15
mengguakan kata ceples, pleg,kepleng-kepleng, den mas, priyagung, atau ngurushi untuk memberi warna kejawaan dalam puisinya.
7. Penggunaan register Register ialah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu
dalam masyarakat. Penggunaan register bisa menunjukkan dari mana penyair berasal. Darmanto Jatman menggunakan kata-kata status persen, wong lanang, hoong, setan
bekasan,kanioyo. 8. Penyimpangan historis
Penyimpangan historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaanya seperti dimaksudkan untuk
mempertinggi nilai estetik, misalnya kata-kata jenawai, bilur, lebuh, bonda, dewangga, ripuk, lilih, bahana, dan sebagainya.
9. Penyimpangan Grafologis Dalam menulis kata-kata, kalimat, larik baris, penyair sengaja melakukan
penyimpangan kaidah bahasa yang biasa berlaku. Penyimpangan system tulisan. Misalnya, tidak digunakannya huruf besar dan titik.
Perlu diketahui, tidak semua puisi memiliki sembilan penyimpangan di atas. Ada puisi yang hanya memiliki beberapa penyimpangan saja Siswanto, 2008:114.
c. Imaji
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga: imaji suara auditif, imaji pengelihatan visual, dan imaji raba atau sentuh imaji
16
taktil. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair. Imaji berhubungan erat dengan kata
kongkrit. Imaji suara misalnya tampak pada puisi “ rakyat “ karya Hartojo Andangdjaja. Rakyat
……………………………… Rakyat ialah kita
beragam suara dilangit tanah tercipta suara bangsi dirumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita suara boning mengambang di pendapa
suara kecak di muka rupa suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka Imaji yang terdapat pada puisi di atas dari baris pertama hingga baris terakhir
adalah imaji suara.Siswanto, 2008:118.
d. Kata kongkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Seperti yang diterangkan di atas bahwa kata kongkret berhubungan erat dengan imaji. Kata kongkret
adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata kongkret akan memungkinkan imaji muncul Siswanto, 2008:119. Menurut Situmorang 1974 : 21
yang dimaksud kata-kata yang kongkret ialah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tapi secara konotatif tidak sama menurut kondisi dan situasi pemakain kata-kata
senja, senyap, camar, bakau, teluk, benang raja, ubur, dalam sanjak Amir Hamzah diatas berdiri aku benar-benar merupakan kata-kata yang sesuai, kata-kata yang
kongkrit untuk memenuhi keinginan penyair melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu akan apa yang hendak dikemukakannya. Jadi penyair memilih kata-kata
17
kongkret untuk melukiskan atau mengatakan sesuatu itu dengan setepat-tepatnya, secermat-cermatnya dan sekongkrit-kongkritnya. Tak ada kata-kata lain yang setepat itu
dan sekongkrit itu untuk mengatakan atau melukiskan hal itu. Kata kongkret akan memungkinkan imaji muncul. Perhatikan puisi karya
Wahyudi S. dibawah ini.
Ikan
aku lihat ikan di akuarium tidak pernah tidur
lalu bagaimana ia mengitung hari dan kematian barangkali memang tidak perlu dirisaukannya
karena ia selalu berdzikir dengan mata dan siripnya pada puisi di atas, kata kongkret ditujukan oleh kata ikan, akuarium, mata, dan
sirip. Kata kongkret berhubungan dengan kiasan atau lambing, kata kongkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan
sikap. Kata kongkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan. Siswanto,2008
e. Bahasa Figuratif