mereka membeli produk fashion. Persepsi informan tentang fashion juga mendukung tingginya pola konsumsi tersebut. Mereka
mengkonsumsi produk fashion tersebut untuk mengikuti trend yang sedang berkembang. Di usia remaja, yang merupakan usia peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, remaja sedang dalam masa pencarian jati diri atau identitas diri. Pada masa itu remaja ingin diakuai eksistensinya dalam
94 lingkungan pergaulannya dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
tersebut. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha mengukuti berbagai atribut yang
sedang menjadi trend. Oleh karena hal tesebut, maka dapat dipastikan pola konsumsinya cenderung meningkat.
Pola konsumsi produk fashion di kalangan pelajar putri SMA Negeri 7 Surakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, faktor
psikologis, faktor ekonomi, dan faktor media informasi. Faktor lingkungan terbagi dalam tiga bagian yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pergaulan dan lingkungan sekolah. Keluarga merupakan tempat pertama kali berinteraksi, lingkungan keluarga merupakan proses sosialisasi
awal pada anak. Artinya bahwa orang tua punya peran penting dalam pembentukan karakter anak. Fungsi kontrol terhadap anak terkait masalah
uang jajan, pola konsumsi anak sangat diperlukan. Dari hasil penelitian disebutkan bahwa terdapat orang tua yang sangat mengontrol pengeluaran
anak dan ada juga yang membebaskan. Orang tua yang mempunyai pola membebaskan anak dalam membelanjakan uang dapat menimbulkan potensi
konsumerisme pada anak dan berpengaruh pada pola konsumsinya. Dalam lingkungan pergaulan pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja
merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja. Di antara para remaja, terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat
kuat. Pada kelompok teman sebaya itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan
yang kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai dan simbol tersendiri. Oleh karena
95 itu tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja banyak dipengaruhi
oleh teman-teman dalam kelompok mereka. Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya hubungan yang kuat antara kelompok sepermainan dan
pola konsumsi produk fashion di kalangan pelajar putri. Lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat sosialisaasi yang penting bagi remaja. Karena
kebanyakan remaja, sebagin besar waktunya di habiskan di sekolah. Maka tidak lah mengherankan jika pengaruh lingkungan sekolah menjadi sangat
besar pada diri remaja yang bersangkutan. Dalam lingkungan sekolah sering muncul suatu kelompok bermain yang terdiri dari beberapa pelajar. Mereka
disatukan karena persamaan hobi, minat atau kesamaan pemilikan barang. Hal inilah yang mempengaruhi pola konsumsi pelajar.
Secara psikologis remaja dapat dikatakan mempunyai kondisi jiwa yang masih labil, mudah terbawa perasaan tanpa ada pertimbangan yang lebih
matang. Dalam penelitian ini kebanyakan remaja dalam mengkonsumsi suatu barang lebih banyak berdasarkan rasa suka, gengsi atau bahkan menganggap
suatu barang sebagai suatu simbol status sosial dan ekonomi. Faktor ekonomi terutama terkait dengan faktor ekonomi keluarga. Ada
sebuah korelasi antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi, semakin tinggi pendapatan indivdu maka semakin banyak pula konsumsi yang
dibutuhkan. Baik itu untuk pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan terkadang barang yang tidak begitu diperlukan pun dikonsumsi. Dalam
penelitian ini terdapat hubungan antara besarnya pendapatan orang tua dengan jumlah uang saku pada anak. Semakin besar pendapatan orang tua semakin
besar uang saku untuk anak dan semakin tinggi pula pola konsumsinya.
96 Media informasi menjadi salah satu faktor penunjang terbentuknya pola
konsumsi pada pelajar putri. Teknologi informasi yang berkembang sangat cepat membawa perubahan pada perilaku masyarakat. Munculnya radio,
televisi, koran, majalah menjadi sarana sosialisasi yang efektif. Peneliti lebih menyoroti bagaimana media televisi dan majalah remaja mempengaruhi pola
konsumsi pelajar perempuan. Dari data yang ada para pelajar perempuan lebih menyukai tontonan televisi terutama sinetron dan juga selalu membaca
majalah remaja. Disadari atau tidak televisi dan majalah selalu menampilkan iklan barang dan perkembangan modetrend terbaru, dan bahkan melalui
media penciptaan rekayasa terhadap image suatu barang dapat dibentuk. Para informan mengatakan bahwa rata-rata mereka mengetahui suatu barang
dengan merk tertentu melalui media televisi dan majalah remaja tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa media informasi menjadi salah satu faktor
penunjang terbentuknya pola konsumsi pada pelajar perempuan.
B. IMPLIKASI