commit to user 4
Surakarta dan sekitarnya memiliki struktur dan kondisi tanah yang berbeda-beda. Daerah Baturetno Kabupaten Wonogiri berada di atas tanah
pegunungan kapur, daerah Matesih Kabupaten Karanganyar berada di lereng gunung Lawu yang subur, sedangkan Kalioso termasuk wilayah administratif
Kabupaten Karanganyar berada di atas cekungan yang dibentuk oleh kaki gunung Merapi - Merbabu dan gunung Lawu. Amorphophallus yang banyak
ditemukan di daerah Surakarta dan sekitarnya adalah suweg, acung dan iles-iles. Namun dari ketiga jenis Amorphophallus tersebut yang paling banyak dijumpai
populasinya adalah suweg Amorphophallus campanulatus. Karena tanaman suweg dapat hidup di mana-mana, baik sengaja ditanam maupun melalui
penyebaran alami, maka perlu dilakukan penelitian tentang besar kandungan pati umbi suweg di daerah-daerah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah karakteristik morfologi tanaman suweg di daerah Kalioso,
Matesih dan Baturetno ? b. Bagaimanakah kandungan pati umbi suweg dikaitkan dengan kandungan
hara tanah N, P dan K di daerah Kalioso, Matesih dan Baturetno ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfologi tanaman suweg di daerah Kalioso, Matesih dan Baturetno yang memiliki habitat
jenis tanah yang berbeda. Jenis tanah yang berbeda diduga memiliki kandungan hara makro N, P dan K yang berbeda pula. Penelitian juga ingin mengetahui
hubungan antara berbagai jenis tanah dari daerah-daerah yang berbeda kadar N, P dan K yang ada di dalam tanah tersebut, terhadap kandungan pati umbi
tanaman suweg Amorphophallus campanulatus.
commit to user 5
D. Manfaat Penelitian
Ciri-ciri morfologi tumbuhan Amorphophallus campanulatus dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang salah satu tanaman liar yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan, dilestarikan dan dibudidayakan, sehingga sesuai dengan besarnya nilai nutrisi maka akan dapat dikembangkan dan
ditingkatkan nilai ekonominya. Dengan diketahuinya kadar pati umbi suweg yang berada di daerah-daerah dengan jenis tanah beserta kandungan hara N, P dan K
sebagai habitat yang tepat bagi Amorphophallus campanulatus, maka akan semakin efektif penanaman suweg di daerah-daerah tersebut.
Kandungan pati suweg diharapkan dapat mengangkat suweg sebagai bahan makanan alternatif yang dapat dimasyarakatkan, sehingga menambah
diversifikasi bahan makanan, sebagai makanan diet bagi penderita diabetes militus dan dapat menunjang ketahanan pangan nasional. Indonesia sangat luas
dan subur, penelitian ini juga ingin mendapatkan peta tanah yang potensial dan produktif untuk ditanami dan dibudidayakan suweg.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data maupun informasi bagi peneliti berikutnya khususnya dalam rangka pembudidayaan
tanaman suweg Amorphophallus campanulatus yang terkait dengan produksi pati suweg sebagai salah satu bahan makanan diet bagi penderita diabetes
militus dan sebagai bahan komoditas eksport seperti yang telah dilakukan pada iles-iles Amorphophallus muelleri di Saradan Madiun.
commit to user 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Amorphophallus campanulatus
Amorphophallus adalah tanaman daerah tropis yang termasuk famili talas-talasan Araceae. Genus Amorphophallus telah diketahui adanya 228
species. Tiga diantaranya hidup subur di Indonesia dengan ciri-iri morfologis yang sangat mirip, yaitu Iles-iles Amorphophallus muelleri, Acung
Amorphophallus rivairi dan Suweg Amorphophallus campanulatus atau Amorphophallus paeoniifolius.
Perbandingan ciri-ciri morfologi ketiga talas tersebut jika hanya didasarkan pada pengamatan sesaat tanpa memperhatikan siklus hidupnya
maka terdapat banyak persamaan. Persamaan tersebut terdapat pada bentuk dan warna daun, besar dan tinggi batang semu, warna batang semu, bentuk
umbi serta lingkungan sebagai tempat hidupnya. Batang semu berwarna hijau dengan totol-totol berwarna hijau lebih muda atau tua. Daun bercabang tiga
menyebar secara mendatar dengan arah yang saling berlawanan. Lingkungan ekologi ketiga amorphophallus ini berada di bawah naungan tumbuhan lain yang
lebih besar. Perbedaan yang nyata terdapat pada perbungaan, percabangan daun
dan cara perkembangbiakan. Bunga acung dan iles-iles memiliki tangkai bunga yang panjang, berbentuk seperti batang semu, dan memiliki tongkol serta biji,
sedangkan pada suweg bertangkai pendek dan berbunga besar. Warna bunga suweg merah kecoklatan, warna bunga acung putih bersih dan warna bunga iles-
iles merah muda. Aroma bangkai lebih menyengat hidung pada bunga iles-iles dan acung dari pada suweg. Perbedaan ciri daun terdapat pada masalah warna.
Daun iles-iles dan acung berwarna hijau tua sedangkan daun suweg berwarna
commit to user 7
hijau muda. Daun iles-iles memilki ciri khusus yaitu adanya katak bulbil pada percabangan daun. Perkembangbiakan iles-iles, acung dapat terjadi secara
vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif dengan umbi atau anak umbi, sedangkan perkembangbiakan secara generatif dengan biji dan bulbil
khusus pada iles-iles. Perkembangbiakan pada suweg hanya terjadi secara vegetatif, yaitu dengan umbi atau tunas umbi lampiran 1 dan lampiran 3.
Nama-nama daerah
untuk tanaman
Suweg Amorphophallus
campanulatus antara lain elephant yam dan telinga potato Inggris, Kembang bangke Indonesia,suweg dan walur Jawa, Acung, ileus Sunda Heyne,
1987. Taksonomi suweg sebagai berikut : Kingdom
: Plantae tumbuhan Subkingdom
: Tracheobionta berpembuluh Superdivisio
: Spermatophyta menghasilkan biji Divisio
: Magnoliophyta berbunga Kelas
: Liliopsida berkeping satu monokotil Sub-kelas
: Arecidae Ordo
: Arales Familia
: Araceae
suku talas-talasan Genus
Spesies : Amorphophallus
: Amorphophallus campanulatus Tjitrosoepomo, 2002
2. Morfologi Amorphophallus campanulatus
Tanaman A. campanulatus merupakan tumbuhan herba yang memiliki batang semu tegak menjulang dari bagian tengah umbi yang bercabang tiga
dengan sistem akar berada pada tanah permukaan Gopi at al, 2009. Tanaman ini diduga berasal dari Asia Tropika, tersebar di Malaysia, Jawa, Filipina sampai
Pasifik LIPI, 1980.