Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas Dalam Pasar Modal

(1)

TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILAS DALAM PASAR MODAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

CHRISTOPHER ISKANDAR NIM : 070200121

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

CHRISTOPHER ISKANDAR 070200121

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Windha, SH, M.Hum) NIP. 19750112 200501 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) (Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)

NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal di dalam Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat yang rela mati di atas kayu salib dan bangkit pada hari ketiga untuk memberi keselamatan dan penebusan di dalam-Nya kepada umat pilihan-Nya.

Penulisan skripsi yang berjudul: TINJAUAN HUKUM PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PASAR MODAL adalah guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis sadar akan ketidaksempurnaan hasil penulisan skripsi ini sehingga berharap agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi, baik dari segi substansi ataupun dari segi cara penulisannya.

Secara khusus, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Freddy Iskandar yang menganjurkan penulis untuk menjalani studi di fakultas hukum dan Srilian Putti Leo yang sangat menyayangi penulis. Sehingga penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata Satu ini. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada kakak penulis Christia Iskandar. Penulis berterima kasih kepada Om Surya Mertjoe yang sudah memberikan dukungan moril dan nasehat yang banyak membantu penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum USU. Penulis juga berterima kasih kepada abang sepupu penulis Alexander Leo, yang telah banyak mendukung dan memberi nasehat kepada penulis dalam menjalani studi di Fakultas Hukum USU.


(4)

Tak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr. Syahril

Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) dan Mantan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K).

2. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.LI selaku Pembantu Rektor IV

atas segala dukungannya kepada penulis yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum.,DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

4. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan

Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum


(5)

atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Guru Besar dan Dosen Hukum

Ekonomi serta Dosen Pembimbing I. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi serta

Dosen Pembimbing II. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Bagi penulis, beliau adalah figur yang tekun dalam mendidik mahasiswa. Penulis merasa salut atas dedikasi beliau dalam mengasuh beberapa mata kuliah hukum ekonomi yang pernah penulis ikuti. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S selaku Dosen Hukum Pidana.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan di fakultas hukum.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi.


(6)

10. Ibu Dr. Keizerina Devi, S.H., M. Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi.

11. Ibu Syamsiar Yulia, S.H., CN, selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih

sebesar-besarnya atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa baru sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.

12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu

yang telah diberikan.

13. Bapak Pdt. Romeo Q. Mazo, BSBA, M.Div selaku Gembala Konsulen GRII

Medan dan Bapak Radjali Ramli, M.Div selaku Gembala Sidang GRII Medan yang telah memberikan nasehat dan membimbing penulis untuk semakin mengenal Allah yang sejati.

14. Sanak keluarga yaitu Hermansyah Leo, Priskila Tan, dr. Elmansyah Leo,

Johanes Leo, Jameshin Adlin, Dewi Christian Leo, dan Sophie Christian yang memberi dukungan dan perhatian kepada penulis.

15. Denny Salim, teman dan rekan penulis, yang telah memberikan banyak

dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

16. Teman-teman gereja yaitu kepada saudari Ewi Ritonga, Helena Ginting, dan

Dewi Arianti Winarko yang sudah banyak membantu penulis dalam memakai fasilitas yang mendukung penulisan skripsi. Juga terima kasih kepada saudara Isvento yang sudah membantu penulis dalam memprint skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Herbert W, Daniel Y, Willy C, Agustinus,


(7)

Yosef Effendi, Rudy Y, Chique S, Vincent S, dan Jimmy N Winanto yang sudah menemani penulis dalam suka dan duka selama menulis skripsi.

17. Teman-teman kuliah yaitu kepada Hendry, Edyson, Suhardi Fonger,

Agmalun Hasugian, Stebert, Darwin, dan Ferdiansyah yang menjadi teman akrab yang baik selama di kampus.

Salam Hormat,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI...vi ABSTRAKSI...viii BAB Ι PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...11

D. Keaslian penulisan...12 E. Tinjauan Kepustakaan...13

F. Metode Penulisan 16

G. Sistematika Penulisan 19

BAB ΙΙ Prinsip Responsibilitas dalam Kerangka Good Corporate

Governance (GCG)

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance

(GCG)...22

B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)...31

C. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam Pasar

Modal...42

D. Pertanggungjawaban (Responsibilitas) Perusahaan Publik/Emiten

dalam Menjalankan Keterbukaan Informasi kepada Investor dan Publik...47

E. Pelanggaran Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibilitas) yang

Mengakibatkan Terjadinya Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Kejahatan di Pasar Modal...54


(9)

BAB ΙΙΙ Penerapan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan Publik

A. Pengaturan Hukum dalam Pengelolaan Perusahaan

Publik/Emiten...56

B. Kaitan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Perusahaan

Publik...65

C. Kepatuhan Perusahaan Publik dalam Menjalankan Prinsip

Responsibilitas Menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku...72

BAB ΙV Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal

A. Latar Belakang dan Konsep Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan (CSR)...82

B. Pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan

(CSR) dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia...91

C. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)

Perusahaan Publik/Emiten...99

D. Implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR)

Perusahaan Publik/Emiten...104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...115 B. Saran...116 DAFTAR PUSTAKA...119


(10)

Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.

ABSTRAKSI

Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan

corporate social responsibility.

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.

Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah prinsip-prinsip good corporate

governance telah dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Namun perusahaan-perusahaan publik/emiten di Indonesia prinsip good corporate

governance sehingga penerapan good corporate governance di Indonesia masih

rendah. Penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik yaitu perusahaan publik/emiten dalam menjalankan keterbukaan sebagai pertanggungjawaban (responsibilitas) dalam pasar modal belum sepenuhnya diatur dalam pasar modal Indonesia mengenai kewajiban keterbukaan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup perusahaan publik/emiten. Kemudian sejak diundangkannya Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, banyak perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan termasuk juga perusahaan publik/emiten baik berupa penerapan indeks Sri Kehati di pasar modal maupun implementasi CSR lainnya. Namun peraturan pelaksana mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang diamanatkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 belum terbit.


(11)

Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Kata kunci: Prinsip Responsibilitas.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(12)

Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal *) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

**) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Christopher Iskandar.

ABSTRAKSI

Konsep good corporate governance bukan konsep baru karena sudah diperkenalkan pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. Salah satu prinsip good corporate governance yaitu prinsip responsibilitas diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders yaitu masyarakat. Implementasi dari prinsip responsibilitas adalah ketaatan terhadap hukum, keterbukaan mengenai masalah perlindungan lingkungan hidup dan

corporate social responsibility.

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka good corporate governance, bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik, dan bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility perusahaan publik/emiten dalam pasar modal.

Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah prinsip-prinsip good corporate

governance telah dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Namun perusahaan-perusahaan publik/emiten di Indonesia prinsip good corporate

governance sehingga penerapan good corporate governance di Indonesia masih

rendah. Penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan publik yaitu perusahaan publik/emiten dalam menjalankan keterbukaan sebagai pertanggungjawaban (responsibilitas) dalam pasar modal belum sepenuhnya diatur dalam pasar modal Indonesia mengenai kewajiban keterbukaan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup perusahaan publik/emiten. Kemudian sejak diundangkannya Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, banyak perusahaan menerapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan termasuk juga perusahaan publik/emiten baik berupa penerapan indeks Sri Kehati di pasar modal maupun implementasi CSR lainnya. Namun peraturan pelaksana mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang diamanatkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 belum terbit.


(13)

Adapun saran penulis adalah walaupun sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, semua pihak termasuk pemerintah, emiten/perusahaan publik, dan investor/publik hendaknya dapat bekerja sama dalam menjaga komitmen pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance dalam dunia bisnis termasuk pasar modal. Selain itu peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya perlu direvisi sehingga peraturan perundang-undangan pasar modal baik Undang-Undang Pasar Modal maupun peraturan pelaksananya mengatur tentang pencantuman maupun kewajiban keterbukaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terakhir, Undang-Undang No.40 tahun 2007 mengamanatkan agar aturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan belum terbit sehingga pemerintah dalam hal ini perlu menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Kata kunci: Prinsip Responsibilitas.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep Good Corporate Governance bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi. Awalnya konsep GCG di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka

economy recovery pasca krisis.1 Perhatian dunia terhadap Good Corporate

Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis

moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta

Parmalat di Italia pada awal dekade 2000-an.2

Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu

pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

3

1

Ridwan Khairandy & Camilia Malik, Good Corporate Governance : Perkembangan Pemikiran, dan Implementasinya di Indonesia, (Yogyakarta:Kreasi Total , 2007),hlm 60.

Good Corporate Governance memiliki 4 (empat) kaidah atau prinsip pokok yaitu transparansi (keterbukaan), akuntabilitas,

2 Siswanto Sutojo & E. John Alridge, Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat, (Jakarta:PT. Damar Mulia Pustaka, 2008),hlm 1.

3 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: PT Ray Indonesia, 2006),hlm 8.


(15)

responsibilitas, dan fairness. Di Amerika Serikat konsep tentang Good Corporate

Governance sendiri lebih bermakna pada tanggung jawab sosial perusahaan

(social responsibility) dan perilaku etis para stakeholders yang di dalamnya termasuk para karyawan, pelanggan, supplier, kreditur, dan sebagainya. Di sini, perusahaan berperan sebagai trustee dan hubungan antara perusahaan dan para

stakeholder-nya harus didasarkan pada kontrak sosial di mana perusahaan secara

moral terikat pada constituency statutes4 untuk memperhatikan seluruh

kepentingan dalam kelompoknya.5

Secara hukum di Indonesia penerapan Good Corporate Governance terdapat dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu Pasal 1 angka 25 mengenai prinsip keterbukaan. Dengan adanya prinsip keterbukaan di pasar modal, maka perusahaan dalam hal ini adalah perusahaan publik dapat mempertanggungjawabkan informasi, laporan keuangan, dan keterbukaan informasi mengenai lingkungan kepada publik. Adanya prinsip keterbukaan di pasar modal dapat dihindari kejahatan yang merugikan investor dan publik seperti manipulasi pasar dan insider trading. Selain itu penerapan

Good Corporate Governance juga terdapat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 yaitu Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu Pasal 15 huruf b yang menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan CSR. Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

4 Constituency Statue adalah perwakilan stakeholders dari kelompok – kelompok tertentu misalnya perwakilan dari seerikat pekerja untuk ditempatkan pada dewan direktur dan eksekutif dalam hal ini harus memperhatikan kepentingan stakeholders dalam keputusan – keputusan bisnisnya.


(16)

BUMN yaitu di Penjelasan Umum Bagian IV Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance). Prinsip GCG yang dianut OECD dan beberapa lembaga

lain menempatkan prinsip responsibility atau tanggung jawab sebagai pilar

tegaknya GCG.6 Prinsip Responsibilitas (Pertanggungjawaban) adalah kesesuaian

(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian,

dan persaingan yang sehat.7 Prinsip Responsibilitas juga mencakup hal-hal yang

terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari

masyarakat.8

Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.

9

6 http://teguharifiyadi.blogspot.com/2009/08/memahami-makna-corporate-social., diakses tanggal 20 Juli 2010.

Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan

7 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 11. 8 Ridwan Khairandy et al, op.cit,hlm 84. 9 Ibid, hlm 85.


(17)

stakeholders yaitu masyarakat. Prinsip responsibilitas ini juga menentang ajaran

Milton Friedman bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab moral. Jika orang bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut dia, itu adalah tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan. Alasannya, tanggung jawab sosial-moral tidak bisa dilemparkan kepada orang lain, dan karena itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial. Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab itu hanya terbatas pada lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan

itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.10 Namun a-moral theory

tersebut memberi peluang “free ride” bagi pengusaha dalam menjalankan bisnis,

dengan berbagai pelanggaran etis bahkan hukum.11

Prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah kuasi entitas publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak.

12

10 Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1998), hlm 118.

Teori yang mendasari hubungan antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan adalah teori stakeholders. Fokus daripada teori ini terletak pada 2 (dua) wacana utama. Pertama, apa yang menjadi tujuan dari perusahaan, dan kedua, apa tugas yang diemban oleh manajer

11 Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Festschrift in honor Stephen Tong, (Jakarta : Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007), hlm 650.

12 Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan” , Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hlm 4.


(18)

atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholders. Terkait dengan perusahaan, teori stakeholders secara garis besar menyatakan bahwa tujuan daripada suatu perusahaan adalah mendatangkan manfaat bagi semua stakeholders. Teori ini pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai (values) merupakan faktor

yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis.13

Penerapan prinsip responsibilitas oleh salah satunya adalah penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau yang lebih sering dikenal Corporate

Social Responsibility (CSR). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ini

merupakan konsekuensi logis dari teori stakeholder yang memandang perusahaan sebagai institusi sosial dimana tujuan perusahaan hanya untuk mencapai keuntungan maksimum. Selain itu konsekuensi logis dari teori ini juga adalah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau Corporate Social

Responsibility (CSR) untuk mengambil bagian dalam mencapai kesejahteraan

masyarakat dimana perusahaan bertindak dari masyarakat itu.

14

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru. Konsep ini dapat dijumpai pada masa pemerintahan Hammurabi di Babilonia (1700-an SM). Dalam kode Hammurabi, terdapat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya.

15

Di Indonesia, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) juga bukan merupakan hal yang baru dimana pada masyarakat Sibolga di Sumatera Utara, terdapat kebiasaan bahwa bagi pemilik tambak udang yang panen, sekitar 20

13 Ibid, hlm 5. 14 Ibid, hlm 15. 15 Ibid.


(19)

persen harus disisihkan untuk masyarakat. Kemudian Islam mewajibkan seluruh

pengikutnya untuk melaksanakan zakat.16 Kristen juga mengajarkan untuk

memberikan perpuluhan, yaitu 10% dari penghasilannya, kepada gereja dan untuk

mencintai sesama manusia seperti diri sendiri.17 Begitu juga Buddha yang

mengajarkan berderma tanpa pamrih melalui Dana Paramita.18

Secara hukum, pengaturan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) baru diatur sejak adanya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu dalam Pasal 74. Undang-Undang Perseroan Terbatas sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak mengaturnya. Apalagi KUHD sama sekali tidak menyinggungnya.

19

Pengaturan tentang

Corporate Social Responsibility (CSR) juga dipertegas oleh Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 yang pada Pasal 15 huruf b menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Akan tetapi, itu hanya untuk investor asing. Selain itu untuk Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN memang ada mengatur tentang besaran dan tata cara pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 5 Tahun 2007 telah mengatur tentang

program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.20

Hal ini yang mendasari pelaksanaan prinsip responsibilitas yang salah satunya implementasinya adalah pelaksanaan Corporate Social Responsibility

.

16 Bill Clinton, Giving Ubah Diri Ubah Dunia, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,

2010), hlm 272.

17 Ibid, hlm 273 18 Ibid, hlm 274.

19 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm 297.


(20)

(CSR) perusahaan di Indonesia termasuk juga perusahaan publik, emiten maupun perusahaan terbuka. Selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas yang menjadi payung hukum perseroan terbuka juga Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyebutkan Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Jadi perseoran terbuka yang merupakan perseroan terbatas dan emiten dalam pasar modal selain harus mematuhi aturan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas juga harus mematuhi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat diwujudkan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan mengenai perlindungan lingkungan hidup. Ketentuan BAPEPAM menentukan, bahwa pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran dari perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultan hukum mengenai semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau

kegiatan yang direncanakan perusahaan publik.21

21 Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-49/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX. B. 1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan.

Seperti izin lingkungan, izin – izin usaha, lokasi, mendirikan bangunan, penggunaan bangunan untuk pabrik, analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah. Investor dan publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan lingkungan hidup karena hak ini dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yaitu


(21)

dalam rumusan Pasal 28H ayat 1 yang menentukan setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.22

Menurut Koesnadi Hardjasoemantri masalah berkenaan dengan pemberian informasi kepada masyarakat terdiri dari pemastian penerimaan informasi, informasi tepat waktu (timely information), informasi lengkap (comprehensive

information), informasi yang dipahami (comprehensible information) dan

informasi lintas batas (transfrontier infromation).

Karena itu setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai lingkungan hidup yang baik.

23

Maka perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup. Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak boleh melakukan

missrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan

keterbukaan masalah lingkungan hidup.24

Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat mempengaruhi harga saham emiten di pasar modal. Karena apabila terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab perlindungan lingkungan hidup mengakibatkan harga saham dari emiten bergerak

ke bawah.25

22 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm 174.

Hal ini dapat dilihat dari kasus bocornya sumur minyak bawah laut yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British

23 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1999), hlm 109 – 111.

24 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta : Univesitas Indonesia Press, 2001), hlm 204.


(22)

Petroleum di Amerika Serikat di mana nilai sahamnya mengalami pemurunan

hingga 40 % pada beberapa akhir pekan kedua Juni 2010 di bursa saham Amerika

Serikat.26

Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen emiten dalam pasar modal terhadap lingkungan dan sosial adalah Sri Kehati Indeks. Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) bekerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendorong investasi di pasar modal agar mengacu pada tata cara Sustainable and Responsible Investment Index dengan nama Sri Kehati Indeks. Kedua lembaga ini bekerja sama atas dasar ingin mengoreksi kegagalan pasar dalam menampung isyarat lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Pasar Modal adalah alat yang mempertemukan penawar dan peminta modal. Dalam mekanisme pasar modal ini, kini dikembangkan tolok ukur yang memuat segi lingkungan hidup dan lingkungan sosial melalui Sri Kehati Indeks.

27

Indeks harga saham SRI-KEHATI dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal. Dengan membangun suatu

benchmark indeks harga saham baru yang secara khusus memuat kinerja harga

saham emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan melalui kinerja metodologi yang berdasarkan kepada kepedulian mengenai lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen yang

berkesinambungan dari kalangan bisnis. Untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas

26 Warta Ekonomi, No.16/XXII/9 – 22 Agustus 2010, hlm 54.

27 Emil Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm 168.


(23)

kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.28

Adanya prinsip responsibilitas dalam pasar modal membuat perusahaan atau emiten mempunyai kewajiban untuk benar-benar berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) oleh emiten sebenarnya menguntungkan emiten sendiri

karena dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik yang merupakan salah satu implemenatsi prinsip responsibilitas oleh emiten, maka sebenarnya menaikkan nilai dan kualitas emiten sendiri di mata investor dan publik. Dengan adanya komitmen dan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR) serta keterbukaan informasi mengenai masalah lingkungan hidup oleh emiten terhadap terhadap investor maka emiten di sini dapat mempertanggungjawabkan infromasi dan kebijakan bisnisnya baik secara moral dan hukum mengenai masalah lingkungan hidup dan pelaksanaan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap investor dan publik.

Dengan demikian Sri Kehati Indeks merupakan indikator untuk melihat komitmen perusahaan terbuka terhadap lingkungan hidup dan sosial termasuk di dalamnya komitmen perusahaan atau emiten terhadap Corporate

Social Responsibility (CSR).


(24)

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian Tinjauan Hukum Prinsip responsibilitas dalam Pasar Modal adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate

Governance?

2. Bagaimana penerapan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan perusahaan

publik ?

3. Bagaimana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility) Perusahaan Publik/Emiten dalam Pasar Modal.

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana hukum. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan lain yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip responsibilitas dalam kerangka Good Corporate

Governance.

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum penerapan responsibilitas dalam


(25)

3. Untuk mengetahui konsep dan pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan/(Corporate Social Responsibility) Perusahaan Publik dalam pasar modal.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis, melalui penulisan skripsi ini dapat menjadi sumbangsih bagi

ilmu pengetahuan khususnya mengenai Prinsip Responsibilitas dan sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam tulisan ini maupun dalam bidang lainnya.

2. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca kalangan

akademisi, ataupun sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin membahas mengenai Prinsip Responsibilitas.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas

dalam Pasar Modal”. Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan fakultas

dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini belum pernah diangkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak.


(26)

E. Tinjauan Kepustakaan

Good Corporate Governance (GCG) menjadi pedoman perusahaan-

perusahaan pada dewasa ini dalam pengelolaan dan manajemen perusahaan. Istilah corporate governance juga sering digunakan untuk menyebut Good

Corporate Governance (GCG). Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

menurut World Bank, merupakan kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara

keseluruhan.29

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) tidak hanya dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN tetapi ada dalam pasar modal di mana Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengakomodasi Salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip responsibility atau prinsip responsibilitas (tanggung jawab) yaitu tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholders baik stakeholders internal maupun terhadap stakeholders eksternal. Selain itu prinsip responsibilitas ini juga berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan serta kepatuhan perusahaaan terhadap hukum.

29


(27)

prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk melindungi investor dan pemegang saham publik.

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam pasar modal juga termasuk penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan publik/emiten baik yang berbentuk BUMN maupun yang non-BUMN. Perusahaan publik dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebut perseroan publik. Perseroan Publik menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal yang disetor sesuai dengan ketentuan peraturan. Perseroan Terbuka menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Yang melakukan penawaran umum di pasar modal hanya emiten. Emiten menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang melakukan penawaran umum.

Salah satu penerapan prinsip responsibilitas oleh perusahaan publik/ emiten dalam pasar modal adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan/Corporate Social Responsibility (CSR) selain kepatuhan perusahaan publik/emiten terhadap hukum dalam pengelolaan perusahaan publik/emiten. Jadi penerapan prinsip responsibiltas yang merupakan salah satu prinsip Good

Corporate Governance (GCG) tidak hanya melindungi investor dan pemegang


(28)

Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu konsep di mana

organisasi–organisasi, terutama perusahaan-perusahaaan memiliki satu tanggung jawab untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan dari para konsumen, para karyawan, pemegang saham, masyarakat sekitar, dan kepedulian lingkungan hidup pada semua aspek kegiatan perusahaan mereka. Tanggung jawab ini memperluas melebihi ketentuan tanggung jawab mereka untuk menuruti peraturan

perundang-undangan.30

Maka corporate Social Responsibility/CSR sangat berhubungan dengan prinsip sustainnable development (pembangunan berkelanjutan), di mana berpendapat bahwa perusahaan harus membuat keputusan berdasarkan tidak saja pada faktor finansial seperti keuntungan atau keuntungan saham, tetapi juga berdasarakn pada konsekuensi sosial dan lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang dari aktivitas-aktivitas mereka.

Definisi Corporate Social Responsibility/CSR menurut Magnan & Ferrel (2004) adalah “ A business acts ini socially responsible manner when its decision

and account for and balance diverse stakeholder interest”. Defenisi ini

menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial

bertanggung jawab.31

30

2007.

31 A. B. Susanto, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : The Jakarta Consulting Group, 2007), hlm 21.


(29)

Sedangkan, Schermerhorn memberikan defenisi Corporate Social

Responsibility/(CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertidak

dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan

kepentingan publik eksternal.32

Jadi, Corporate Social Responsibility/CSR adalah suatu atau sebuah pendekatan di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan kesukarelaan dan kemitraan.

33

F. Metode Penulisan

Dalam setiap usaha penulisan haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisa hukum yang positif yang tertulis. Penelitian hukum normatif merupakan penilaian kepustakaan, yaitu disini peneliti melakukan penelitian

32 John R. Schermerhorn, Management for Productivity (New York: John Wiley & Son, 1993), hal 42.

33 Mu’ man Nuryana, “Corporate Social Responsibility dan Kontribusi bagi Pembangunan Berkelanjutan”, Makalah yang disampaikan pada Diklat Pekerja Sosial Industri, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 5 Desember 2005.


(30)

terhadap data sekunder. Pada penelitian hukum normatif, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangn atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.

b. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini kadang-kadang berawal dari hipotesis, tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu variabel, namun variabel tersebut tidak saling bersinggungan.

c. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis-normatif. Pendekatan penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap data sekunder. yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini.

d. Sumber data


(31)

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan prinsip responsibilitas dalam pasar modal dan Corporate Social Responsibility/CSR antara lain Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

2. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

3. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research) yang merupakan pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait


(32)

dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi.

f. Analisis data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas.

Analisis data dilakukan dengan:

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti.

2. Memilah kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian

3. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep dan

pasal-pasal yang ada.

4. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kwalitatif.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka penulisan dan pembahasannya harus dilakukan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sitematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :


(33)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD

CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Bab ini menjabarkan pengertian, latar belakang, konsep dan pengaturan Good Corporate Governance (GCG). Selain itu bab ini juga menjabarkan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam pasar modal. Bab ini juga membahas pertanggungjawaban (responsibilitas) perusahaan publik dalam menjalankan keterbukaan informasi kepada investor dan publik serta dijabarkan juga pelanggaran prinsip pertanggungjawaban (responsibilitas) perusahaan publik yang mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran dalam pasar modal.

BAB III : PENERAPAN PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN PUBLIK

Bab ini membahas pengaturan hukum dalam pengelolaan perusahaan Publik dan kaitannya dengan prinsip responsibilitas. Bab ini juga membahas kepatuhan perusahaan publik dalam menjalankan prinsip


(34)

responsibilitas menurut peraturan perundang–undangan yang berlaku.

BAB IV : TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PERUSAHAAN

PUBLIK DALAM PASAR MODAL

Bab ini membahas tentang latar belakang, konsep, dan pengaturan Tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) dalam perundang-undangan di Indonesia. Selain itu Bab ini juga membahas standarisasi dan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) Perusahaan Publik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai pembahasan penulisan skripsi ini.


(35)

BAB II

PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD

CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance (GCG) atau dalam bahasa Indonesia yang

berarti tata kelola perusahaan yang baik berasal dari istilah corporate governance. Istilah corporate governance sendiri berasal dari istilah governance yang secara umum diartikan dalam bahasa Indonesia disebut tata kelola. Sir Adrian Cadbury memberikan pengertian corporate governance yaitu keseimbangan antara tujuan ekonomi dan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Di samping itu juga menekankan akuntabilitas dalam pengelolaan segala sumber daya yang

memperhatikan seluruh kepentingan, baik individu, perusahaan dan masyarakat.34

Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117 / M-MBU / 2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN, Corporate Governance adalah suatu prosedur struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders

34 BAPEPAM-LK, Studi Penerapan Prinsip – Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan BAPEPAM mengenai Corporate Governance, (Jakarta: Departemen Keuangan RI BAPEPAM - LK, 2006), hlm 6.


(36)

yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai

pemegang saham.35

Corporate governance menurut John Lowry dan Alan Dignam adalah

subjek yang memiliki banyak aspek. Tema utama dari corporate governance adalah masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat. Hal terkait namun merupakan pembahasan yang terpisah dari fokus pembahasan pada dampak dari sistem corporate governance yaitu dalam efisiensi ekonomi dengan perhatian yang lebih besar pada kesejahteraan para pemegang saham. Selain itu ada aspek lain dari corporate governance seperti sudut pandang pemangku kepentingan atau

stakeholders yang menuntut perhatian, transparansi, pertanggungjawaban atau

responsibilitas serta keadilan lebih terhadap pihak-pihak selain pemegang saham

misalnya terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan.36

Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat pada awal tahun 2000-an hingga sekarang, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation,

Worldcom, dan Parmalat di Italia. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan baru diakui banyak pihak setelah terjadi

skandal korporasi terbesar beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat seperti

Enron Corporation, Health South, Tyco, dan WorldCom yang telah menurunkan

tingkat kepercayaan investor dan publik terhadap perusahaan.37

35 Ibid, hlm 8.

Dari hasil penyelidikan para regulator pemerintah dan analisis para cendekiawan manajemen

36

2010.

37 Anup Agrawal & Sahiba Chadha, “Corporate Governance and Accounting Scandals”, Journal of Law and Economics, (Vol. 48, Oktober 2005), hlm 371.


(37)

dapat disimpulkan penyebab utama tumbangnya perusahaan–perusahaan besar itu adalah karena lemahnya penerapan prinsip–prinsip good corporate governance mereka.

Kelemahan penerapan prinsip good corporate governance itu dapat ditandai empat macam hal. Pertama adalah lemahnya peranan the board of

directors dalam mengendalikan pengelolaan perusahaan. Board of directors

kurang aktif dalam menganalisis startegi bisnis perusahaan. Kedua yaitu semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang perusahaan dan mengambil keputusan–keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ketiga adalah tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan perkembangan bisnis dan keuangan oleh board

of directors kepada pemagang saham dan kreditor. Keempat yaitu dalam banyak

kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh

manajemen senior.38 Sebagai reaksi terhadap kejatuhan banyak perusahaan publik

di dunia secara tidak wajar. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang-undang reformasi corporate governance yang sering disebut Sarbanes-Oxley

Act.39

Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar belum berakhir. Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar di Amerika Serikat berlanjut pada krisis ekonomi global pada tahun 2008. Krisis ekonomi global ini dimulai dari krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat (AS). Krisis ekonomi yang menimpa Amerika

38 Siswanto Sutojo et al, op.cit, hlm 32 39 Ibid, hlm 62.


(38)

Serikat berasal dari kredit macet sektor perumahan AS atau hipotek/

mortgage. Krisis hipotek/mortgage berawal dari gagal bayarnya sejumlah kredit

perumahan oleh warga Amerika Serikat sendiri.40

Puncaknya Bear Stearns, perusahaan investasi dan keuangan terbesar di Amerika Serikat tumbang pada 11 Juli 2008. Mencegah hal serupa, pemerintah federal melalui Federal Housing Finance Agency (FHFA) pada 7 September 2008 mengambil alih dua perusahaan yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac. Krisis keuangan di Amerika Serikat ini benar– benar menjadi krisis berskala global. Lehman Brothers pada 14 September 2008 mengajukan pailit ke pengadilan dan

dikabulkan.41 Kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang

sejarah kebangkrutan AS.42

Pada hari yang sama muncul pengumuman dijualnya perusahaan investasi

dan keuangan Merryl Linch karena mengalami masalah likuiditas.43 Krisis

berlanjut setelah perusahaan asuransi American International Group (AIG) pada 16 September 2008 turut mengalami kelangkaan likuiditas dan gagal menemukan investor strategis, AIG masih bertahan dengan pemberian pinjaman penyelamatan

dari bank sentral Amerika Serikat The Fed.44

Begitu juga dengan Washington

Mutual pada tanggal 26 September 2008 mengajukan pailit. Washington Mutual,

Inc segera 45

41

Faisal Basri & Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, (Penerbit : Kencana Prenada Media Group ,2009), hlm 544.

42

diakes tanggal 17 September 2008.

43 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 544. 44 Ibid, hlm 545.


(39)

Masalah krisis belum selesai muncul lagi skandal Goldman Sachs.

Goldman Sachs melakukan ommision dalam investasi perbankan terhadap

informasi vital tentang produk portofolio.46 Ada dua kesalahan Goldman Sachs,

yakni mengakali investor dan tak jujur kepada para investornya.47

Menurut ekonom A Prasetyantoko ada salah satu inti masalah yang menyebabkan kehancuran finansial Amerika Serikat adalah semata–mata kesalahan prosedur tata kelola yang mengakibatkan fenomena kegagalan (market

failure).

Ommision yang dilakukan Goldman Sachs ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate

governance yaitu prinsip transparansi atau keterbukaan terutama mengenai

informasi yang mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan dan mempengaruhi harga.

48

Menurutnya, secara teknis krisis terjadi karena pelaku ekonomi terlalu ekspansif dan spekulatif dalam kebijakan keuangan sehingga tak mampu membayar kewajibannya. Untuk melunasi utangnya, seluruh aset harus dijual.

Tipikal ini menurutnya disebut ekonomi gelembung (bubble).49

Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengesahkan Undang-Undang Reformasi Sektor Keuangan yang lebih sering disebut Dodd-Frank Wall Street

Reform Act dengan ditandatanganinya undang-undang tersebut oleh Presiden

Jadi dari pendapat ekonom A Prasetyantoko dapat diketahui salah satu penyebab krisis global 2008 adalah kesalahan dalam penerapan corporate governance di Amerika Serikat.

46

TIME, 3 May 2010, hlm 22.

48 A. Prasetyantoko, Krisis Finansial Dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009), hlm 228.


(40)

Barack Obama tanggal 21 Juli 2010 sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

krisis global di Amerika Serikat.50 Undang-Undang ini memberi kewenangan baru

kepada pemerintah untuk mengeluarkan perusahaan gagal keuangannya yang

berpotensi membahayakan seluruh sistem.51 Undang-undang juga menetapkan

standar yang ketat dan pengawasan untuk melindungi konsumen dan ekonomi Amerika Serikat, investor dan bisnis, berakhir didanai dana talangan wajib pajak dari lembaga keuangan, memberikan sistem peringatan lanjutan pada stabilitas ekonomi, menciptakan aturan tentang kompensasi eksekutif dan tata kelola

perusahaan, dan menghilangkan celah yang mengarah ke resesi ekonomi.52

Presiden Barack Obama dalam pidatonya saat penandatanganan Dodd-Frank Wall

Street Reform Act menyatakan undang-undang ini dirancang agar semua orang

mengikuti aturan yang sama sehingga perusahaan bersaing dengan sehat berdasarkan harga dan kualitas bukan dengan trik dan jebakan. Menurutnya ini

menuntut akuntabilitas dan pertanggungjawabkan dari semua pihak.53

Konsep good corporate governance (GCG) di Asia juga mulai menjadi perhatian sejak terjadi krisis ekonomi Asia 1998 yang melanda negara-negara kawasan Asia dan juga Indonesia. Krisis ekonomi Asia 1998 ditandai dengan gejala keguncangan keuangan di Thailand sudah terlihat beberapa bulan

50 Undang - Undang tersebut diberi nama Dodd-Frank Wall Street Reform. Dodd diambil dari nama senator wakil Connecticut, Christopher Dodd, sedangkan Frank berasal dari nama anggota Kongres wakil Massachusetts, Barney Frank.

51

Juli 2010.


(41)

sebelumnya, tetapi mulai terasa di negara-negara tetangga setelah Thailand

mengambangkan kursnya pada awal Juli 1997.54

Pada tahun 1999, Asian Development Bank (ADB) mengadakan survei tentang kelemahan penerapan corporate governance and finance di negara– negara Asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis moneter tahun 1997. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Dalam survei ini ditemukan salah satu ciri khusus struktur kepemilikan dan kepengurusan perusahaan–perusahaan di kelima negara tersebut yaitu adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada keluarga atau kelompok keluarga, bahkan pada perusahaan sekalipun.

55

Para pelaksana proyek riset Bank Dunia menulis sebuah paper untuk

American Economic Review bulan Maret 2001 bahwa problem pengelolaan

korporat Asia timur tiada lain lebih parah dari yang dikemukan para pengamat ketika puncak–puncaknya krisis finansial. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa konsetrasi pengambilan dalam segelintir kelompok yang cukup besar untuk memanipulasi sistem politik negara berarti isu pentingnya adalah kemauan politik untuk menegakkan hukum dan regulasi yang tertulis. Poin terakhir ini penting karena ketidakmauan politisi yang duduk di pemerintahan untuk menegakkan norma–norma regulasi paling tidak sama pentingnya dengan kurangnya undang– undang sehingga menyebabkan para konglomerat bisa berbuat semaunya.

56

54 Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi, (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), hlm 83.

Jadi

55 Siswanto Sutojo et al, op.cit, hlm 17. 56 Joe Studwell, op.cit, hlm 166.


(42)

krisis Asia terjadi karena penerapan prinsip good corporate governance yang lemah dan sistem penegakan hukum yang lemah.

Hal yang sama juga dijumpai pada waktu krisis Asia tahun 1998 melanda Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru di mana krisis ini mempengaruhi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh Asian

Development Bank (ADB) menunjukkan faktor-faktor yang memberi kontribusi

pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi. Kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Ketiga, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan. Keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal dan kelima yaitu tidak memadainya pengawasan oleh para

kreditor.57

Selain itu, kajian Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998 menunjukkan bahwa indeks good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah di Asia Timur dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang. Hal tersebut diperparah oleh inefisiensi hukum dan peradilan. Dalam studi yang sama ditemukan bahwa indeks efisiensi hukum dan peradilan di Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang.

58

Rendahnya good corporate governance adalah rendahnya transparansi dalam lingkungan bisnis di Indonesia. Indeks transparansi lingkungan bisnis yang dikeluarkan oleh Political & Economic Risk Consultancy (PERC) menunjukkan bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif tidak transparan.Ketidaktransparanan

57 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 63.

58 Sofyan Djalil, “Good Corporate Governance”, Disampaikan pada Seminar Good Corporate Governance di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 2000, hlm 3.


(43)

ini memungkinkan tumbuh berkembangnya praktik-praktik korporasi yang tidak sehat yang tidak saja merugikan pemegang saham (publik/minoritas) dan Pemerintah, menyulitkan investor atau mitra memperhitungkan dengan cermat kualitas perusahaan mitra atau proyek investasi, meningkatkan premi resiko, dan

pada akhirnya juga akan menyuburkan praktik KKN. 59

Jika ini dibiarkan terus berlanjut maka rendahnya transparansi dalam lingkungan bisnis, rendahnya efisiensi penegakan hukum, dan suburnya praktik KKN akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada praktik kroniisme, kolusi antara penguasa dan pengusaha, serta praktik–praktik monopolistik lainnya mungkin dapat menghasilkan laju yang tinggi tapi tidak sustainable karena tidak melahirkan kelompok yang mau memperjuangkan demokrasi, good governance, dan kepastian hukum. Yang muncul bukanlah kelompok pembaharu melainkan kelompok pemburu rente, bukan sistem ekonomi pasar yang penuh vitalitas, melainkan kapitalisme palsu, yang lebih kompatibel dengan oligarki daripada

dengan demokrasi.60

Jadi penerapan prinsip corporate governance dan penegakan hukum yang benar dan baik menjadi suatu kebutuhan di tengah-tengah rendahnya penerapan prinsip corporate governance oleh korporasi–korporasi di Indonesia dan penegakan hukum yang lemah di Indonesia.

59 Ibid, hlm 4.


(44)

B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance (GCG)

Konsep tata kelola perusahaan/corporate governance merupakan perkembangan dari konsep governance. Menurut Faisal Basri, konsep governance jika ditinjau secara umum dan dilhat dari aspek pelaku utamanya, konsep

governance dapat dipilah menjadi tiga bagian. Pertama, public/political governance, yaitu proses di mana suatu masyarakat mengelola dirinya sendiri dan

mengatasi berbagai persoalannya, dengan negara sebagai institusi utamanya. Kedua, economic governance, yaitu keseluruhan proses produksi dan distribusi berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat itu, dengan pihak swasta (perusahaan–perusahaan) sebagai institusi utamanya. Ketiga, social

governance, yang berkenaan dengan sistem nilai dan keyakinan yang diharapkan

dapat melandasi perilaku sosial dan pembuatan berbagai keputusan publik, dengan

masyarakat sipil (civil society) sebagai institusi utamanya.61

Dalam berbagai pembahasan, konsepsi governance secara umum mengacu pada public/political governance. Namun dari waktu ke waktu, situasi di lapangan menunjukkan bahwa yang harus disoroti dari jatuh bangunnya suatu bangsa, bukan hanya pemerintah/negara saja, melainkan juga perusahaan–perusahaan dan masyarakat sipilnya.

62

Maka untuk mewujudkan good governance tidak hanya negara tetapi juga perusahaan dan masyarakat sipil. Dalam konteks pembangunan ekonomi, maka negara dan pasar lebih dikedepankan sementara masyarakat sipil

merupakan fokus pembangunan politik dan sosial.63

61 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 232. 62 Ibid.


(45)

Dalam konteks ekonomi, baik tidaknya negara dan pasar di suatu perekonomian dalam menjalankan tugasnya masing-masing dapat diukur dari berupa tinggi rendahnya daya saing perekonomian yang bersangkutan. Ada empat faktor utama yang menentukan daya saing secara langsung yaitu infrastruktur fisik, kinerja makroekonomi, efisiensi pemerintah, dan efisiensi bisnis. Pada hakekatnya, efisiensi pemerintah dapat dipadankan dengan kualitas political

governance negara. Sedangkan efisiensi bisnis dapat disetarakan dengan tata

kelola perusahaan/corporate governance. Dari apa yang diuraikan dapat dilihat akan pentingnya kerangka institusional publik dan privat yang menjelma sebagai

political governance dan economic/ corporate governance.64

Seiring dengan modernisasi dan kemajuan ekonomi, seperti di negara– negara maju, peran langsung pemerintah atau negara dalam perekonomian semakin terbatas/dibatasi dan pada unumnya hanya sampai pada peran sebagai inisiator, regulator dan pengawas. Kedudukan negara sebagai pedagang dan pencari laba melalui perusahaan negara dianggap bertentangan dengan perannya yang lebih mendasar sebagai regulator sehingga lambat laun kegiatan itu ditinggalkan. Sebagai gantinya peran pelaksana berbagai kegiatan ekonomi khususnya sebagai produsen, distributor, dan pengelola segenap kegiatan pendukungnya diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta atau perusahaan– perusahaan.

65

Semakin maju sebuah perekonomian, semakin berperan sektor swasta sehingga peran, karakter, dan kualitas perusahaan semakin penting. Perusahaan

64 Ibid. 65Ibid, hlm 233.


(46)

pada hakikatnya memang sebuah institusi pencetak keuntungan bagi pemilik perusahaan dan tidak ada kewajiban legal baginya untuk memperhatikan kepentingan pihak lain. Dalam perkembangannya, pemahaman akan hakikat perusahaan bergeser, karena perusahaan itu hidup di tengah masyarakat sehingga sesungguhnya perusahaan tidak mungkin mengabaikan kepentingan masyarakat di mana perusahaan itu hidup. Pengabaian kepentingan umum pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, sebuah perusahaan yang baik sesungguhnya bukan sekadar perusahaan yang mampu mencetak laba (untuk kepentingan shareholders), namun juga yang peka dan mau membantu

pemenuhan kepentingan masyarakat banyak (stakeholders).66

Grup Penasehat Bisnis Sektor Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) menetapkan empat prinsip umum good corporate governance yaitu keadilan (fairness), keterbukaan (transparency), tanggung

jawab (accountability), dan pertanggungjawaban (responsibility).

Bertolak dari hal yang diuraikan di atas, maka konsepsi good corporate governance pun menjadi semakin penting.

67

Prinsip–

prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:68

1. Keadilan (Fairness)

Prinsip ini tercermin melalui keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memberikan

66Ibid.

67 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (I), (Bandung : Books Terrace & Library, 2007), hlm 152.

68 I Nyoman Tjager, dkk., Corporate Governance-Tantangan dan Kesempatan bagi Komuitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2004), hlm 49.


(47)

perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, melalui keterbukaan informasi serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan/atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam serta konflik kepentingan. Hal ini direalisasikan dengan menetapkan peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, dan komite, termasuk sistem remunerasi, penyajian informasi secara wajar dan pengungkapan material secara penuh, serta mengedepankan

kesempatan kerja yang seimbangan (equal job opportunity).69

2. Keterbukaan (Transparency)

Prinsip ini menekankan pada keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hal ini, hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya serta dapat ikut berperan serta serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang


(48)

mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari

keuntungan perusahaan.70

Prinsip keterbukaan diwujudkan dengan perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Setiap perusahaan diharapkan dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara

mudah pada saat diperlukan.71

3. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip ini terlihat melalui tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor secara seimbang. Hal ini merupakan bentuk kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ secara

efektif.72

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan keuangan (financial statement) pada waktu yang tepat; mengembangkan komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi internal audit sebagai mitra bisnis yang strategis; menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan

70 Ibid.

71 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 10. 72 I Nyoman Tjager, dkk., op.cit, hlm 49.


(49)

menangani pertentangan (dispute); penegakan hukum melalui sistem penghargaan dan sanksi; serta menggunakan external auditor yang

professional.73

4. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip responsibilitas adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan

yang berlaku.74

Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, dan menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Selain itu, prinsip ini juga mengandung prinsip yang mencerminkan kinerja pengelolaan perusahaan yang baik dan mengakui stakeholders serta mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan stakeholders untuk menciptakan kemakmuran. Juga menciptakan kesempatan kerja yang didukung oleh kesehatan finansial dan adanya kerjasama antara perusahaan dengan

stakeholders yang sangat membantu kinerja perusahaan dan tindakan

perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.

75

Selain itu, perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawabannya kepada para pemegang saham dan stakeholders harus sesuai dengan hukum dan perundang–undangan yang berlaku. Juga perusahaan dituntut tidak hanya tunduk

73 Ibid.

74 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 9. 75 Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 85.


(50)

kepada Undang–Undang Perseroan Terbatas saja tetapi juga tunduk pada undang– undang yang lain seperti Undang–Undang Ketenagakerjaan, Undang–undang Anti monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Undang–undang Lingkungan

Hidup.76

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip kemandirian (Independence). Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Azhar Maksum mengatakan bahwa prinsip independence

lebih mengarah kepada perusahaan berbentuk BUMN.77

Prinsip–prinsip pokok corporate governance yang diuraikan di atas menurut A. Sofyan Djalil dapat dijabarkan ke dalam lima aspek utama. OECD menyusun prinsip-prinsip corporate governance yang dikelompokkan ke dalam

kategori 78

a. Hak–hak pemegang saham.

:

b. Perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham.

c. Peranan stakeholders dalam corporate governance.

d. Kewajiban pengungkapan (disclosure) dan transparansi (transparency).

76

Ibid, hlm 86.

77 Azhar Maksum, “Tinjauan Atas Good Corporate Governance di Indonesia”, disampaikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Akutansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Gelanggang Mahasiswa Kampus USU, 17 Desember 2005, hlm 14.


(51)

e. Tanggung jawab direksi dan komisaris.

Terkait pengaturan good corporate governance dalam kerangka hukum nasional, Indonesia telah dilanda krisis ekonomi di sekitar tahun 1997/1998, sementara gerakan ke arah pembenahan kondisi corporate governance baru dimulai di tahun 1999 dengan terbentuknya Komite Nasional Kebijakan

Corporate Governance (KNKCG atau NCCG).79 Pembentukan Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance melalui Surat Keputusan Nomor: KEP-10/M.EJUIN/08/1999 tanggal 19 Agustus 1999. Keputusan ini diperbarui kembali dengan penggantian keanggotaan melalui Surat Keputusan Nomor KEP-31/M.EKUIN/06/2000 tentang pembentukan Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance. Komite Nasional Mengenai Kebijakan

Corporate Governance kemudian berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan

Governance dengan keputusan KEP-49/M.EKO/11/2004.80 Namun momen

penting yang amat menentukan perjalanan konsep corporate governance di Indonesia lebih lanjut baru terjadi di tahun 2001, yaitu dengan tersusunnya sebuah pedoman good corporate governance (Indonesian Code) oleh NCCG bersama

para pelaku bisnis.81

Penerapan GCG dalam undang–undang Indonesia yang terkait dengan korporasi sudah diatur dalam Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007. Maka

79 Azhar Maksum, op.cit, hlm 15. 80 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 65. 81 Azhar Maksum, op.cit, hlm 15.


(52)

menurut Dyah Permata Budi Asri, pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :82

a. Transparansi; yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang–Undang

seperti misalnya mengumumkan pendirian Perseroan Terbatas dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan management keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada

shareholders maupun stakeholders.

b. Akuntabilitas; yaitu dengan adanya keterbukaan informasi dala m bidang

financial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan

komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi. Sehingga sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independen mutlak diperlukan kehadirannya. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang professional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan.

c. Responsibility; yaitu pertanggungjawaban perseroan baik kepada shareholders

maupun stakeholder dengan tidak merugikan kepentingan para shareholders maupun anggota masyarakat secara luas. Yang ditekankan dalam Undang-Undang ini perseroan haruslah berpegang pada hukum yang berlaku.

82


(53)

d. Fairness; yaitu prinsip ini menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan

yang diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan baik itu pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas. Selain itu prinsip

fairness ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 “ Setiap saham dalam klasifikasi

yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.” Pasal ini menunjukkan unsur fairness (non diskriminatif) antarpemegang saham dalam klasifikasi yang sama untuk memperoleh hak-haknya, seperti hak untuk mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS dan lain–lain.

Di pasar modal, penerapan GCG terutama yang berkaitan dengan keterbukaan telah diatur Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 yaitu termuat dalam Bagian kelima, Pasal 82-84, yaitu mengenai hal memesan efek terlebih dahulu, benturan kepentingan, penawaran tender, penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan.83 Selain itu beberapa peraturan BAPEPAM terkait penererapan

prinsip good corporate governance yaitu:84

1. Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

Keuangan

2. Peraturan BAPEPAM No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan

Keuangan

3. Peraturan BAPEPAM No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi

Tertentu

83 Indra Surya & Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta : PT Kencana Prenada Media Group), hlm 119.

84 M. Irsan Nasarudin & Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm 235-236.


(54)

4. Peraturan BAPEPAM No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan RUPS

5. Peraturan BAPEPAM No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus

Segera Diumumkan Kepada Publik

6. Peraturan BAPEPAM No. X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana

Hasil Penawaran Umum

7. Peraturan BAPEPAM No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan

Terbuka

8. Peraturan BAPEPAM No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender

9. Peraturan BAPEPAM No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten

atau Perusahaan Publik yang Dimhonkan Pernyataan Pailit

10. Peraturan Bapepam No. IX.D.3 yaitu tentang Pedoman mengenai Bentuk dan

Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Pada tahun 2000, BAPEPAM juga mengeluarkan Surat Edaran Ketua BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 tentang komite audit yang berisi himbauan

perlunya komite audit dimiliki oleh setiap emiten.85

Selain itu, dalam hal regulatory framework/kerangka regulasi terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan GCG dan reformasi hukum pada umumnya yaitu Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia, Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha, Undang– Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan perubahan Undang–Undang Nomor 20

85http://cgcgindonesia.org/.../PERKEMBANGAN%20GCG%20DI%20INDONESIA%20 short.ppt, hlm 24, diakses tanggal 8 Agustus 2010.


(1)

Maksum, Azhar., “Tinjauan Atas Good Corporate Governance di

Indonesia”, disampaikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Akutansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Gelanggang Mahasiswa Kampus USU, 17 Desember 2005.

Nasution, Bismar., ”Aspek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Disampaikan pada “Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia”, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru tanggal 23 Februari 2008.

Nasution, Bismar., Diktat Pasar Modal, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008.

Nasution, Bismar., “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan”, Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara.

Nuryana, Mu’ man., “Corporate Social Responsibility dan Kontribusi bagi

Pembangunan Berkelanjutan”, Makalah yang disampaikan pada Diklat Pekerja

Sosial Industri, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 5 Desember 2005.

Riady, James T., “Bisnis dan Teologi Reformed”, 50th Years Festschrift in

honor Stephen Tong, Jakarta : Reformed Center for Religion and Society STEMI,


(2)

Wallace, Perry E., “ Disclosure of Environmental Liabilities under the

Securuties Law: The Potential of Securities Market – Based Insentives for Pollution Control”, Washington and Law Review, (Vol. 50 : 1093, 1993).

Widjaja, Albert., “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years

Festschrift in honor Stephen Tong, Jakarta : Reformed Center for Religion and

Society STEMI, 2007.

III. SURAT KABAR DAN MAJALAH

Investor, No. 202/XII/April 2010. Investor, No. 208/XII/Oktober 2010. Kompas, 14 Juni 2010.

TIME, 3 May 2010.

Warta Ekonomi, No. 15/XXII/26 Juli-8 Agustus 2010. Warta Ekonomi, No. 16/XXII/9-22 Agustus 2010.

Warta Ekonomi, No. 17/XXII/23 Agustus-12 September 2010. Warta Ekonomi, No. 19/XXII/27 September -6 Oktober 2010. Warta Ekonomi, No. 21/XXII/25 Oktober 2010-4 November 2010.

IV. INTERNET


(3)

http://cgcgindonesia.org/.../PERKEMBANGAN%20GCG%20DI%20IND ONESIA%20short.ppt.Yogyakarta 1-3 Juli 2010, diakses tanggal 8 Agustus 2010.

September 2010.

Oktober 2010.

http:// ermanhukum.com/, diakes tanggal 15 Oktober 2010.

2010.

diakses tanggal 23 Juli 2010.

http://teguharifiyadi.blogspot.com/2009/08/memahami-makna-corporate-social, diakses tanggal 20 Juli 2010.


(4)

, diakses tanggal 14 Agustus 2010.

2010.

tanggal 24 September 2010.

Agustus 2009.

Januari 2011.

, diakses tanggal 28

Januari 2011.

V. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.


(5)

Peraturan Bapepam No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

Peraturan Bapepam No. IX.B.1. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik.

Peraturan Bapepam No. IX.C.2. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum.

Peraturan Bapepam No. IX.C.3 yaitu tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas dalam Rangka Penawaran Umum.

Peraturan Bapepam No. IX.D.3 yaitu tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Peraturan BAPEPAM No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

Peraturan Bapepam No.IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha dan Peleburan Perusahaan Publik dan Emiten.

Peraturan Bapepam No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

Peraturan Bapepam No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan RUPS. Peraturan Bapepam No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.


(6)

Peraturan Bapepam No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.