Cipta sendiri dianggap sebagai langkah untuk melindungi kepentingan pemilik Hak Cipta.
Suatu ciptaan fotografi dengan tanda air atau watermark yang dibuat oleh pencipta tunggal atau ciptaan fotografi dengan tanda air atau watermark dengan
sumber ciptaan fotografi dari pihak lain memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai ciptaan yang dilindungi.
C. Upaya Hukum yang Dilakukan Pencipta Atas Karya Fotografi yang
Digunakan Tanpa Izin.
Upaya penanggulangan pelanggaran hak moral diyakini memiliki hasil dan manfaat bagi para pihak baik pencipta ataupun pemegang Hak Cipta. Seringnya
terjadi pelanggaran menunjukkan banyaknya pelanggaran dan sulitnya mengatasinya. Seiring dengan masalah yang terjadi, guna mengapresiasikan
kreativitas para pencipta, dan memberikan penghormatan dan perlindungan secara sepantasnya terhadap hasil karyanya dan hak-haknya dengan adanya penegakan
hukum melalui jalur non litigasi yang merupakan penyelesaian sengketa melalui jalur di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa seperti ini dikarenakan mereka
yang mengalami pelanggaran atas karya ciptanya tidak mengetahui mengenai Undang-Undang Hak Cipta khususnya di kalangan fotografer. Dalam beberapa
kasus pelanggaran, antara pihak yang bersengketa lebih memilih penyelesaian melalui jalur tersebut dikarenakan tidak memakan banyak biaya yang hanya untuk
satu jenis ciptaan saja, selain itu dengan cara musyawarah tidak perlu berbelit-
Universitas Sumatera Utara
belit dalam penyelesaiannya karena hanya dibutuhkan kesepakatan antara pihak dalam pemberian ganti rugi yang wajar kepada pihak yang haknya telah dilanggar.
Bab XIV Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur tentang ketentuan-ketentuan yang cukup memadai tentang penyelesaian sengketa
secara perdata dengan mengajukan gugatan ganti rugi oleh pemegang Hak Cipta atas pelanggaran Hak Ciptanya kepada Pengadilan Niaga. Gugatan ganti rugi
tersebut dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan dari pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait. Ganti rugi
tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana Hak Cipta danatau Hak Terkait, dan dibayarkan
paling lama 6 enam bulan setelah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Selain gugatan ganti rugi atas pelanggaran Hak Cipta, pasal 99 ayat 3
Undang-Undang Hak Cipta memberikan hak kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau produk Hak Terkait untuk dapat memohon putusan provinsi atau
putusan sela kepada Pengadilan Niaga untuk : 1.
Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan pengumuman atau penggandaan, danatau alat penggandaan yang digunakan untuk
menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait, atau
2. Menghentikan kegiatan pengumuman, pendistribusian, komunikasi,
danatau penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya pelanggaran atas karya cipta fotografi, sanksi perdata yang dikenakan selain dikenakan gugatan ganti rugi, pihak yang merasa telah dirugikan
sebagai seorang pencipta atas karya ciptaannya berhak atas pemulihan nama baik pencipta, pembatalan hak, dan berhak untuk menuntut penghentian semua
kegiatan pelanggaran. Mengenai tata cara gugatan atas pelanggaran Hak Cipta, pasal 100 Undang-
Undang Hak Cipta menjelaskan : 1.
Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga.
2. Gugatan tersebut kemudian dicatat oleh panitera pengadilan pada
tanggal gugatan tersebut didaftarkan. 3.
Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda terima yang telah ditandatangani pada tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
4. Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan permohonan gugatan kepada
ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 dua hari terhitung sejak tanggal gugatan didaftarkan.
5. Dalam waktu paling lama 3 tiga hari terhitung sehak gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga menetapkan hari persidangan. 6.
Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita dalam waktu paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak gugatan
didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 101 : 1.
Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 sembilan puluh hari sejak gugatan didaftarkan.
2. Dalam hal jangka waktu 90 sembilan puluh hari tersebut tidak dapat
dipenuhi, atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung jangka waktu tersebut dapat diperpanjang selama 30 tiga puluh hari.
3. Putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum. 4.
Putusan Pengadilan Niaga harus disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak putusan
diucapkan. Dalam hal upaya hukum lebih lanjut, pasal 102 Undang-Undang Hak Cipta
menyatakan bahwa terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 ayat 3 hanya dapat diajukan kasasi. Permohonan kasasi tersebut
diajukan paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal putusan Pengadilan Niaga diucapkan dalam sidang terbuka atau diberitahukan kepada para
pihak dengan mendaftarkan pada Pengadilan Niaga yang telah memutus gugatan tersebut. Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan permohonan kasasi pada
tanggal permohonan diajukan dan memberikan tanda terima yang telah ditandatanginyanya kepada pemohon kasasi pada tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran dan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak permohonan kasasi didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 103 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan, pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera Pengadilan Niada dalam waktu
paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Panitera Pengadilan Niaga wajib mengirimkan memori kasasi kepada
termohon kasasi dalam waktu paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak panitera Pengadilan Niaga menerima memori kasasi. Termohon kasasi dapat mengajukan
kontra memori kasasi kepada panitera Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak termohon kasasi menerima memori kasasi
dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi dalam waktu paling lama 7 tujuh hari sejak panitera menerima kontra memori
kasasi. Panitera Pengadilan Niaga wajib mengirimkan berkas perkara kasasi kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lama 14 empat belas hari
terhitung sejak lewat jangka waktu penyampaian kontra memori kasasi. Selanjutnya dalam pasal 104 dijelaskan bahwa, Mahkamah Agung wajib
menetapkan haris sidang paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Putusan kasasi harus diucapkan paling
lama 90 sembilan puluh hari sejak permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Terhadap salinan putusan kasasi, panitera Mahkamah Agung wajib
menyampaikan salinan tersebut kepada panitera Pengadilan Niaga paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak putusan kasasi diucapkan. Selanjutnya juru sita
Pengadilan Niaga wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi dalam jangk waktu paling lama 7 tujuh hari sejak
panitera Pengadilan Niaga menerima putusan kasasi.
Universitas Sumatera Utara
Hak-hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran Hak Cipta danatau Hak Terkait tidak mengurangi hak pencipta maupun pemilik Hak
Terkait untuk menuntut secara pidana. Sebelum menjatuhkan putusan akhir, Pengadilan Niaga diberikan hak dan
kewenangan untuk menerbitkan surat penetapan sementara Pengadilan Niaga. Mengenai penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran, pasal
106 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelaksanaan Hak Cipta atau Hak Terkait, Pengadilan
Niaga dapat mengeluarkan penetapan sementara untuk : 1.
Mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait ke jalur perdagangan.
2. Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat bukti
yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut.
3. Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh
pelanggar. 4.
Menghentikan pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Pasal 107 Undang-Undang Hak Cipta menegaskan bahwa permohonan penetapan sementara pengadilan ini diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga di
wilayah hukum tempat ditemukannya barang yang diduga merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait secara tertulis oleh Pencipta, Pemegang
Universitas Sumatera Utara
Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, atau kuasanya kepada Pengadilan Niaga dengan memenuhi persyaratan :
1. Melampirkan bukti kepemilikan Hak Cipta atau Hak Terkait.
2. Melampirkan petunjuk awal terjadinya pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait. 3.
Melampirkan keterangan yang jelas mengenai barang danatau dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan, atau diamankan untuk
keperluan pembuktian. 4.
Melampirkan pernyataan adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait akan
menghilangkan barang bukti. 5.
Membayar jaminan yang besaran jumlahnya sebanding dengan nilai barang yang akan dikenai penetapan sementara.
Selanjutnya pasal 108 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan lebih lanjut bahwa apabila permohonan penetapan sementara telah memenuhi persyaratan
tersebut, selanjutnya panitera Pengadilan Niaga mencatat permohonan dan wajib menyerahkan permohonan penetapan sementara dalam waktu paling lama 1 x 24
jam kepada ketua Pengadilan Niaga. Dalam waktu paling lama 2 dua hari sejak diterimanya permohonan penetapan sementara, ketua Pengadilan Niaga menunjuk
hakim Pengadilan Niaga untuk memeriksa permohonan penetapan sementara tersebut. Selanjutnya, hakim Pengadilan Niaga memutuskan untuk mengabulkan
atau menolak permohonan penetapan sementara dalam waktu paling lama 2 dua
Universitas Sumatera Utara
hari sejak penunjukan hakim untuk memeriksan permohonan penetapan sementara tersebut.
Dalam hal permohonan penetapan sementara dikabulkan, hakim Pengadilan Niaga mengeluarkan penetapan sementara pengadilan yang kemudian
diberitahukan kepada pihak yang dikenai tindakan penetapan sementara pengadilan dalam waktu paling lama 1 x 24 jam. Dalam hal permohonan
penetapan sementara ditolak, hakim Pengadilan Niaga memberitahukan penolakan tersebut kepada pemohon penetapan sementara dengan disertai alasan.
Pasal 109 Undang-Undang Hak Cipta menegaskan bahwa dalam hal Pengadilan Niaga mengeluarkan penetapan sementara, Pengadilan Niaga
memanggil pihak yang dikenai penetapan sementara dalam waktu paling lama 7 hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara untuk dimintai keterangan. Pihak
yang dikenai penetapan sementara dapat menyampaikan keterangan dan bukti mengenai Hak Cipta dalam waktu paling lama 7 tujuh hari sejak diterimanya
panggilan tersebut. Selanjutnya, dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal dikeluarkannya penetapan sementara, hakim Pengadilan
Niaga memutuskan untuk menguatkan atau membatalkan penetapan sementara pengadilan. Dalam hal penetapan sementara pengadilan dikuatkan, maka :
1. Uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan kepada
pemohon penetapan. 2.
Pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran Hak Cipta.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemohon dapat melaporkan pelanggaran Hak Cipta kepada pejabat
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Dalam hal penetapan sementara pengadilan dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan wajib diserahkan kepada pihak yang dikenai penetapan
sementara sebagai ganti rugi akibat penetapan sementara tersebut. Pasal 95 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa, penyelesaian
sengketa pelanggaran Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, ataupun pengadilan. Penyelesaian sengketa pelanggaran Hak
Cipta melalui alternatif penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hak-hak untuk mengajukan gugatan-gugatan perdata atas pelanggaran Hak
Cipta tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta. Undang-Undang Hak Cipta telah merumuskan perbuatan-
perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana Hak Cipta sebagaimana diatur dalam pasal 112 sampai dengan pasal 120 Undang-Undang Hak Cipta.
Pasal 112 Undang- Undang Hak Cipta menjelaskan, “setiap orang yang dengan
tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 danatau pasal 52 untuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 dua tahun danatau pidana dengan paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah”.
Universitas Sumatera Utara
Pelanggaran terhadap Hak Cipta fotografi pada umumnya meliputi tentang penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan, dan pengumuman ciptaan. Pasal 113
ayat 3 dan 4 Undang-Undang Hak Cipta memberikan sanksi yang tegas atas pelanggaran tersebut. Pasal 113 ayat 3 dan 4 Undang-Undang Hak Cipta
menyatakan bahwa : 3
Setiap orang yang dengan tanpa hak danatau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1, huruf a, huruf b, huruf 3, danatau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau pidana dendan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
4 Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
3 yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau pidana dengan paling
banyak Rp. 4.000.000.000,00 empat miliar rupiah. Dalam hal sebuah karya fotografi yang di dalamnya terdapat potret
seseorang, pasal 115 Undang- Undang Hak Cipta menjelaskan, “setiap orang yang
tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pegumuman, pendistribusian, atau
komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk penggunana secara komersial baik dalam media
elektronik maupun non elektronik, dipidana dengan pidana dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah”.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan-ketentuan pidana tersebut di atas, menunjukkan kepada pemegang Hak Cipta atau pemegang Hak Terkait untuk memantau perkara
pelanggaran Hak Cipta kepada Pengadilan Niaga dengan sanksi perdata berupa ganti kerugian dan tidak menutup hak negara untuk menuntut perkara tindak
pidana Hak Cipta dengan sanksi pidana penjara bagi yang melanggar Hak Cipta tersebut. Ketentuan-ketentuan pidana dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dimaksudkan untuk memberikan ancaman pidana denda yang paling berat, paling banyak, sebagai salah satu upaya menangkal pelanggaran Hak Cipta, serta
untuk melindungi hak pemegang Hak Cipta. Salah satu pentingnya pendaftaran Hak Cipta adalah untuk mencegah pihak
lain mengumumkan atau memperbanyak sebuah ciptaan tanpa izin dari pencipta. Dengan didaftarkannya suatu ciptaan, ciptaan tersebut dapat dengan mudah
dibuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut. Kurangnya pemahaman masyarakat dan
penegak hukum tentang arti dan fungsi Hak Cipta serta kurangnya kesadaran pencipta akan pentingnya pendaftaran ciptaan khususnya karya cipta fotografi
menyebabkan sering terjadinya masalah. Dalam hal pelanggaran Hak Cipta atas karya fotografi, para pencipta yang merasa dirugikan pada umumnya memilih
menyelesaikan masalah tersebut dengan melalui jalur non litigasi di luar pengadilan yang tidak membutuhkan waktu yang lama dan lebih hemat biaya.
Universitas Sumatera Utara
104
BAB V PENUTUP