Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2012-2014

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2012-2014

OLEH

ERICH DALAN ERSADA TARIGAN 090503312

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham ... 9

2.2. Jenis Saham ... 10

2.3. Investasi ... 11

2.4. Rasio Keuangan ... 15

2.4.1. Rasio Profitabilitas ... 16

2.4.2. Rasio Likuiditas ... 18

2.4.3. Rasio Leverage ... 19

2.4.4. Rasio Aktivitas ... 20

2.4.5. Rasio Pasar ... 21

2.5. Return Saham ... 23

2.6. Penelitian Terdahulu ... 24

2.7. Kerangka Konseptual ... 29

2.7.1. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham ... 30

2.7.2. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Return Saham ... 30

2.7.3. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Return Saham ... 31

2.7.4. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Return Saham ... 31

2.7.5. Pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham ... 32

2.8. Rumusan Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Batasan Operasional ... 34

3.4. Definisi Operasional ... 35

3.5. Populasi dan Sampel ... 38

3.6. Jenis Data ... 41

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 41


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.2. Data Penelitian ... 49

4.3. Analisis Data Penelitian ... 50

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 52

4.5. Uji Hipotesis ... 56

4.6. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia dilihat dari sisi kehidupan masyarakatnya menunjukkan bahwa investasi pasar modal Indonesia telah menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi kepercayaan pemodal asing terhadap pasar modal Indonesia semakin meningkat yang dapat dicermati dari semakin meningkatnya partisipasi mereka dalam aktifitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut retur, baik secara langsung maupun tidak langsung. Investor perlu melakukan analisis kondisi keuangan perusahaan karena selain berguna untuk pengambilan keputusan investasi saham, juga berguna untuk mengetahui hasil pengembalian saham (return saham). Return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang di investasikan dalam bentuk saham. Tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut (Prayitno, 2007). Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin tinggi risiko maka return akan semakin tinggi juga sebaliknya semakin rendah tingkat risiko maka return yang diharapkan akan semakin kecil (Jogiyanto, 2000). Seorang investor dalam berinvestasi pada pasar modal jika dihadapkan pada berbagai saham yang


(5)

2

dipilihnya, investor harus memilih saham yang dapat memberikan return yang maksimal. Salah satu cara meminimalkan risiko adalah dengan melakukan diversifikasi investasi dengan mengumpulkan berbagai aset yang dikenal dengan konsep portofolio. Secara teknis masalah dalam portofolio adalah bagaimana memilih saham dan menentukan saham-saham terpilih agar terbentuk portofolio yang optimal.

Dalam melakukan investasi saham pada pasar modal, investor mengharapkan adanya return yang akan diperolehnya di masa yang akan datang dari investasi saham yang ditanamkan. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Tanpa adanya harapan akan mendapatkan return atau keuntungan maka investor tidak akan bersedia menanamkan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan membeli sahamnya. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya. Semakin besar harapan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari suatu perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut akan semakin kuat.

Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai indikator. Investor memerlukan informasi yang memadai mengenai keadaan perusahaan pada saat sekarang, dimana informasi tersebut digunakan untuk memproyeksi keuntungan (return) perusahaan di masa mendatang dengan tingkat


(6)

3

probabilitas yang berbeda-beda. Salah satu informasi yang sangat penting informasi keuangan dari perusahaan, yang secara ringkas disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui atau dianalisis mengenai kinerja keuangan perusahaan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai penanaman modal oleh investor.

Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental, sehingga bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).

Dari beberapa faktor fundamental yang berasal perusahaan, adalah rasio keuangan yang menjadi fokus perhatian yang biasa digunakan dalam memprediksi Return saham, dimana dari rasio keuangan yang dimaksud diantaranya adalah : (1) rasio likuiditas; (2) rasio aktivitas; (3) rasio profitabilitas; (4) rasio solvabilitas (leverage) ; dan (5) rasio pasar/penilaian. Dari beberapa jenis rasio keuangan tersebut, rasio profitabilitas merupakan rasio keuangan yang sering difokuskan oleh para peneliti untuk dijadikan informasi dalam penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini terutama dalam kaitannya dengan dampak atau pengaruh yang diberikan terhadap return saham perusahaan go public.


(7)

4

Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan yaitu rasio profitabiltas diwakili return on equity, rasio likuiditas diwakili current ratio, rasio leverage diwakili debt to equity ratio, rasio aktivitas diwakili total assets turnover dan rasio pasar/penilaian mewakili price earning ratio. Kelima rasio ini digunakan bagi investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Suad, 2003).

Return on equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Rasio return on equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, serta mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal atau pemegang saham perusahaan.

Current ratio merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio yang rendah berarti likuiditas perusahaan juga rendah, yang berarti juga perusahaan kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain dari current ratio adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan semua unsure harta lancarnya.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan yang menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.


(8)

5

Rasio total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan.

Price Earning Ratio (PER) berguna bagi investor untuk menunjukkan kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang. Semakin tinggi PER saham suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi harga per lembar saham tersebut dibandingkan laba per lembar sahamnya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi minat para investor untuk membeli saham tersebut.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhairy (2006) yang meneliti variabel fundamental terhadap return saham, dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel-variabel fundamental internal perusahaan seperti return on assets, return on equity, dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap return saham. Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa hasil yang diberikan oleh para peneliti memberikan informasi tentang adanya pengaruh rasio keuangan terhadap return saham.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:

”Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012 - 2014”.

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau


(9)

6

fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan penelitian:

1. Apakah terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ?

2. Apakah terdapat pengaruh rasio likuiditas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ? 3. Apakah terdapat pengaruh rasio leverage terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ? 4. Apakah terdapat pengaruh rasio aktivitas terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ? 5. Apakah terdapat pengaruh rasio pasar terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ? 6. Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan secara simultan terhadap return saham

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 - 2014 ?


(10)

7 1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.

3. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014. 5. Untuk mengetahui pengaruh rasio pasar terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014. 6. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan secara simultan terhadap return saham

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:


(11)

8

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.

2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. 3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam


(12)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham

Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki

dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun

institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang, seperti

surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial

(commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran (warrant), dan right issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari

dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.

Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa

gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan

jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang

menerangkan siapa pemiliknya.

Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari


(13)

10

diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat

nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham merupakan suatu surat

berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum

terhadap perusahaan penerbit saham. Banyak perusahaan saat ini yang lebih memilih

membayar akuisisi dengan saham dari pada uang tunai. Tetapi baik bagi perusahaan

yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi perlu mengetahui seberapa besar

pengaruh dari pemilihan ini terhadap nilai yang akan diperoleh oleh pemegang

saham.

2.2. Jenis Saham

Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham biasa, saham preferen, dan saham treasury.

1. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior.

Saham ini tidak memperoleh hak istimewa dan saham biasa ini merupakan saham

yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

2. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak prioritas dari saham ini adalah hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap

aktiva jika terjadi likuidasi. Namun saham preferen juga mempunyai persamaan


(14)

11

tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar

dividen.

3. Saham treasury merupakan saham milik perusahaan yang sudah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang

nantinya dapat dijual kembali.

2.3. Investasi

Berdasarkan teori

barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.

Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti

pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada

pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang

lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan

lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain

memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga

menunjukkan suat

meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk

aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat


(15)

12

investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim

atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.

Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa Investasi dapat diartikan sebagai

kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan

pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil

penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi

merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset

selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau

peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut

maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang

untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan

kesejahteraan pemilik modal atau aset.

Berdasarkan wujudnya investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat

dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan

dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk

sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam

penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real

atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan


(16)

13

(kembalian) yang berupa capital gain atau capital loss. Jogiyanto (2003), capital gain

atau capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara

harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif

bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya,

sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari

harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.

Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kepemilikan yaitu

investasi langsung dan investasi tidak langsung.

1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan

surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang

secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan

berupa deviden dan capital gain.

2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat berharga

yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi

sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui

lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara.

Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara

mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain


(17)

14

Terdapat beberapa tujuan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang

lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan

untuk hemat pajak.

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi

investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang

akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi.

2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam

perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya

tidak merosot nilainya.

3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak

pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha

tertentu.

Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari

investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat

pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat

diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan


(18)

15

1. Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham,

sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut juga dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs

pada waktu pembelian.

2.4. Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yaitu perbandingan atau hubungan yang pasti antara dua data keuangan. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Jadi analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan. Analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan.

Analisis rasio yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laba rugi, dapat memberikan gambaran tentang berbagai aktivitas yang telah dilakukan perusahaan serta posisi keuangan pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan para manajer


(19)

16

memperkirakan reaksi para kreditur dan investor atas laporan keuangan yang disajikan perusahaan.

2.4.1. Rasio Profitabilitas

Rasio keuntungan (profitabilitas ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio profitabilitas diwakili rasio return on equity.

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham dan Hosuton, 2004).

Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli. Dengan demikian maka Return on Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan


(20)

17

harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi (Weston dan Bringham, 2005).

Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga

modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return

on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat

kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara

return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa

Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari

tahun ke tahun secara signifikan.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.

Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif


(21)

18

(ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa

mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi

penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang

prospek perusahaan di masa mendatang.

2.4.2. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan (perbandingan)

antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuannya untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Dari ratio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi

kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas diwakili curren ratio. Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek.

Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat

dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang

sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang

memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan

banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan


(22)

19

menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini

menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba

memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.

Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Aktiva Lancar

Rasio Lancar =

Kewajiban Lancar Menurut Harahap (2005:301):

Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 % ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 %. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

2.4.3. Rasio Leverage

Rasio hutang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang, dan juga mengetahui kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage diwakili oleh

debt to equity ratio.

Menurut Husnan (2005:134) bahwa “Debt to Equity Ratio (DER) merupakan

rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam


(23)

20

perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya”. Debt to Equity Ratio

(DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin

dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.

Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)

terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar

dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban

perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur

Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu

rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang

dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal

sendiri yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Perhitungan

DER dilakukan dengan menggunakan rumus:

Total Kewajiban

DER = x 100 % Total Ekuitas

2.4.4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Aktivitas yang rendah pada tingkat


(24)

21

penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas diwakili rasio total asset turnover.

Rasio total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan. Rumus total asset turnover sebagai berikut:

Sales Total assets turnover =

Total assets

2.4.5. Rasio Pasar

Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan sudut investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Rasio pasar diwakili oleh price earning ratio.

Menurut Jogiyanto (2000), price earning ratio.(PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan


(25)

22

bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.

Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin

bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan

salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002:96)

menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk

memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di

masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung

pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang

tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi

tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah

(abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu

tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.

Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:

Market Price Per Equity Share Price Earning Ratio =


(26)

23 2.5. Return Saham

Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor (shahib al-mal) di masa mendatang.

Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, dll. Faktor ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Thian, 2001). Tujuan investor dalam


(27)

24

berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.

2.6. Penelitian Terdahulu

Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV) dan Price Earnings Ratio (PER). Penelitian dilakukan atas 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk perioda 2004 sampai dengan 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price Earnings Ratio (PER) sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang menggunakan metoda regresi berganda sebagai alat analisis data ini menyatakan bahwa Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset


(28)

25

(ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk. Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham.

Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun


(29)

26

2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil empiris menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.


(30)

27 Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Teknik

Analisis Hasil penelitian Permana (2010) Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008

Variabel independen adalah EPS, ROA, LEV, PER, variabel dependen nilai perusahaan

Regresi Linier Berganda

Earnings per Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif secara simultan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Hadianto (2008)

Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor

Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen adalah gEPS dan PER, variabel dependen harga saham

Regresi Linier Berganda

EPS dan PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh terhadap harga saham


(31)

28

Lestari (2007)

Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Variabel independen adalah current ratio, quick ratio, leverage ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, fixed asset turnover, total asset turnover, gross profit margin, operating profit margin, net operating margin, return on investment, return

on equity, PER, PBV, variabel dependen adalah volume perdagangan dan indeks harga saham

Regresi linier berganda

Faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio, Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Trisnawati (2009)

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham pada Perusahaan

Manufaktur di BEI

Variabel independen adalah EVA, Arus kas operasi, residual income earnings, operating leverage, MVA variabel dependen adalah return saham

Regresi linier berganda

Semua variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham


(32)

29 2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rasio Profitabilitas

(X1)

Return Saham (Y) Rasio Likuiditas

(X2)

Rasio Leverage (X3)

Rasio Aktivitas (X4)

Rasio Pasar (X5)


(33)

30 2.7.1. Pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham

Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu. Return on equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Bagi para pemodal yang akan melakukan transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten dalam mengasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena apabila laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan meningkat atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham

2.7.2. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Return Saham

Current ratio merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio yang rendah berarti likuiditas perusahaan juga rendah, yang berarti juga memenuhi semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga semakin kecil resiko likuidasi yang dialami perusahaan atau ditanggung oleh pemegang saham.

Semakin baiknya kondisi asset lancar dalam suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki kemampuan yang lebih untuk meningkatkan produksi dan menghasilkan pertumbuhan penjualan dan laba yang lebih besar. Kondisi yang demikian dapat


(34)

31

meningkatkan kepercayaan investor dan meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Nilai saham yang meningkat akan meningkatkan tingkat pengembalian saham perusahaan (return).

2.7.3. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Return Saham

Rasio leverage yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Peningkatan DER dapat disebabkan karena nilai-nilai modal sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil dibandingkan dengan utang dari pihak eksternal. Hal ini menyebabkan perusahaan sangat tergantung pada kreditur. Bila kinerja perusahaan meningkat maka minat investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap return saham akan meningkat.

2.7.4. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Return Saham

Total assets turnover (TATO) mengukur perputaran atau pemanfaatan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. TATO dapat dihitung dengan membagi penjualan dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi pula efisiensi dalam penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Kondisi ini tentu saja akan meningkatkan return saham perusahaan


(35)

32

tersebut, karena semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola asetnya.

2.7.5. Pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham

Price earning ratio.(PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Makin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika PER meningkat maka harga saham juga akan semakin besar begitu juga dengan return saham.

2.8. Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Apakah secara parsial rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas

dan rasio pasar berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.

H2: Apakah secara simultan rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas

dan rasio pasar berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.


(36)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel return on equity, current ratio, debt to equity ratio, total asset turnover, price earning ratio (X) berpengaruh terhadap variabel dependen return saham (Y).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs

Waktu penelitian yang dilakukan penelulis adalah mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2015.

3.3. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya membatasi pembahasan pada menguji apakah earning per share berpengaruh


(37)

34

terhadap nilai perusahaan, dan price earning ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 - 2014.

3.4. Definisi Operasional

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah:

a) Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki.

Return on equity dapat dihitung dengan rumus: Laba bersih Setelah Pajak

ROE = x 100 %

Rata-rata Modal Sendiri

Dimana:

DP = Dividen saham preferen

b) Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Current ratio dapat dihitung dengan rumus:

Aktiva Lancar Rasio Lancar =


(38)

35

c) Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri, dihitung dengan rumus:

Total Kewajiban

DER = x 100 % Total Ekuitas

d) Total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan, dihtiung dengan rumus:

Sales Total assets turnover =

Total assets

e) Price earning ratio (PER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Price earning ratio

dapat dihitung dengan rumus:

Share Per Earning

Share Equity Per

ice PER=Pr

2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu hasil yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham perusahaan manufaktur pada periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah return yang terkait dengan capital gain, yaitu selisih antara harga saham peroode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya. Perhitungan return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang


(39)

36

digunakan untuk mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung dengan rumus:

1 1 1

− − − =

t t t

P P P R

Keterangan:

R1 = return saham i pada periode t.

Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir)

Pt-1 = harga penutupan saham i pada periode sebelujny (awal)


(40)

37

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Indikator Skala

1 ROE (X1) rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki

Laba bersih Setelah Pajak ROE = x 100 % Rata-rata Modal Sendiri

Rasio

2 Curren Ratio (X2)

merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka

pendek Aktiva Lancar

Rasio =

Lancar Kewajiban Lancar

Rasio

3 DER (X3) mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri

Total Kewajiban

DER = x 100 % Total Ekuitas

Rasio

4 TATO (X4) mengukur efektivitas

penggunaan setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva

untuk menghasilkan penjualan. Total Asset

Sales TATO=

Rasio

5 PER (X5) tingkat penggunaan hutang

terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan % 100 Pr x Share Per Earning Share Equity Per ice PER= Rasio

6 Return

Saham (Y)

hasil yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham perusahaan manufaktur pada periode tertentu

1 1 1 − − − = t t t P P P R Rasio


(41)

38 3.5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 - 2014, yang berjumlah 180 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang ditentukan adalah:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012 – 2014. 2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2012 – 2014. 3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2012 - 2014.

Total jumlah data sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 90 sampel yang diambil dari jumlah sampel 30 perusahaan dikalikan dengan 3 periode penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan seperti tertera pada Tabel 3.2.


(42)

39

Tabel 3.2

Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan

Kriteria Nomor

No. Kode Nama Perusahaan 1 2 3 Sampel

1 ALKA Alaska Industrindo Tbk √ √ √ 1

2 ALMI Alumindo Light Metal Indonesia Tbk √ √ √ 2 3 CMPP Centris Multi Persada Pratama Tbk √ √ √ 3

4 CTBN Citra Turbindo Tbk √ √ √ 4

5 HITS Humpuss Internoda Transportasi Tbk √ √ √ 5

6 IATA Indonesia Air Transport √ √ √ 6

7 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk √ √ √ 7

8 MIRA Mitra International Resources Tbk √ √ √ 8

9 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk √ √ √ 9

10 RIGS Rig Tenders Tbk √ √ √ 10

11 SAFE Steady Safe Tbk √ √ √ 11

12 SMDR Samudera Indonesia Tbk √ √ √ 12

13 ISSP Steel Pipe Industriy Tbk √ √ √ 13

14 WEHA Panorama Transportasi Tbk √ √ √ 14

15 WINS Wintermar Offshore Marnine Tbk √ √ √ 15

16 ZBRA Zebra Nusantara Tbk √ √ √ 16

17 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ √ 17

18 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk √ √ √ 18

19 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ √ 19

20 BRAM Indo Kordsa Tbk √ √ √ 20

21 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ 21

22 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ 22

23 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk √ √ √ 23

24 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ √ 24

25 INDS Indospring Tbk √ √ √ 25

26 INTA Intraco Penta Tbk √ √ √ 26

27 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ 27

28 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ √ 28

29 NIPS Nipress Tbk √ √ √ 29


(43)

40 3.6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 - 2014.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012 - 2014.

3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dasar pengambilan keputusan yaitu :


(44)

41

- Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group

mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut

homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata

lain tidak terjadi heterokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu

dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan

membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat


(45)

42

Uji Durbin-Watson dirumuskan sebagai berikut:

− − = ² )²) 1 ( ( t t t hitung DW ε ε ε

Secara umum bisa diambil patokan:

• Angka D - W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

• Angka D - W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

• Angka D - W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel bebas tidak menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji Variance Inflation Factor (VIF) dengan batasan umum nilai VIF < 5.

3.9.2. Uji Hipotesis

a. Persamaan Regresi

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap return saham adalah metode regresi linier berganda dengan persamaan umum:

^

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana: Y = Return saham bo = Intersep X1 = ROE


(46)

43

X2 = Current Ratio

X3 = DER

X4 = TATO

X3 = PER

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

b. Uji t

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun cara mengujinya dengan hipotesis ini adalah sebagai berikut : a. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu paramenter ( bi )

sama dengan nol , atau : H0 : b1= 0

b. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,

atau : H1 : b1 ≠ 0

Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan nilai statistik t dengan

titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi

dibandingkan nilai t tabel, maka dapat menerima hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen dan kiteria ini dapat disimpulkan.

c. Uji F

Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang akan diuji adalah:


(47)

44

a. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu paramenter ( bi )

sama dengan nol , atau : H0 : b1= 0

b. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,

atau : H1 : b1 ≠ 0 Kriteria pengujian:

(1) H1 diterima : jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya variabel bebas ROE, current ratio, DER,

TATO dan PER secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat return saham.

(2) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel bebas ROE, current ratio, DER,

TATO dan PER secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat return saham.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi) variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel tidak bebas.


(48)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.


(49)

46

Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta.

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 2 Maret 2010 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal

Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek dipegang oleh


(50)

47

otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan, dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.

Menteri Keuangan Republik Indonesia

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

LPP Bursa Efek (BEJ/BES) LKP

Perusahaan Efek Penjamin

Perantara/Pedaga Manajer Investasi

Profesi Penunjang Akuntan

Notaris Penilai

Lembaga Penunjang Kustodian

Badan Administrasi Efek Penanggung

Penanggung Pemeringkat Efek

Emiten Perusahaan

Investor Individu/Institu


(51)

48

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari

Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara

pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun

1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa perusahaan yang

sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau berbadan hukum; atau

perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI dan atau badan hukum

Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.

4.2. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Data dalam penelitian ini diperoleh dari situs www,jdx.co.id

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistic dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang tahun 2012 – 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2012 – 2014. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel.


(52)

49

bertujuan untuk mengetahui hubungand an pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah data, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukand engan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS 17.

4.3. Analisis Data Penelitian 4.3.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu penelitian. Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskprisi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskriptif dari sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2012 – 2014 disajikan dalam tabel berikut.


(53)

50

Dari Tabel 4.1 diketahui nilai minimum dari ROE adalah - 20,40 % pada perusahaan ALMI tahun 2012, dan nilai maksimum 60,40 % pada perusahaan ZBRA tahun 2012, dengan rata-rata 9,18 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 11,40 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata ROE adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah + 11,40 % sedangkan penurunan nilai rata-rata ROE yang mungkin adalah – 11,40 %.

Nilai minimum dari current ratio adalah 196,41 % pada perusahaan ALKA tahun 2013, dan nilai maksimum 213,29 % pada perusahaan WEHA tahun 2014, dengan rata-rata 200,27 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 3,50 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata current ratio adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah + 3,50 % sedangkan penurunan nilai rata-rata

current ratio yang mungkin adalah – 3,50 %.

Nilai minimum dari DER adalah 5,00 % pada perusahaan LPIN tahun 2013, dan nilai maksimum 383,00 % pada perusahaan PDES tahun 2012, dengan rata-rata 89,94 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 71,24 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata DER adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah + 71,24 % sedangkan penurunan nilai rata-rata DER yang mungkin adalah – 71,24 %.

Nilai minimum dari TATO adalah 0,11 % pada perusahaan ALMI tahun 2012, dan nilai maksimum 2,32 % pada perusahaan ISSP tahun 2014, dengan rata-rata 0,78 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 0,33 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata TATO adalah peningkatan maksimum yang mungkin


(54)

51

adalah + 0,33 % sedangkan penurunan nilai rata-rata TATO yang mungkin adalah – 0,33 %.

Nilai minimum dari PER adalah -22,92 % pada perusahaan LPIN tahun 2013, dan nilai maksimum 299,09 % pada perusahaan IATA tahun 2014, dengan rata-rata 22,79 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 57,34 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata PER adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah + 57,34 % sedangkan penurunan nilai rata-rata PER yang mungkin adalah – 57,34 %.

Nilai minimum dari return saham adalah -1,60 % pada perusahaan ALMI tahun 2012, dan nilai maksimum 5,78 % pada perusahaan ZBRA tahun 2012, dengan rata-rata 1,38 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 1,47 %, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata return saham adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah + 1,47 % sedangkan penurunan nilai rata-rata return saham yang mungkin adalah – 1,47 %.

4.4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi dalam memprediksi variabel terikat.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi


(55)

52

normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Grafik Normal P-P Plot dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Normal P-P Plot


(56)

53

Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang

digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai

untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.

2. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika

varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan


(57)

54 Gambar 4.2

Scatterplot

Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal

ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel

bebasnya.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem


(58)

55

autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi autokorelasi dengan melihat besarnya DURBIN-WATSON. Secara umum bisa diambil patokan:

• Angka D - W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

• Angka D - W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

• Angka D - W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Pada bagian MODEL SUMMARY pada Lampiran 1, terlihat angka D – W sebesar +

1,911. Dengan demikian pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan

linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1

menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan

nilai kurang dari 5 (VIF < 5).

4.5. Uji Hipotesis 1. Uji t (Uji Parsial)

Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah ROE, current ratio, DER, TATO, PER sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikat. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:


(59)

56

Tabel 4.2 Hasil Uji t

Berdasarkan Tabel 4.2 maka persamaan umum antara pengaruh ROE, current ratio, DER, TATO, PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut:

Y = -2.156 + 0.074 X1 + 0.008 X2 + 0.007 X3 + 0.653 X4 + 0.006 X5 ...1

a. Pengaruh DAR terhadap ROA

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel ROE adalah 0,074, artinya setiap peningkatan ROE 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,074 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 8,079, sedangkan nilai t-tabel 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat bebas 84 (jumlah sampel sebesar 90 – jumlah variabel sebanyak 6) adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan

menerima H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan

terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.


(60)

57

b. Pengaruh Current Ratio terhadap Return Saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel current ratio

adalah 0,008, artinya setiap peningkatan current ratio 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,008 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 0,258, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih kecil dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Hipotesis

yang menyatakan bahwa current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham harus ditolak pada tingkat kepercayaan 95 %.

c. Pengaruh DER terhadap Return Saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel DER adalah 0,007, artinya setiap peningkatan DER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar

0,007 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 5,012, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang

menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.

d. Pengaruh TATO terhadap Return Saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel TATO adalah 0,653, artinya setiap peningkatan TATO 1 kali akan meningkatkan return saham sebesar 0,653 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 2,060, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih


(61)

58

besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1.

Hipotesis yang menyatakan bahwa TATO berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.

e. Pengaruh PER terhadap Return Saham

Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel PER adalah 0,006, artinya setiap peningkatan PER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar

0,006 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 3,663, sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang

menyatakan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.

2. Uji F (Uji Serempak)

1. Untuk mengetahui pengaruh serempak variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan uji F. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 29,366, sedangkan nilai F-tabel 0,05 (Lampiran Tabel F) adalah 2,32. Karena F-hitung lebih besar dari


(62)

59

F-tabel maka disimpulkan menolak H0 dan menerima H1. Artinya, secara serempak

variabel ROE, current ratio, DER, TATO, PER berpengaruh nyata terhadap ROA perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Uji Determinasi (R2)

2.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Determinasi

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R Square) antara ROE, current ratio, DER, TATO, PER adalah sebesar 0,636. Artinya, sebesar 63,60 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan ROE, current ratio,

DER, TATO, PER. Sedangkan sebagian lainnya (36,40 %) dijelaskan oleh variabel


(63)

60 4.6. Pembahasan

Dari hasil analisis data diketahui bahwa variabel ROE, DER, TATO dan PER

berpengaruh nyata, tetapi current ratio berpengaruh tidak nyata terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap

peningkatan ROE sebesar 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,074.

Setiap peningkatan current ratio sebesar 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,008. Setiap peningkatan DER sebesar 1 % akan meningkatkan return saham

sebesar 0,007. Setiap peningkatan TATO sebesar 1 kali akan meningkatkan return

saham sebesar 0,653. Setiap peningkatan PER sebesar Rp 1 per lembar saham akan

meningkatkan return saham sebesar 0,006.

Return on equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROE dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal

saham tertentu. Bagi para pemodal yang akan melakukan transaksi pembelian saham

suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten dalam mengasilkan laba

merupakan suatu hal yang sangat penting. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan yang diteliti yang terdiri

atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory

Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin,

Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on


(64)

61

signifikan terhadap harga saham. Padahal bagi para pemodal yang akan melakukan

transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten

dalam mengasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena apabila

laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan

meningkat atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham

Current ratio menunjukkan seberapa besar aktiva lancar dibiayai dengan kewajiban lancar. Sebagian besar perusahaan umumnya membeli persediaan dari

pemasok secara kredit dengan tujuan untuk memanfaatkan dana eksternal jangka

pendek membiayai keperluan perusahaan yang sifatnya juga jangka pendek. Dengan

adanya pembelian secara kredit akan memberikan kelonggaran kepada perusahaan

mengelola aktiva lancarnya untuk meningkatkan keuntungan. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan

yang diteliti maka current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan

suatu hutang. Jika struktur permodalan didominasi oleh utang maka risiko kegagalan

pembayaran utang jangka panjang semakin besar. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan yang diteliti


(65)

62

PER merupakan ukuran lain dari kondisi fundamental perusahaan, yang

diperoleh dengan membagikan harga saham terhadap EPS. EPS mudah dihubungkan

dengan harga pasar saham dan menghasilkan PER. Hasil tersebut sejalan dengan

penelitian Hadianto (2008) yang menyimpulkan bahwa PER secara parsial

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Perbandingan harga pasar saham

dengan perolehan laba memberikan gambaran bagaimana investor memberikan

respon terhadap kinerja laba. Nilai PER yang cukup tinggi menunjukkan bahwa

investor memberikan respon yang cukup baik terhadap kenaikan perolehan laba per


(1)

62 PER merupakan ukuran lain dari kondisi fundamental perusahaan, yang diperoleh dengan membagikan harga saham terhadap EPS. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar saham dan menghasilkan PER. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hadianto (2008) yang menyimpulkan bahwa PER secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Perbandingan harga pasar saham dengan perolehan laba memberikan gambaran bagaimana investor memberikan respon terhadap kinerja laba. Nilai PER yang cukup tinggi menunjukkan bahwa investor memberikan respon yang cukup baik terhadap kenaikan perolehan laba per lembar saham.


(2)

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,074, , artinya setiap peningkatan ROE 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,074 %. Secara parsial, terdapat pengaruh yang signifikan variabel ROE terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel current ratio adalah 0,008, artinya setiap peningkatan current ratio 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,008 %. Secara parsial, variabel current ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel DER adalah 0,007, artinya setiap peningkatan DER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,007 %. Secara parsial, variabel DER berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel TATO adalah 0,653, artinya setiap peningkatan TATO 1 kali akan meningkatkan return saham sebesar 0,653 %. Secara parsial, variabel TATO berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel PER


(3)

64 adalah 0,006, artinya setiap peningkatan PER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,006 %. Secara parsial, variabel PER berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Secara serempak variabel ROE, current ratio, DER, TATO dan PER berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sebesar 63,60 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan ROE, current ratio, DER, TATO dan PER. Sedangkan sisanya (36,40 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 tahun, sehingga kurang mewakili data perusahaan secara keseluruhan. Terdapat banyak perusahaan yang tidak dimasukkan dalam analisis karena tidak memenuhi kriteria sampel, sehingga hasil penelitian kurang mewakili semua perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

2. Variabel bebas yang digunakan hanya mencakup ROE, current ratio, DER, TATO dan PER, padahal return saham banyak juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti EPS.


(4)

65 5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran sebagai berikut: 1. Perusahaan Manufaktur sebaiknya meningkatkan kemampuan keuangan dengan mengupayakan kredit, sehingga sumber daya menjadi lebih tersedia untuk membiayai kegiatan perusahaan.

2. Perusahaan manufaktur perlu mengurangi penggunaan kewajiban jangka pendek dalam pembiayaan aktiva lancar, sehingga current ratio lebih tinggi. 3. Penelitian lebih lanjut untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi return


(5)

66 DAFTAR PUSTAKA

Ang, Andrew, G. Bekaret, Stock Return Predictability: Is it There ?, Columbia University and NBER, Juli 2003.

Ansor, Pandji, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Brigham, Eugene dan J. Houston, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2004.

Darmadji dan M. Fakhruddin. Perangkat dan Model Analsis Investasi di Pasar Modal. Buku Satu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.

Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Helfert, Erich, A., Teknik Analisis Keuangan, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama: Gelora Aksara Pratama, Jakarta. 2003. Husnan, Suad, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Buku Dua, Edisi

Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003.

Fidriyah. Perbedaan Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Portofolio Aktif dan Pasif Pada Saham LQ 45 di BEJ. http://issn 1410-4628.buletinstudiekonomivol12.pdf. (5 Februari 2013). 2004.

Hadianto, B. 2008. Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7 (2), pp. 162-173.

Jogiyanto, Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta, BPFE, 2003.

Kennedy, Analisis Pengaruh dari ROA, ROE, EPS, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan DER terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.

Lestari, A. I., M. Lufti, dan Syahyunan. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, 2 (2), pp. 91-97. 2007.


(6)

67 Permana, F. G. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap

Return Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008. Penelitian. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.

Smith, J. Et.al, Akuntansi Intermediate, Jakarta: Erlangga, 1995.

Sitompul, Asril, Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya, Cetakan Ketiga, Jakarta, Citra Aditya Bakti. 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alvabeta. 2008.

Suhairy, Pengaruh Return on Assets, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap return saham terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kedua. Jogyakarta: AKM YKPN.

Thian, Hin L., Bursa Saham, Cetakan Pertama, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Trisnawati, Pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Skripsi, Universitas Indonesia, 2009.

Weston, J. Fred dan E.F. Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2005.

Widodo, D., Akuntansi Keuangan, Cetakan Kedelapan, Jakarta, Salemba Empat, 2007.

Wira, Sari, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Wirawati, Ni Gusti Putu 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisi Moneter


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2012-2014

0 4 70

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ( BURSA EFEK INDONESIA ).

0 0 9

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2007 - 2009.

0 0 13

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 0 12

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 1 14

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 3 155

Cover Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 20122014

0 0 3

Chapter I Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 20122014

0 0 8

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016)

0 0 16