Morfologi Amorphophallus campanulatus KANDUNGAN PATI UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) PADA BERBAGAI KONDISI TANAH DI DAERAH KALIOSO, MATESIH DAN BATURETNO

commit to user 7 hijau muda. Daun iles-iles memilki ciri khusus yaitu adanya katak bulbil pada percabangan daun. Perkembangbiakan iles-iles, acung dapat terjadi secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif dengan umbi atau anak umbi, sedangkan perkembangbiakan secara generatif dengan biji dan bulbil khusus pada iles-iles. Perkembangbiakan pada suweg hanya terjadi secara vegetatif, yaitu dengan umbi atau tunas umbi lampiran 1 dan lampiran 3. Nama-nama daerah untuk tanaman Suweg Amorphophallus campanulatus antara lain elephant yam dan telinga potato Inggris, Kembang bangke Indonesia,suweg dan walur Jawa, Acung, ileus Sunda Heyne, 1987. Taksonomi suweg sebagai berikut : Kingdom : Plantae tumbuhan Subkingdom : Tracheobionta berpembuluh Superdivisio : Spermatophyta menghasilkan biji Divisio : Magnoliophyta berbunga Kelas : Liliopsida berkeping satu monokotil Sub-kelas : Arecidae Ordo : Arales Familia : Araceae suku talas-talasan Genus Spesies : Amorphophallus : Amorphophallus campanulatus Tjitrosoepomo, 2002

2. Morfologi Amorphophallus campanulatus

Tanaman A. campanulatus merupakan tumbuhan herba yang memiliki batang semu tegak menjulang dari bagian tengah umbi yang bercabang tiga dengan sistem akar berada pada tanah permukaan Gopi at al, 2009. Tanaman ini diduga berasal dari Asia Tropika, tersebar di Malaysia, Jawa, Filipina sampai Pasifik LIPI, 1980. commit to user 8 A. campanulatus hidup di daerah tropis maupun subtropis, tetapi memerlukan sinar matahari secara tidak langsung, cahaya maksimum hanya sampai 40 dan dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl, dengan suhu 25–35°C, sedangkan curah hujannya 300-500 mm per bulan selama periode pertumbuhan. Pada suhu di atas 35°C daun tanaman akan terbakar, sedangkan pada suhu rendah menyebabkan dorman Perhutani, 2007. Secara alami Suweg tumbuh di bawah naungan tanaman tahunan yang lain, misalnya naungan rumpun bambu di kebun dan di sela-sela tanaman hutan mahoni maupun jati. Menjelang musim hujan tiba, A. campanulatus muncul berupa setangkai bunga berwarna ungu kecoklatan. Selama musim penghujan tumbuhan A. campanulatus tampak sebagai batang semu tangkai daun yang tegak keluar dari umbinya LIPI, 1980. Tangkai daun bersifat lunak dan halus berwarna hijau muda atau kecoklatan hitam belang-belang totol-totol putih kekuningan. Batang semu tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter Steenis, 1975. A. campanulatus bukan tanaman semusim tetapi tumbuhnya secara musiman. Selama musim penghujan A. campanulatus tumbuh dan menghasilkan makanan yang ditandai dengan bertambah besarnya umbi. Tanaman ini pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai perubahan kondisi iklim dan tanah. Kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Secara genetik, tanaman yang toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan Mohr dan Schopfer dalam Djukri, 2003. commit to user 9 Pertumbuhan tanama suweg yang baik pada tanah yang berstruktur liat berpasir, gembur, dan kaya unsur hara. Karena sistem perakaran Amorphophallus tidak dalam, maka yang sangat berpengaruh pada pertumbuhannya adalah keadaan tanah lapisan atas. Pepohonan hutan atau kebun pekarangan biasanya berupa tumbuhan tahunan yang memilki perakaran yang sangat dalam dan panjang. Sehingga kondisi tanah permukaan sekitar tumbuhan tersebut sebenarnya kosong bagi tanaman musiman yang berakar serabut. Bahkan perakaran di bagian bawah dapat menahan larinya zat-zat hara dari lokasi tersebut. Daun dari pepohonan yang gugur ke tanah sebagai serasah berguna sebagai penutup tanah mulsa, meningkatkan penyediaan N dan hara lainnya yang berguna bagi tanaman semusim Hairiah, 2008. Untuk hasil budidaya yang baik, tanaman Amorphophallus menghendaki tanah yang gembur subur serta tidak becek tergenang air. Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja terutama yang berdosis kapur tinggi Sumarwoto, 2004. Perkembangbiakan tanaman A. campanulatus di alam dapat berlangsung secara vegetatif melalui tunas umbi yakni perbanyakan dengan umbi anak atau mata yang terdapat pada kulit umbinya. Jika ditanam dari umbi anak, umbi dapat dipanen 4 – 5 bulan kemudian, setelah tangkai daunnya membusuk. Jika matanya yang dijadikan bibit, suweg baru dapat dipanen setelah berumur 9 – 10 bulan BBPP Lembang, 2010. Berbagai penelitian telah dapat mengembangbiakkan Amorphophallus sp, antara lain dengan stek batangtangkai daun, stek daun dan mikropropagasi . tunas . umbi . Imelda, . 2007. Di samping tunas umbi, maka tangkai daun juga merupakan sumber eksplan yang efisien Imelda, 2008. Secara modern tanaman Amorphophallus sp. dapat dikembangbiakkan secara mikropropagasi kultur jaringan. Media terbaik untuk induksi dan penggandaan tunas in vitro commit to user 10 adalah MS yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh TDZ 0,2 mgl dan BAP 0,5 mgl. Sedangkan media terbaik untuk pengakaran tunas in vitro adalah MS tanpa zat pengatur tumbuh dan media terbaik untuk aklimatisasi planlet adalah campuran tanah, kompos dan cocopeat dengan perbandingan 1 : 1 : 1 Imelda, 2007. Dikenal adanya 2 varitas suweg, ialah A. Campanulatus var. Hortensis yang sudah dibudidayakan dan A. Campanulatus var. Sylvestris yang tumbuh liar di hutan jati atau di kebun-kebun yang tidak terpelihara BBPP, 2010. Bagian- bagian dari tanaman ini secara umum adalah umbi, akar, batang semu, daun dan bunga. Umbi A. campanulatus termasuk umbi batang, berbentuk bola pepat atau bulatan pada bagian tengah terdapat cekungan bekas pangkal tangkai batang semu. Umbi ini merupakan perubahan dari bentuk batang yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Antara batang dan umbi menyatu sehingga sulit dibedakan antar keduanya. Umbi A. campanulatus memiliki bekas tempat pangkal pelepah daun dan mata-mata tunas yang berperan dalam perkembangbiakan. Gambar 1. Umbi suweg Sumber : Data Primer 2009 Umbi A. campanulatus terdiri dari bagian kulit dan daging umbi. Kulit luar merupakan lapisan kutikula yang melindungi daging umbi. Kulit umbi berwarna keabu-abuan atau kecoklatan. Pada kulit umbi terdapat beberapa jenis mata tunas dan akar. Tunas-tunas yang dimaksud adalah tunas utama, tunas anakan dan tunas akar, sedangkan akar yang ada pada kulit dapat dibedakan commit to user 11 menjadi akar aktif dan akar mati dengan ujung akar yang telah membusuk Lingga, 1990. Mata tunas utama adalah mata tunas yang melakat pada umbi bagian bawah pangkal pelepah daun. Mata tunas ini tidak akan muncul mejadi tunas sebelum pelepah daun layu dan terlepas dari umbi. Mata tunas anakan adalah tunas baru yang muncul dari kulit umbi. Mata-mata tunas mengalami dormansi bersama dengan umbi selama musim kemarau dan akan tumbuh dan berkembang pada musim penghujan. Mata tunas akar adalah calon akar aktif pada kulit umbi, sedangkan akar mati adalah akar-akar yang sudah tidak berfungsi dan akan lepas dengan sendirinya dari umbi. Daging umbi mengandung karbohidrat sebagai cadangan makanan selama dorman maupun perkembangan dan pertumbuhan. Kandungan makanan pada umbi dapat mencapai optimal setelah mengalami beberapa periode tumbuh. Umbi akan berkembang dengan baik apabila suweg tumbuh di tanah lempung berpasir Lingga, 1990. Tanaman A. campanulatus memiliki akar berbentuk serabut dan berwarna putih. Akar-akar lama akan layu dan membusuk kemudian digantikan dengan akar-akar baru. Panjang akar tanaman baru dapat mencapai 40 cm. Setiap akar membentuk rambut-rambut akar yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan air di dalam tanah. Akar-akar tumbuh ke segala arah, sehingga dapat memperkokoh tegaknya batang semu di atas tanah Pitojo, 2010 Batang A. campanulatus menyatu dengan umbinya. Batang berada di dalam tanah, sehingga pada saat umbi mengalami dorman di musim kemarau, tidak akan tampak adanya tanaman A. campanulatus ini. Tetapi ketika tanah dicangkuli, maka banyak ditemukan berbagai macam umbi, termasuk umbi A. campanulatus. Menjelang tumbuhnya umbi, maka batang berada diatas umbi commit to user 12 berupa cekungan sebagai bekas tempat pangkal pelepah daun. Bagian vegetatif berwarna hijau muda atau tua dengan noda-noda atau loreng Steenis, 1975. Gambar 2. Batang semutangkai suweg Sumber : Data Primer 2009 Pada perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya batang mengalami perubahan bentuk menjadi umbi, atau menambah volume umbi setelah satu kali periode tumbuh. Bentuk batang akan tampak jelas pada tanaman muda, sedangkan pada tanaman dewasa sudah menyatu dengan umbi. Pada awal musim penghujan, dari dalam tanah kuncup daun yang terbungkus seludang muncul di permukaan tanah. Sesuai dengan pertumbuhannya, pelepah daun makin panjang dan pada ketinggian tertentu daun terbuka. Daun A. campanulatus termasuk daun tunggal yang beranak daun majmuk. Tangkai daun terbagi menjadi tiga arah tangkai daun secara mendatar. Setiap tangkai daun bercabang lagi menjadi tiga dan tumbuh ke arah yang saling berlawanan Pitojo, 2010. Gambar 3. Daun suweg Sumber : Data Primer 2009 commit to user 13 Tinggi dan besar tangkai daun tergantung pada besar kecilnya umbi. Tangkai daun yang tumbuh dari anak umbi berukuran relatif kecil, sedangkan tangkai daun yang muncul dari umbi berukuran lebih besar. Tangkai yang besar mampu menopang banyak daun dan berukuran lebar, sedangkan tangkai yang kecil hanya mampu mendukung daun-daun yang kecil pula. Jumlah anak daun A. campanulatus umumnya antara 8 sampai 200 lembar. Tangkai daun A. campanulatus tidak berkayu dan memiliki warna kulit hijau belang-belang putih kehijauan tak beraturan. Bagian dalam tangkai berupa jaringan spon padat yang mengandung banyak air. Tangkai daun akan layu, biasanya menjelang musim hujan berakhir, kemudian berangsur-angsur rapuh dan lepas dari umbi. Secara morfologis, suweg sangat mirip dengan iles-iles. Meski tidak berumur lama, ternyata tangkai daun merupakan sumber eksplan yang efisien untuk perbanyakan in vitro pada iles-iles Amorphophallus muelleri Imelda , 2008 Berbeda dengan umumnya tanaman, bunga A. campanulatus langsung muncul dari dalam tanah. Dari tengah-tengah umbi tumbuh tangkai bunga yang mirip dengan tangkai daun, pada akhir musim kemarau atau awal musim penghujan. Pada awalnya bunga tertutup oleh seludang, setelah muncul di atas tanah seludang sobek oleh desakan pertumbuhan bunga. Tinggi bunga antara 10 – 40 cm, diameter antara 15 – 60 cm dan warna bunga pada bagian bawah hijau kemudian makin ke atas menjadi coklat Gopi, 1996. Gambar 4. Bunga suweg Sumber : Data Primer 2009 commit to user 14 Bunga A. campanulatus berupa bunga majemuk yang terdiri dari tangkai berwarna ungu kecoklatan, seludang dan tongkol. Pembiakan tanaman ini tidak melalui bunga, meskipun bunga suweg termasuk bunga lengkap. Hal ini diduga karena adanya sifat protogeni, yaitu putik masak lebih dahulu dari pada serbuk sari, sehingga ketika serbuk sari masak dan siap menyerbuki putik, putik sudah melewati masa reseptifnya Prana, 2008. Tanaman A. campanulatus yang sering ditemukan di daerah Surakarta adalah suweg, acung dan iles-iles. Di atas permukaan tanah, tanaman berkerabat ini kadang sulit dibedakan, baik menyangkut tangkai daun, daun, habitat maupun masa hidupnya. Perbandingan morfologi antara Suweg, Iles-iles dan Acung terdapat pada lampiran 1.

3. Klasifikasi Tanah