Definisi dan Sejarah Hak Cipta

104

BAB III HAK CIPTA ATAS KARYA FOTOGRAFI

A. Definisi dan Sejarah Hak Cipta

Kata “hak cipta” merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentunkan oleh Undang- Undang. Sedangkan kata “cipta” menyangkut daya kesanggupan batin pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, terutama di lapangan kesenian. 21 Pengertian Hak Cipta asal mulanya menggambarkan hak untuk menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta, Istilah copyright Hak Cipta tidak jelas siap yang pertama memakainya, tidak ada 1 satu pun perundang-undangan yang secara jelas menggunakannya pertama kali. Menurut Stanley Rubenstain, sekitar tahun 1740 tercatat pertama kali orang menggunakan istilah “copyright”. Di Inggris pemakaian istilah Hak Cipta copyright pertama kali berkembang untuk menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk menerbitkannya. 22 Istilah Hak Cipta merupakan pengganti Auteursrechts atau Copyrights yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, istilah Auteursrechts sendiri disadur dari istilah bahasa Belanda yang mempunyai arti hak pengarang. Secara yuridis, istilah 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988 22 Muhammad Dhumhana dan Djubaedillah, Op. Cit, hlm 47 Universitas Sumatera Utara Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014 Bab I, Ketentuan Umum, tentang Hak Cipta diberikan pengertian bahwa : “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu Ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.” Pasal 1 ayat 1 UU Hak Cipta “Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu Ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.” Pasal 1 ayat 2 UU Hak Cipta “Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.” Pasal 1 ayat 3 UU Hak Cipta “Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.” Pasal 1 ayat 4 UU Hak Cipta “Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi Universitas Sumatera Utara atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat te rtentu.” Pasal 1 ayat 20 UU Hak Cipta “Royalti adalah imbalan atau pemanfaatan Hak Ekonomis suatu Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.” Pasal 1 ayat 21 UU Hak Cipta Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa telah diberlakukan Konvensi Bern 1886, yang ditujukan bagi perlindungan ciptaan- ciptaan di bidang sastra dan seni, dan dapat dikatakan bahwa Konvensi Bern ini adalah suatu pengaturan perlindungan hukum hak cipta yang dianggap modern untuk waktu itu. Kecenderungan negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada Konvensi ini, hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881 dengan suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912, yang dikenal dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah pemberlakuan undang-undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri tanggal 1 April 1912 pada Konvensi Bern 1886. Indonesia sebagai negara jajahan Belanda diikutsertakan pada konvensi ini sebagaimana diumumkan dalam Staatsblad 1914 Nomor 797. 23 Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini masih dinyatakan berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan yang terdapat dalam Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 19 45, yaitu “Segala Peraturan Perundang-Undangan yang 23 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm 53 Universitas Sumatera Utara ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang- Undang Dasar ini.” Secara umum pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Hak Cipta di Indonesia didasarkan pada ratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian internasional di bidang Hak Cipta, beberapa perjanjian itu adalah : 24 1. Konvensi Bern 1886 tentang Perlindungan Karya Sastra dan Seni; 2. Konvensi Hak Cipta Universal 1955 atau Universal Copyright Convention; 3. Konvensi Roma 1961; 4. Konvensi Jenewa 1967; 5. TRIPs 1994 Trade Related Aspects on Intellectual Property Rights 1944. Pembentukan perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia dimulai dari Auteurswet Staatsblad 1912 Nomor 600, kemudian diubah dan diganti dengan Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3217, yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1982, kemudian diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1987 Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3362, disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1987, yang diubah lagi dengan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2679, 24 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, PT. Alumni Bandung, 2005, hlm. 57 Universitas Sumatera Utara disahkan dan diundangkan pada tanggal 7 Mei 1997, yang kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4220, yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5599, yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Oktober 2014.

B. Ruang Lingkup, Karakteristik dan Prinsip Dasar Hak Cipta