j. Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua BAPEPAM
sejak tanggal 17 Januari 1996
E. Manajemen Laba
1. Agency Theory Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi.
Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik principal dan sebagai
imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan yaitu masing
masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki Ali, 2002. Menurut Jensen dan Meckling
dalam Irfan 2002 hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agen untuk memberikan suatu jasa
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Tujuan dari seorang pemilik perusahaan memberikan sebagian
wewenangnya dalam perusahaan kepada agen adalah agar manajer mampu memaksimalkan kemakmuran pemilikpemegang saham.
Michelsen et al.
1995 dalam Prasetio,dkk 2002 mendefinisikan keagenan sebagai hubungan yang berdasarkan pada suatu persetujuan
antara dua pihak, pihak agen setuju untuk bertindak atas nama pihak lain principal. Teori keagenan mencakup semua usaha untuk menjelaskan
laporan keuangan dan teori akuntansi pada teori ekonomi tentang harga, keagenan, pilihan produk, dan pengaturan ekonomi.
Anggapan yang melekat pada teori keagenan adalah bahwa antara agen dengan principal terdapat konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
bisa terjadi apabila manajer berusaha untuk memaksimalkan kekayaan pribadinya dan tidak memaksimalkan kekayaan pemegang saham Prasetio
dkk, 2002. Menurut Irfan 2002 ada beberapa cara yang dapat digunakan pemilik perusahaan unttuk memotivasi para manajer agar bertindak lebih
sesuai dengan keinginan para pemegang saham, diantaranya adalah : a.
Ancaman pemecatan. Adanya pemecatan mungkin sulit untuk dilakukan pada perusahaan publik yang tidak terdapat pemegang
saham mayoritas. Hal ini akan mudah dilakukan apabila dirasa pengelola perusahaanmanajer perusahaan tidak menjalankan tugas
sesuai dengan keinginan para pemegang saham. b.
Ancaman pengambilalihan. Para pemilik perusahaan dapat pula mengambil alih perusahaan untuk sementara dan memilih pihak
lainnya untuk dapat mengelola perusahaan apabila manajer yang mengelola perusahaan tidak bekerja sesuai dengan keinginan para
pemilikpemegang saham perusahaan. c.
Kompensasi manajerial. Para pemilik perusahaan dapat memberikan suatu paket kompensasi yang berupa executive stock option, yaitu
suatu penawaran intensif yang memungkinkan para manajer untuk membeli saham perusahaan pada waktu tertentu di masa datang dengan
harga tertentu Irfan, 2002. Program kompensasi ini akan mempunyai dampak positif bagi para manajer untuk dapat mencapai target kinerja
yang telah ditetapkan sehingga manajer akan mendapatkan kompensasi yang besar.
2. Pengertian Manajemen Laba
Secara luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit
dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut Sugiri
dalam Agnes Utari, 2001:92. Secara sempit, earnings management hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi atau perilaku manajer untuk
”bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings Sugiri dalam Agnes Utari, 2001:92. Earnings
management is the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective
Scott:2003. ”Earnings management occurs when managers use judgement in
financial reporting and in structuring transaction to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying
economic performance of the company, or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers
” Healy and Wahlen;1999
Assih dan Gudono 2000 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General
Accepted Accounting Principles untuk mengarah pada suatu tingkat yang
diinginkan atas laba yang dilaporkan. Setiawati dan Naim 2000 mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya campur tangan manajemen
dalam proses pelaporan keuangan ekstern dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Pengertian manajemen laba oleh
Merchant 1989 dalam Mahmudi 2001 adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan
yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis economic advantage yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang
dalam jangka panjang hal itu bisa merugikan perusahaan. 3.
Bentuk-bentuk manajemen laba Scott 2003:383 mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer antara lain pertama, Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada
periode berjalan, dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan. Kedua, Income
minimization , dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas
yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset,
dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. Cara ini mirip dengan taking a bath
namun kurang ekstrim. Ketiga, Income maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Demikian
pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak utang jangka panjang, manajer perusaahaan tersebut akan cenderung untuk
memaksimalkan laba. Keempat, Income smoothing, merupakan bentuk manajemen laba yang paling sering dilakukan dan paling populer. Lewat
income smoothing , manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko.
4. Hipotesis
manajemen laba
Teori akuntansi positif mengemukakan tiga hipotesis manajemen laba. Pertama, The Bonus Plan Hypothesis, pada perusahaan yang memiliki
rencana pembelian bonus, manajer perusahaan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini
sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam
kontrak bonus dikenal istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Jika laba berada di
bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer cenderung tidak mendapat bonus tambahan.
Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode
berikutnya, demikian pula jika laba berada diatas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan
laba bersih perusahaan. Kedua,
The Debt to Equity Hypothesis Debt Covenant Hypothesis ,
pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity
yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar
perjanjian utang. Ketiga,
The Political Cost Hypothesis Size Hypothesis , ada perusahaan
besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode
sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas
perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. 5. Strategi dalam Manajemen Laba
Teknik yang digunakan dalam merekayasa laba menurut Setiawati dan Naim 2002 dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi; teknik ini
dapat mempengaruhi laba yang dilakukan dengan estimasi pada tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau
amortisasi aktiva tak berwujud, dan estimasi biaya garansi. b.
Mengubah metode akuntansi ; teknik ini dilakukan dengan merubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi.
Contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan ; beberapa orang menyebut
rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan operasional. Contoh : rekayasa periode biaya atau pendapatan yaitu dengan
mempercepatmenunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepatmenunda pengeluaran promosi
sampai periode akuntansi berikutnya, kerjasama dengan vendor untuk mempercepatmenunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat
laba,mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah dipakai, dan lain- lain. Perusahaan yang mencatat persediaan menggunakan asumsi
LIFO, juga dapat merekayasa peningkatan laba melalui pengaturan saldo persediaan.
6. Ukuran Manajemen Laba
Akuntansi akrual terdiri dari discretionary accruals DA dan non discretionary accruals
NDA. DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen management determined. Manajer dapat memilih kebijakan
dalam hal metode dan estimasi akuntansi. NDA merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi economically determined Xiong, 2006
dalam Komarudin, 2007. Manajemen laba dapat diukur dengan model DA. Model ini menjelaskan bahwa manajer memiliki diskresi untuk
menggunakan akuntansi akrual sebagai alat pengelolaan laba Jones, 1991 dalam Komarudin, 2007. Enam model akrual pilihan yang sering
dipertimbangkan dalam literatur adalah sebagai berikut: Belkaoui, 2004:202-206
a. Model De Angelo 1986. Porsi pilihan dalam Model De Angelo
adalah perbedaan akrual total di tahun peristiwa t disimbolkan dalam aktiva total A
t-1
dan akrual bukan pilihan NDA
t
. Perhitungan akrual bukan pilihan NDA
t
bergantung pada akrual total di periode sebelumnya TA
t-1
disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan A
t-2
; dengan kata lain : NDA
t
= TA
t-1
A
t-2
b. Model Healy 1989. Dalam Model Healy, akrual bukan pilihan
NDA
t
adalah nilai rata-rata dari akrual total TA
t
yang dilambangkan dengan aktiva total keseluruhan A
t-1
dari periode estimasi, dengan kata lain : NDA
t
= 1 n ∑ TA
A
-1
. NDA
t
adalah akrual bukan pilihan di tahun t yang dinyatakan dalam skala dengan aktiva total
keseluruhan; n adalah jumlah tahun di periode estimasi; dan adalah lambang tahun untuk waktu t-n,t-n+1,...,t-1 termasuk dalam periode
estimasi. Porsi pilihan adalah perbedaan antara akrual total di tahun peristiwa yang disimbolkan A
t-1
dan NDA
t
. Perbedaan utama antara model De Angelo dengan model Healy adalah bahwa NDA mengikuti
proses acak dalam model De Angelo dan suatu proses rata-rata kebalikan dalam model Healy
c. Model Jones 1991. Tujuan utama dari model Jones adalah untuk
mengendalikan pengaruh perubahan dalam kondisi perusahaan pada akrual bukan pilihan. Akrual bukan pilihan di tahun peristiwa
disajikan sebagai berikut : NDA
t
= α
1
1A
t-1
+ α
2
∆REV
t
A
t-1
+ α
3
PPE
t
A
t-1
. NDA
t
adalah akrual bukan pilihan di tahun t disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan;
∆REV
t
adalah pendapatan di tahun t dikurangi pendapatan di tahun t-1; PPE
t
adalah aktiva tetap kotor di tahun t; A
t-1
adalah aktiva total di akhir tahun t-1; dan α
1
, α
2
, α
3
adalah parameter spesifik perusahaan. Estimasi dari parameter spesifik
perusahaan dihasilkan dengan menggunakan model berikut di periode estimasi : TA
t
A
t-1
= α
1
1A
t-1
+ α
2
∆REV
t
A
t-1
+ α
3
PPE
t
A
t-1
+ E
t
. α
1
, α
2
, α
3
melambangkan estimasi OLS pada α
1
, α
2
,dan α
3.
Nilai residu E
t
melambangkan porsi pilihan spesifik perusahaan dalam akrual total. d.
Model Jones dimodifikasi 1995. Dalam rangka mengeliminasi kecenderungan asumsi dalam model Jones guna mengukur akrual
pilihan dengan kesalahan pada saat pilihan dipergunakan terhadap pengakuan pendapatan, model yang dimodifikasi memperhitungkan
akrual bukan pilihan selama periode peristiwa yaitu periode manajemen laba dihipotesiskan sebagai berikut :
NDA
t
= α
1
1A
t-1
+ α
2
[ ∆REV
t
- ∆REC
t
A
t-1
] + α
3
PPE
t
A
t-1
. ∆REC
t
adalah piutang bersih di tahun t dikurangi piutang bersih di tahun t-1, dan area-area variabel lainnya di persamaan sebelumnya.
Estimasi dari α
1
, α
2
,dan α
3
serta akrual bukan pilihan diperoleh dari model Jones asli, bukan dari model yang dimodifikasi, selama periode
estimasi manajemen laba tidak sistematis dihipotesiskan. Letak
perbedaan model ini dengan model yang asli adalah bahwa pada model yang asli secara implisit berasumsi bahwa pilihan tidak dilakukan atas
pendapatan baik di periode estimasi maupun di periode peristiwa. Pada model modifikasi, secara implisit berasumsi bahwa seluruh perubahan
dalam penjualan kredit di periode peristiwa berasal dari manajemen laba.
e. Model industri 1995. Model industri melonggarkan asumsi bahwa
akrual bukan pilihan adalah konstan dari tahun ke tahun. Model ini berasumsi bahwa variasi dalam penentuan akrual bukan pilihan adalah
umum terjadi di antara perusahaan di industri yang sama. Model disajikan sebagai berikut : NDA
t
=
1
+
2
median ; TA
t
A
t-1
. NDA
t
dihitung dengan model Jones dan median; TA
t
A
t-1
adalah nilai median dari akrual total di tahun t disimbolkan dengan aktiva total
keseluruhan untuk seluruh perusahaan yang tidak diambil contoh didalam industri klasifikasi industri standar standard industry
classification–SIC dengan dua digit yang sama industri j. Parameter
spesifik perusahaan
1
dan
2
dihasilkan dari suatu regresi rata-rata biasa dalam suatu pengamatan di periode estimasi.
f. Model Kang dan Sivaramakrishnan 1995. Model ini bergantung
pada pendekatan alternatif yaitu mengestimasi akrual yang dikelola dengan menggunakan tingkatan daripada menggunakan perubahan
dalam aktiva lancar dan utang lancar, mencakup harga pokok
penjualan dan juga beban lain-lain, dan tidak membutuhkan regresi. Model ini disajikan sebagai berikut :
AB
i,t
=ø +ø
1
[ δ
1,i
REV
i,t
]+ø
2
[ δ
2,i
EXP
i,t
]+ø
3
[ δ
3,i
GPPE
i,t
]+µ
i,t
AB
i,t
= saldo akrual AR
i,t
= INV
i,t
+OCA
i,t
-CL
i,t
-DEP
i,t
AR
i,t
= piutang diluar pengembalian pajak;
INV
i,t
= persediaan; OCA
i, t
= aktiva lancar lainnya selain kas, piutang, dan persediaan; CL
i,t
= utang lancar tanpa pajak dan utang jangka panjang yang
jatuh tempo dalam waktu satu tahun; DEP
i,t
= penyusutan dan amortisasi ; REV
i,t
= pendapatan penjualan bersih EXP
i,t
= beban operasi harga pokok penjualan, beban penjualan dan administrasi sebelum penyusutan;
GPPE
i,t
= aktiva tetap kotor NTA
i,t
= aktiva total bersih δ
1,i
= AR
i,t
-1 REV
i,t
-1 δ
2,i
= NV
i,t-1
+ OCA
i,t-1
– CL
i,t-1
EXP
i,t-1
δ
3,i
= DEP
i,t -1
GPPE
i,t-1
Parameter δ
1
, δ
2
,dan δ
3
adalah rasio perputaran yang mengakomodasi spesifikasi perusahaan dan mengkompensasi fakta
bahwa persamaan adalah estimasi dari suatu kumpulan contoh.
F. Penelitian terdahulu