KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

Didukung

Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103, 9105 www.ticmi.co.id

KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

Istilah kejahatan juga dikenal di Pasar Modal. Namun yang dinamakan kejahatan Pasar Modal berbeda dengan kejahatan pada umumnya. Kejahatan Pasar Modal bukan seperti mencuri, membunuh, merampok sebagai mana kejahatan pada umumnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Kejahatan Pasar Modal dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemodrenan dunia maya seperti internet, dan lain sebagainya. Pasar Modal juga membuat definisi tersendiri yang termasuk ke dalam kategori kejahatan Pasar Modal.

Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait LANGSUNG dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995 (UUPM).

Melalui UUPM, maka dapat kita lihat bersama kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI tentang penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam, mulai dari pasal 90 sampai dengan pasal 99. Yang dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta unsur – unsurnya, yaitu Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Ketiga kategori tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam penjelasan dibawah ini.

A. Penipuan (Fraud)

Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal yaitu penipuan. Pengertian penipuan pasar modal adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar secara cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi tersebut salah. (Bismar Nasution)

A.1 Unsur-Unsur Penipuan

No Unsur

Penjelasan

1 Setiap pihak; Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah:

1) Orang perseorangan,

2) perusahaan,

3) usaha bersama,

4) asosiasi,

5) kelompok yang terorganisasi

2 Menipu atau Berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana menggelabui pihak lain (KUHP), dijelaskan bahwa penipuan adalah tindakan untuk atau

turut serta menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara: menipu atau turut

a. Melawan hukum

serta mengelabui pihak

b.Memakai nama palsu atau martabat palsu

lain

c. Tipu muslihat d.Rangkaian kebohongan

e. Membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang padanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang. Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUH Pidana, UUPM memberikan beberapa spesifikasi mengenai penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek, meliputi penawaran, pembelian dan atau penjualan efek yang terjadi didalam rangka penawaran umum atau terjadi dibursa efek maupun diluar bursa efek atas efek emiten atau perusahaan publik.

3 Dengan menggunakan sarana ataupun cara apapun;

4 Membuat pernyataan  Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting tidak benar tentang

dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat fakta

mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan tidak

material

atau

pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas mengungkapkan fakta

informasi atau fakta tersebut.

material;  Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu:

1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan;

2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;

3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya

material;

4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;

5) Pembagian dividen interim;

6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di

Bursa Efek;

7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;

8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;

9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai tambah

bagi perusahaan;

10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara

terbatas yang material jumlahnya;

11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak langsung terhadap Emiten atau Perusahaan Publik;

12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris

13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang dan/

atau Sukuk;

14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;

15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu operasional

perusahaan;

16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;

17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit

Emiten atau Perusahaan Publik;

18) Penggantian Wali Amanat;

19) Penggantian Biro Administrasi Efek;

20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;

21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam laporan

keuangan;

22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;

23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik oleh

regulator terkait;

24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang telah

dipublikasikan, secara material;

25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten atau Perusahaan Publik secara material;

26) Restrukturisasi utang;

27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen

usaha;

28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;

29) Informasi atau Fakta Material lainnya.

A.2 Contoh Kasus

1) Kasus Perdagangan Saham PT. Sarijaya Permana Sekuritas

 Latar Belakang Kasus

Kasus PT Sarijaya ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut dilakukan dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.

 Berikut kronologis tindakan Penipuan tersebut

Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang. Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar. Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17 nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening. Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu, Lanny menindak- lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan rekening ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana 13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya.

Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar.

 Kronologis versi BAPEPAM-LK

a. 12 Desember 2008: Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah senilai Rp 235 miliar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang lain (nominee).

b. 15 Desember 2008: Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan pemeriksaan ke Sarijaya. Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu diminta untuk menyampaikan ke Bapepam-LK. Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan nominee untuk transaksi yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas nama Sarijaya. Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD).

c. 19 Desember 2008: Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK melakukan upaya pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan. Hasil pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan. Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Sementara itu, BEI melakukan c. 19 Desember 2008: Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK melakukan upaya pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan. Hasil pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan. Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Sementara itu, BEI melakukan

d. 24 Desember 2008: Herman Rami diamankan Bareskrim Mabes Polri.

e. 28 Desember 2008: Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan karena nasabah mulai menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen mengaku memerlukan dana segar. Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia menjamin saham-saham yang dimilikinya.

f. 5 Januari 2008: Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas masalah Sarijaya, terutama guna mencari jalan keluar. Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan. Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota bursa bersiap menghadapi penarikan dana.

g. 6 Januari 2009: BEI menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan Sarijaya.

h. 9 Januari 2009: Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang menimpa Sarijaya. i.

13 Januari 2009: Rapat Bapepam-LK dan Self Regulatory Organizations (SRO) membahas verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes Polri.

j.

14 Januari 2009: Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta arahan mengingat direksi Sarijaya sudah diamankan.

B. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)

Beberapa macam tindakan yang dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi UUPM adalah sebagai berikut: (Munir Fuady)

a) Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:

1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau

2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu, sedangkan pihak lain yang merupakan sekongkolannya juga melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada harga yang kurang lebih sama (vide Pasal 91 UUPM)

b) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau menahan efek tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual atau beli yang sesungguhnya. (vide: Pasal 92 UUPM)

c) Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak benar, yang dapat mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa suatu tindakan yang dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang yang berupa:

a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut dicantumkan dalam Prospektus; dan

b. penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar untuk rekeningnya.

B.1 Unsur-Unsur Manipulasi Pasar

No Unsur

Penjelasan

1 Setiap pihak baik sendiri Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud adalah: maupun bersama – sama 1) Orang perseorangan, dengan pihak lain

2) perusahaan,

3) usaha bersama,

4) asosiasi,

5) kelompok yang terorganisasi

2 Dilarang melakukan Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai tindakan atau melakukan kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa

2 (dua) transaksi Efek Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran atau lebih, baik langsung beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam maupun tidak langsung;

3 Dengan tujuan

untuk Efek.

menciptakan

gambaran

semu atau menyesatkan Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan mengenai

kegiatan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan,

keadaan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain: pasar, atau harga Efek di Bursa Efek. Atau dengan tujuan

a. melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan harga Efek di Bursa Efek

menyebabkan

pemilikan; atau

b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada dengan

tetap, naik, atau turun

harga tertentu, di mana Pihak tersebut juga telah mempengaruhi Pihak lain

tujuaan

bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran beli untuk membeli,

atau penawaran jual Efek yang sama pada harga yang kurang menjual, atau menahan

lebih sama.

c. melakukan serangkaian transaksi Efek sehingga menciptakan harga Efek yang semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain

B.2 Pola Manipulasi Pasar

a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam.

b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (miss information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.

c. Harga efek dipasar modal sangat sensitive terhadap suatu peristiwa dan informasi yang berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana kegiatan perdagangan pasar modal bisa berjalan. Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu informasi mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar berjalan normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak berhati-hati menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua yang berujung pada kerugian.

B.3 Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar

1) Marking the close

Definisinya yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya. Misalnya, Sesi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta berakhir pada jam 16.00. pada jam

15.55 harga pasar dari saham PT X sebesar Rp. 1000. Mr. A yang merupakan pemegang saham PT X dan menjadi nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C menginginkan harga pembukaan pada periode perdagangan hari berikutnya naik (diatas 1000). Kemudian Mr. A menghubungi broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.200. pada saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham PT X pada harga Rp. 1.200, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.200 pada akhir periode perdagangan. Harga pada akhir periode perdagangan ini akan dijadikan sebagai harga pembukaan pada sesi perdagangan hari berikutnya.

2) Painting the tape

Definisinya yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai keteraitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya paiting the tape mempunyai kemiripan dengan marking the close, namun ia dapat dilakukan setiap saat.

Misalnya, Mr. A memiliki saham PT X dalam jumlah besar, selain itu dia juga menjadi nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C, Mr A menginginkan harga saham PT X dari Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 1.200. Kemudian Mr. A menghubungi broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.100. pada saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham PT X pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.100. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga mencapai Rp. 1.200. setelah mendapat harga yang dikehendaki barulah Mr. A melakukan jual beli yang sesungguhnya (yang berakibat beralihnya kepemilikan saham).

3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi dan akuisisi

Dalam pasal 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi dan akuisisi berhak meminta pada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui manipulasi pasar dengan skenario sebagai berikut:

Misalnya, Mr. A sebagai pemegang saham PT X (listed company) dimana PT X akan melakukan merger dengan PT Y. harga saham PT X sebelum adanya rencana merger sebesar Rp. 1.000, Mr. A tidak menyetujuai adanya merger sehingga Mr. A berusaha untuk menaikkan harga dengan harapan akan dibeli oleh perusahaan pada harga yang lebih tinggi.

4) Cornerning The Market

Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan pasar). Praktik ini dapat dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan cara terlebih dahulu malakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan cara meminjamkan efek dari concerning kepada pelaku short selling, tatapi kemudian menarik kembali saham dalam pinjaman tersebutsehingga pelaku short selling harus mencarinya di pasar. Hal ini dapat dilakukan karena BEJ menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ketiga setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut dipasar tunai yang biasanya lebih mahal dari pada pasar regular.

Misalnya: Mr. T, ia dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan concerning the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli dipasar tunai yang sudah dikuasai oleh Mr. T tadi.

5) Pools (Pump-pump Manipulation)

Pools merupakan perhimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.

Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D membentuk suatu kelompok investor dan mengumpulkan dana dalam jumlah besar dan menyerahkan pengelolaan dana tersebut pada broker X. kemudian Broker X menggunakan dana tadi untuk membeli saham PT Y yang kurang aktif diperdagangkan dan harganya rendah atau statis. Broker X kemudian menjual saham PT Y kepada Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D (anggota kelompok). Hal ini mengakibatkan naiknya frekuensi perdagangan saham PT Y yang mengakibatkan terbentuknya harga yang ebih tinggi dan akan semakin tinggi. Setelah harga terbentuk barulah kelompok investor melalui broker X menjual saham PT Y kepada pihak lain diluar kelompok tersebut.

6) Wash Sales

Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan transaksi semu, yakni suatu transaksi saham yang tidak mengakibatkan terjadinya peralihan saham secara riil.

7) Matching Order

Memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling melengkapi untuk jumlah dan efek yang sama dan pada saat yang bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan)

8) Free Riding

Pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya kembali dengan harga yang mahal dan akan membatalkan pembelian begitu suasana menjelang alokasi saham kelihatannya kurang menguntungkan.

9) Special Allotments

Special Allotments dilakukan oleh pihak underwriter pada saat IPO dengan sengaja mengalokasikan suatu sekuritas kepada para partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan efek tersebut oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal.

10) Churning

Dalam hal diberikan discretionary account dapat terjadi bahwa pihak broker melakukan transaksi yang secara berlebih-lebihan sehingga mendapat fee yang lebih banyak.

B.4 Contoh Kasus

1. Kasus Manipulasi Pasar Dalam Perdagangan Saham PT. AGIS

 Posisi Kasus

Kasus ini bermula karena adanya fluktuasi harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) periode September 2006 sampai dengan Agustus 2007, dimana pada periode tersebut harga saham TMPI melonjak sebesar 981,4%. PT Bursa Efek Jakarta telah melakukan penghentian sementara perdagangan atas saham TMPI beberapa kali karena adanya kenaikan dan penurunan harga saham TMPI. Terjadinya fluktuasi harga saham TMPI tersebut tidak terlepas dari berbagai informasi yang berkembang di pasar, seperti rencana akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia, serta rencana merger dengan PT E-Solution.

 Riwayat Singkat Perseroan

PT AGIS Tbk. adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dengan nama PT Telaga Mas pada tanggal 9 Januari 1981. Kegiatan usaha Perseroan bergerak sebagai distributor barang-barang elektronik, komputer serta komponennya dan industri pendukung lainnya, jasa dan perdagangan umum dan multimedia. Pada tahun 1997, Perseroan mengakuisisi 99,99% saham PT Artha Graha Wahana dan pada tahun 1998 mengakuisisi 95% saham PT Mahameru Antarnusa Niaga. Pada tahun 2001 Perseroan melakukan merger 3 (tiga) anak perusahaan, yaitu PT Artha Graha Wahana, PT Artha Citra Gallery dan PT Mahameru Antarnusa Niaga menjadi PT Agis Electronic. Saat ini Perseroan dan Anak Perusahaan bergerak dalam bidang pemasaran dan penjualan barang-barang elektronik dengan wilayah pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengembangan produk multimedia

 Fluktuasi Harga Saham

Pada 16 Agustus 2006, Bhakti Investama, yang sebelumnya menguasai 40,8% saham TMPI, setelah melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya pada harga Rp 200 per saham rata-rata transaksi harian melonjak mencapai 140 juta saham. Hanya dalam waktu rentang 5 (lima) bulan, harga TMPI melesat dari Rp 225 pada 2 Januari 2007 menjadi Rp 2.725 per saham pada 25 Mei 2007, atau naik 1.111%.

Lonjakan harga saham TMPI, memang tidak terlepas dari dorongan berbagai rumor positif dan rencana aksi korporasi yang dilakukan emiten. Rumor rencana perusahaan akan melakukan akuisisi PT TT Indonesia, PT Akira Electronic Indonesia, PT Electronic Solution. Tidak hanya itu, perusahaan juga akan melakukan stock split dengan rasio 1:4 dan akan bersinergis dengan PT Metrodata Electronics, dan juga mengembangkan teknologi informasi di bidang telekomunikasi.

Aksi korporasi yang dinilai sebagai pemanis pasar ini, jelas membuat para pelaku bursa kepincut dan ikut-ikutan memborong saham PT TMPI. Akibatnya, saham berkode TMPI ini melonjak luar biasa sebesar 1.726 persen dari Rp 215 sejak akhir 2006 menjadi Rp 3.925 pada 4 Juni 2007. Bahkan harga saham semakin menggila ke Rp 4.650 per saham, saat investor terbius obsesi manajemen Aksi korporasi yang dinilai sebagai pemanis pasar ini, jelas membuat para pelaku bursa kepincut dan ikut-ikutan memborong saham PT TMPI. Akibatnya, saham berkode TMPI ini melonjak luar biasa sebesar 1.726 persen dari Rp 215 sejak akhir 2006 menjadi Rp 3.925 pada 4 Juni 2007. Bahkan harga saham semakin menggila ke Rp 4.650 per saham, saat investor terbius obsesi manajemen

Padahal, sepanjang 2006 lalu saham emiten ini tergolong tidak likuid dan termasuk saham tidur dengan kisaran harga Rp 80-100 per saham, sejak awal hingga Agutus 2006. Harga saham mulai melonjak-lonjak pada awal September setelah Bhakti Investama keluar dari perusahaan tersebut. Secara fundamental, kinerja emiten juga kurang impresif. Penjualan TMPI akhir 2006 hanya mencapai Rp 342,73 miliar dan laba Rp 10,74 miliar. Pihak manajemen pernah menargetkan penjualan 2006, mencapai Rp 600-700 miliar. Target penjualan emiten, tampaknya masih terganjal produk China dengan harga lebih murah dan sudah membanjiri pasar

Pada 5 Juni 2007, harga saham TMPI tiba-tiba anjlok tajam sekitar pukul 15.00 WIB, satu jam menjelang penutupan perdagangan. 57 Kejatuhan harga saham TMPI membuat panik pelaku pasar. Pada penutupan perdagangan, harga saham TMPI jatuh 24,84% dari Rp 3.925 menjadi Rp 2.950 per lembar. Setelah jatuhnya harga saham, pada 6 hingga 13 Juni 2007, BEJ menghentikan sementara perdagangan saham TMPI di pasar reguler dan tunai

Pada 13 Juni 2007, BEJ mencabut suspensi perdagangan saham TMPI. Meski demikian, harga saham TMPI ini langsung merosot ke Rp 2.275. Pada sesi pembukaan pertama saham TMPI berada di posisi Rp 2.700 per lembar saham. Pada 21 Juni 2007 harga saham TMPI sempat naik kembali ke posisi Rp 3.400 yang kemudian kembali terjun ke posisi Rp 2.325 pada penutupan 27 Juni 2007.

BEJ pun sejak 11 Juni 2007 mulai memeriksa 16 broker terkait dengan anjloknya harga saham TMPI. Berdasarkan data dari Bloomberg, tercatat 16 broker yang paling aktif dalam melakukan penjualan, antara lain Anugerah Securindo, Ciptamahadika Mandiri, Sarijaya Permana Sekuritas, Phillip Securities, KUO Capital Rahardja, Mahakarya Artha Securities, Trimegah Securities, ETrading Securities, Kim Eng Securities, Mandiri Sekuritas, Repubic Securities, Henan Puthirai, Harumdana Sekuritas, UOB Kay Hian Securities, CIMB GK Securities dan Danpac Securities.

 Fakta Hukum yang ditemukan BAPEPAM

1) TMPI terbukti telah memberikan informasi yang secara material tidak benar terkait dengan pendapatan dari 2 (dua) perusahaan yang akan diakuisisi, yaitu PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia, dimana dinyatakan bahwa pendapatan kedua perusahaan tersebut adalah sebesar Rp 800 miliar. Namun demikian, berdasarkan Laporan Keuangan kedua perusahaan yang akan diambil alih tersebut per 31 Maret 2007 total pendapatannya hanya sebesar kurang lebih Rp 466,8 miliar.

2) Di samping itu, TMPI juga menyampaikan pernyataan yang berbeda-beda mengenai jadwal realisasi pelaksanaan akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia.

3) TMPI juga melakukan pelanggaran terkait Laporan Keuangan TMPI yang merupakan konsolidasi dari anak-anak perusahaan yang salah satunya adalah PT AGIS Elektronik. Dalam Laporan Rugi Konsolidasi TMPI diungkapkan Pendapatan Lain-Lain Bersih sebesar Rp 29,4 miliar yang berasal dari Laporan keuangan PT AGIS Elektronik sebagai anak perusahaan TMPI yang tidak didukung dengan bukti-bukti kompeten dan kesalahan penerapan prinsip akuntansi. Dengan demikian, pendapatan lain-lain dalam Laporan Keuangan AGIS Elektronik adalah tidak wajar yang berakibat Laporan Keuangan Konsolidasi TMPI juga tidak wajar.

 Sanksi yang dijatuhkan oleh Bapepam:

a. Kepada Direksi TMPI

1) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Jhonny Kesuma, selaku Direktur Utama TMPI sebesar Rp 5 miliar atas pemberian beberapa informasi yang secara material tidak benar.

2) Sanksi berupa denda terhadap Sdr. Bintoro Tjitrowirjo, selaku Direktur Utama PT AGIS Elektronik dan juga selaku Wakil Direktur Utama TMPI sebesar Rp 1 miliar atas pelanggaran terkait Laporan Keuangan PT AGIS Elektronik yang dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan TMPI.

3) Sdri. Eka Hikmawati Supriyadi, selaku Direktur PT AGIS Elektronik dan juga selaku Direktur TMPI sebesar Rp 1 miliar atas pelanggaran terkait Laporan Keuangan PT AGIS Elektronik yang dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan TMPI.

b. Kepada Perusahaan Efek

1) PT Danpac Securities, PT KUO Capital Rahardja, PT Sekuritas Indo Pacific Investasi, PT Philip Securities, PT Net Sekurias, PT Panin Capital, PT Buana Capital, PT CIMB GK Securities, dan PT Reliance Securities dikenakan sanksi administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

2) PT Asjaya Indosurya Sekuritas dan PT NISP Sekuritas dikenakan sanksi administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

3) PT Optima Kharya Securities, PT Mahakarya Artha Securities, PT Paramitra Alfa Sekuritas dan PT BNI Securities dikenakan sanksi administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. (DSFI)

Kasus DSFI bermula setelah adanya pedagangan saham DSFI periode bulan Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap beberapa Pihak yang didugatelibat dan melakukan penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi tersebut, beberapa Pihak secara bersama-sama terbukti melakukan perdagangan saham DSFI yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan manipulasi pasar yang melanggar Pasal 91 dan Pasal 92 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Beberapa Perusahaan Efek juga terbukti memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan transaksi saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi pasar. Hal ini melanggar Pasal 91 dan 92 Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas, Bapepam memberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 3 miliar secara bersama-sama kepada 11 Pihak, denda kepada 14 Perusahaan Efek sebesar Rp 75 juta hingga Rp 500 juta, serta peringatan tertulis dan denda kepada lima Pihak masing-masing sebesar Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta.

3. Kasus Perdagangan Saham PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

1. Kasus ini bermula setelah adanya perdagangan saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) periode bulan Agustus 2002 yang tidak menyebabkan perubahan kepemilikan atas transaksi saham dimaksud, dan penyalahgunaan dana serta Efek nasabah.

2. Berkaitan dengan hal tersebut Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa Pihak yang diduga terlibat dan melakukan penelaahan atas dokumen yang berkaitan dengan transaksi tersebut, dengan hasil sebagai berikut:

a. Beberapa Pihak secara bersama-sama telah terbukti melakukan perdagangan saham DSFI yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan atas saham tersebut. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan manipulasi pasar yang melangar Pasal

91 dan Pasal 92 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

b. Beberapa Perusahaan Efek memfasilitasi dan membantu nasabah dalam melakukan transaksi saham DSFI yang mengakibatkan terjadinya manipulasi pasar. Hal ini melanggar Pasal 91 dan 92 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

c. Beberapa Perusahaan Efek tidak melakukan verifikasi atas tersedianya dana atau Efek yang mengakibatkan gagal bayar atas perdagangan saham DSFI. Hal ini melanggar angka

4 huruf b butir 2 Peraturan V.D.3 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 28/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996.

d. Beberapa direktur Perusahaan Efek melanggar angka 2 Peraturan Nomor V.D.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-27/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pengawasan Terhadap Wakil Dan Pegawai Perusahaan Efek.

e. Beberapa direktur dan pegawai Perusahaan Efek telah melakukan penjaminan saham milik nasabah tanpa sepengetahuan dan ijin dari nasabah, yang digunakan untuk kepentingan Perusahaan Efek. Hal ini melanggar Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan angka 5 Peraturan Nomor V.E.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Perilaku Perusahaan Yang Melakukan Kegiatan Perantara Pedagang Efek.

3. Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas Bapepam, telah memberikan sanksi administratif berupa:

a. Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) secara bersama-sama kepada Sdr. Yulianus Indrayana, Sdr. AG. Marfiyatmo, PT Jaya Makmur Sejahtera, Sdr. Hendri Aristo Sirait, Sdr. Afrizal, Sdr. Irfan Riyadi, Sdr. Akub Sudarsa, Sdr. Haryadi, Sdr. Meiske Herlina Tengker, Sdr. Mochammad Permana, Sdr. Agustian Harahap.

b. Denda kepada Perusahaan Efek, masing-masing:

i. Sebesar Rp. 500.000.000,- kepada:  PT Jasabanda Garta  PT Ficor Sekuritas Indonesia

ii. Sebesar Rp. 150.000.000,- kepada:

 PT BNI Securities

iii. Sebesar Rp. 125.000.000,- kepada:  PT Kuo Capital Raharja  PT Mitra Investdana

iv. Sebesar Rp. 100.000.000,- kepada:  PT Evergreen Capital  PT Megakarya Securities  PT Intra Asia Sekuritas

v. Sebesar Rp. 75.000.000,- kepada:  PT Arab Malaysian Securities  PT Samuel Sekuritas  PT Danawitta Securities  PT Global Inter Capital  PT Jalur Wahana  PT Panin Sekuritas

c. Peringatan Tertulis dan Denda kepada:

i. Sdr. Rochani Mansyur Rp. 50.000.000,-

ii. Sdr. Andwihardi Rp. 50.000.000,-

iii. Sdr. Hoksan Sinaga Rp. 50.000.000,- iv. Sdr. Zaki Mubarak Rp. 50.000.000,- v. Sdr. Panungkunan Manullang Rp. 25.000.000,-

d. Sanksi Peringatan Tertulis kepada Pihak-pihak sebagaimana tersebut di atas, akan ditindaklanjuti Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek, apabila dalam jangka waktu satu tahun pihak-pihak tersebut melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar Modal.

4. Kasus Perdagangan Saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk Kasus ini bermula dari adanya penelaahan Bapepam mengenai kemungkinan adanya upaya manipulasi transaksi dengan pola dominasi transaksi beli yang menimbulkan market impact change terhadap volume dan harga saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ) yang cukup signifikan yang dilakukan oleh 6 (enam) anggota Bursa Efek pada periode perdagangan 18 April s.d. 28 Mei 2001.

Berdasarkan pemeriksaan dan penelaahan atas data atau dokumen dan Pihak-pihak terkait dalam kasus dimaksud ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Transaksi saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk. (ULTJ) yang dilakukan oleh Sdr. Ivan Yuliavan Tausa mengalami pertemuan sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan sehingga dalam hal ini telah melanggar Pasal 91 UUPM.

b. Transaksi tutup sendiri (crossing) atas saham PT. Ultra Jaya Milk Tbk. (ULTJ) yang dilakukan oleh PT Berkat Agape Kapital melalui Anggota Bursa PT. Makindo Securities tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan sehingga dalam hal ini telah melanggar Pasal 91 UUPM.

c. Kegiatan Sdr. Ivan Yuliavan Tausa yang mengumpulkan dan mengelola dana dari para Pihak, dalam hal ini yang bersangkutan mengistilahkannya sebagai switcher, tidak memiliki izin sebagai Wakil Manajer Investasi dari Bapepam, sehingga melanggar Pasal 103 UUPM.

d. PT Pratama Penaganarta mengetahui dan membantu kegiatan yang dilakukan oleh Sdr. Ivan Yuliavan Tausa sebagai Manajer Investasi yang tidak memiliki izin dari Bapepam.

e. Transaksi sebanyak 10 (sepuluh) kali yang dilakukan oleh Sdr. Ivan Yuliavan Tausa dan transaksi tutup sendiri sebanyak 1 (satu) kali yang dilakukan oleh PT. Berkat Agape Kapital tidak signifikan dibandingkan dengan frekuensi transaksi yang dilakukan oleh keduanya, disamping itu juga belum adanya realisasi keuntungan yang diperoleh kedua nasabah tersebut.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Bapepam menetapkan bahwa sesuai Pasal 102 ayat (2) huruf (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Sdr. Ivan Yuliavan Tausa, PT. Pratama Penaganarta, PT. Berkat Agape Kapital, dan PT. Makindo Securities dikenakan sanksi administratif berupa Peringatan Tertulis.

5. Kasus Saham PT.Bank Pikko Tbk  Kronologis

a. PT. Bank Pikko Tbk. (Bank Pikko) melakukan Penawaran Umum Perdana atas sejumlah

28 juta saham pada tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1996 dengan harga perdana sebesar Rp800,00 per saham. Setelah Penawaran Umum tersebut dilakukan, seluruh Saham Bank Pikko sejumlah 128 juta saham dicatatkan di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 8 Januari 1997.

b. Walaupun seluruh saham Bank Pikko dicatatkan di Bursa, namun sejumlah 100 juta saham Bank Pikko tersebut yaitu dimiliki oleh pemegang saham pendiri tidak dapat diperdagangkan dalam kurun waktu 8 bulan dari sejak tanggal 10 Desember 1996 s/d 10 Agustus 1997. Atas dasar itu, saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan di BEJ adalah sejumlah 28 juta saham. Sejumlah 11 juta saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan tersebut dimiliki oleh pemodal institusi dan sebagian karyawan. Dengan asumsi pemodal institusi dan karyawan tidak menjual saham-saham yang dimilikinya, maka berarti saham-saham yang di perdagangkan di BEJ adalah sekitar 17 juta saham.

c. Dalam kurun waktu Januari s.d. Pebruari 1997 volume perdagangan harian saham tersebut rata-rata adalah 100.000 saham dan harganya bervariasi antara Rp.875,00 s.d. Rp.1.425,00. Pada pertengahan Maret 1997 Sdr. Benny Tjokrosaputro melakukan transaksi saham sehingga jumlah emilikan oleh yang bersangkutan mencapai 4.500.000 saham. Transaksi tersebut dilakukan melalui PT. Multi Prakarsa Investama Securities dengan menggunakan nama 13 Pihak lain.

d. Pada tanggal 7 April 1997 perdagangan saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan harga saham tersebut meningkat sebesar 20%. Atas dasar itu BEJ meminta konfirmasi kepada Bank Pikko mengenai ada atau tidaknya hal material mengenai Bank Pikko yang perlu diungkapkan kepada kepada publik. Bank Pikko memberikan informasi kepada BEJ pada tanggal 8 April 1997 sebelum sesi pertama perdagangan bahwa tidak terdapat adanya hal-hal material yang perlu diungkapkan kepada publik. Informasi tersebut kemudian diumumkan di BEJ pukul 10.30 WIB pada hari yang sama.

e. Walaupun telah diinformasikan mengenai hal tersebut, namun harga saham Bank Pikko mengalami peningkatan yang tajam pada sesi pertama dan kemudian berlangsung terus pada sesi kedua sampai dihentikannya perdagangan saham Bank Pikko oleh BEJ pada pukul14.24 WIB.

f. Sdr. Pendi Tjandra yang menjabat sebagai direktur PT. Multi Prakarsa Investama Securities yang dikendalikan oleh Sdr. Benny Tjokrosaputro bersama-sama dengan afiliasinya, melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT Putra Saridaya Persada Securities (PSP Securities). Atas permintaan Saudara Pendi Tjandra, PT PSP Securities memecah order beli dan jual saham bank Pikko melalui perusahaan Efek lain.

g. Pemecahan order beli dan jual tersebut dilakukan oleh Sdr.Pendi Tjandra dengan maksud agar kegiatan perdagangan menjadi aktif. Pada tanggal 8 April 1997 jumlah keseluruhan pembelian setelah dikurangi penjulan saham Bank Pikko yang dilakukan oleh PT PSP Securities, PT. Multi Prakarsa Investama Securities dan PT Danasakti Securities untuk kepentingan nasabahnya masing-masing termasuk untuk kepentingan Sdr. Benny Tjokrosaputro dan Sdr. Pendi Tjandra mencapai jumlah perkiraan saham yang tersedia untuk diperdagangkan, nampak bahwa terdapt masalah penyelesaian atas transaksi Bank Pikko yang dilakukan pada tanggal 8 April 1997.

h. Karena Bank Pikko memberikan informasi bahwa tidak ada hal-hal material, spekulan memperkirakan harga saham Bank Pikko turun. Oleh karena itu, para spekulan tersebut melakukan transaksi jual saham Bank Pikko meskipun mereka tidak memiliki saham tersabut (posisi short) dengan harapan harga saham tersebut akan turun. Walaupun peraturan V.D.3 melarang perusahaan Efek menerima pesanan jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham,namun kenyataannya hal tersebut terjadi secara luas dipasar. Hal ini terbukti dari terdapatnya 52 dari 127 Perusahaan Efek yang telah gagal menyerahkan saham Bank Pikko pada tanggal penyelesaian transaksi atas saham tersebut. Pada akhirnya tanggal 8 April 1997 BEJ memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham Bank Pikko pada jam 14.24 WIB.

 Tindakan yang diambil BAPEPAM :

a. Berdasarkan pasal 100 ayat (2) huruf d Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar Modal, kepada saudara Benny Tjokrosaputro dan Sdr. Pendi Tjandra, diwajibkan untuk menyerahkan keuntungan yang diperoleh atas transaksi saham Bank pikko selama kurun waktu bulan maret sampai dengan April 1997 masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke kas negara, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Disamping itu, kepada Sdr. Pendi Tjandra diminta untuk mengundurkan diri sebagai Direktur PT Multi Prakarsa Investama Securities.

b. Penetapan tersebut didasarkan atas bukti yang menunjukan bahwa yang bersangkutan telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar yang pelaksanaanya dilakukan dengan memecah order melalui 9 Perusahaan Efek untuk Sdr. Pendi Tjandra dan untuk mempergunakan nama sedikitnya 13(tiga belas) Pihak lain untuk kepentingan Sdr. Benny Tjokrosaputro. Tansaksi tersebut dapat menciptakan gambaran seolah-olah kegiatan saham Bank Pikko tersebut adalah aktif. Hal ini dapat b. Penetapan tersebut didasarkan atas bukti yang menunjukan bahwa yang bersangkutan telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar yang pelaksanaanya dilakukan dengan memecah order melalui 9 Perusahaan Efek untuk Sdr. Pendi Tjandra dan untuk mempergunakan nama sedikitnya 13(tiga belas) Pihak lain untuk kepentingan Sdr. Benny Tjokrosaputro. Tansaksi tersebut dapat menciptakan gambaran seolah-olah kegiatan saham Bank Pikko tersebut adalah aktif. Hal ini dapat

c. Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto pasal 61 dan pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaran Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, kepada PT PSP Securities dan PT Multi Prakarsa Investama Securities diberikan sanksi administratif.

d. Sanksi administratif ini diberikan atas dasar bukti yang menunjukkan bahwa kedua Perusahaan Efek tersebut telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar untuk kepentingan nasabah yang dapat menciptakan gambaran semu atas kegiatan perdagangan. Transaksi tersebut dilakukan PT PSP Securities dengan cara memecah order beli dan jual melalui 8 (delapan) Perusahaan Efek lain atas perintah nasabahnya, disamping itu PT PSP Securities sendiri juga melaksanakan sebagian order jual maupun beli atas saham Bank Pikko untuk kepentingan nasabah bersangkutan.

e. Sementara itu, transaksi atas saham Bank Pikko oleh PT.Multi Prakasa Investama Securities dilakukan dengan cara menggunakan nama sedikitnya 13 (tigabelas) Pihak lain atas perintah nasabah yang juga merupakan pengendali PT.Multi Prakarsa Investama Securities.

f. Kedua Perusahaan Efek dimaksud seharusnya tidak memenuhi permintaan nasabah tersebut, mengingat hal ini dapat menciptakan gambaran seolah-olah telah terjadi kegiatan perdagangan saham yang aktif, disamping dapat mengakibatkan terjadinya jual beli yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atas saham.

g. Atas dasar itu, kedua perusahaan efek tersebut dikenakan sanksi berupa denda masing- masing sebesar Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) yang harus segera disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 14 hari. Disamping itu, kedua perusahaan efek diperingatkan agar segera melakukan perbaikan atau sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuannya sesuai dengan peraturan V.D.3 dimaksud. Perbaikan sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuan perusahaan efek tersebut wajib diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dan hasilnya wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari.