18
ROE dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi
penurunan Return on Equity ROE, yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.
2.4.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan perbandingan antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuannya untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari ratio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas diwakili curren ratio. Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap
menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan. Menurut Helfert 2003:96, “Rasio yang paling umum digunakan untuk
19
menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba
memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”. Current ratio dapat dihitung dengan rumus:
Aktiva Lancar Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar Menurut Harahap 2005:301:
Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 ini berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 . Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang
lancar.
2.4.3. Rasio Leverage
Rasio hutang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang, dan juga mengetahui kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-
utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage diwakili oleh debt to equity ratio.
Menurut Husnan 2005:134 bahwa “Debt to Equity Ratio DER merupakan rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam
mengembalikan hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya dengan melihat
20
perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya”. Debt to Equity Ratio DER memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin
dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman hutang
terhadap total hutang jangka pendek maupun jangka panjang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal sendiri yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Perhitungan
DER dilakukan dengan menggunakan rumus: Total Kewajiban
DER = x 100 Total Ekuitas
2.4.4. Rasio Aktivitas