MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH
MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH DRAMA
“NYONYA-NYONYA” KARYA WISRAN HADI
disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Kajian Drama Indonesia I
oleh Dra. Hj. Titik Maslikatin, M.Hum. dan Bambang Aris Kartika, S.S., M.A.
Oleh:
1. Ayu Budiarti (120110201062)
2. Mia Ratna Sari (120110201077)
3. Octa Margaretta (120110201090)
4. Anajilan Maulida (120110201091)
5. Istiqfariyanti Nur Afifa (120110201096)
6. Iyut Sri Wahyuni (120110201111)
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Analisis Struktural dalam Naskah Drama “NyonyaNyonya karya Wisran Hadi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Drama Indonesia I.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh Karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Kajian Drama Indonesia I
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
3. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 03 Maret 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA.................................................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah........................................................................................
1
1.2 Permasalahan........................................................................................................
3
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat ......................................................................
3
1.3.2 Tujuan Khusus/Tujuan .........................................................................
3
1.4 Tinjauan Pustaka..................................................................................................
3
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Judul .........................................................................................................
4
1.5.2 Wawancang dan Kramagung....................................................................
4
1.5.3 Babak dan Adegan....................................................................................
4
1.5.4 Tema..........................................................................................................
4
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan......................................................................
5
1.5.6 Konflik......................................................................................................
5
1.5.7 Alur...........................................................................................................
5
1.5.8 Latar..........................................................................................................
6
1.5.9 Teknik Dialog...........................................................................................
6
1.5.10 Tipe Drama..............................................................................................
6
BAB II ANALISIS
2.5.1 Judul..................................................................................................................
8
2.5.2 Wawancang dan Kramagung............................................................................
8
2.5.3 Babak dan Adegan............................................................................................
9
2.5.4 Tema..................................................................................................................
14
2.5.5 Penokohan dan Perwatakan...............................................................................
15
2.5.6 Konflik..............................................................................................................
17
2.5.7 Alur...................................................................................................................
19
2.5.8 Latar..................................................................................................................
22
2.5.9 Teknik Dialog....................................................................................................
25
3
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang memproyeksikan
kehidupan manusia dalam bentuk naskah dan ditampilkan dalam bentuk pementasan.
Drama berbeda dengan karya sastra prosa lainnya. Karena terdapat dua unsur yang
membangun drama berbeda dengan karya prosa yang lainnya. Dua unsur tersebut
ialah unsur naskah dan unsur pertunjukan. Menurut Maslikatin (2007:109) unsurunsur naskah drama sebagian besar sama dengan novel, namun karena bentuk fisik
dan karakter antara naskah drama dan novel berbeda maka secara fisik unsur-unsur
drama juga berbeda dengan cerita prosa yang lain (novel, novelet, dan cerpen).
Banyak para sastrawan atau budayawan yang gemar menulis naskah drama.
Salah satunya ialah budayawan yang bernama Wisran Hadi. Wisran Hadi merupakan
budayawan Indonesia asal Padang yang pernah mendapatkan penghargaan dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Sastrawan
terbaik Indonesia pada tahun 1991 dan tahun 2000. Hal yang menarik dari karyakaryanya ialah ia mampu menghidupkan dan mentransformasikan mitos dan nilainilai lama Minangkabau dan Melayu dalam bentuk seni yang baru.
Wisran Hadi termasuk dalam tokoh sastrawan angkatan 66. Ia merupakan
salah satu sastrawan yang konsisten berkarya hingga hari tuanya. Semasa hidupnya,
dia telah menulis sebanyak 16 macam cerita pendek (cerpen), 5 buah novel, dan
sebanyak 50 naskah drama pernah ia tulis. Naskah-naskah drama tersebut yaitu: Dua
Buah Segi Tiga (1972), Sumur Tua (1972), Gaung (1975), Putri Cendana (drama
anak-anak, 1975), Angsa-angsa bermahkota (drama anak-anak, 1975), Kejaran
Bungsa (drama anak-anak, 1975), Putri Mawar (drama anak-anak, 1975), Sajjah dan
adinda (drama remaja, 1975), Ehm (1975), Memuara ke Telaga (1976), Ring (1976),
Tetangga (1977), Sandi Ba Sandi (1977), Payung Kuning (1977), Simpang (1977),
Astaga (1977), Anggun Nan Tongga (1977), Cindua Mato (1977), Malin Kundang
(1978), Malin Deman (1978), Perguruan (1978), Putri Bungsu (1979), Tuanku Yayai
(1979), Imam Bonjol (1980), Terminal (operet, 1980), Kemerdekaan (1980), Baeram
(Kumpulan sandiwara: Baeram, Nilam sari, Nilonali, Sutan Pamenan, Sabai, dan
Isteri Kita, 1981), Pewaris (1981), Nurani (1981), Titian (1982), Perantau Pulau Puteri
(1982), Nyonya-nyonya (1982), Tuanku nan Renceh (1982), Sabai Nan Aluih (naskah
5
randai 1982), Paimbang Dunia (naskah randai, 1982), Makan Pajamba (naskah randai,
1983), Manjau Ari (naskah randai, 1984), Dara Jingga (1984), Penyebrangan (1984),
Senandung Semenanjung (1985), Jalan Lurus (1985), Drama Perjuangan (1985),
Teater Elektronik (1985), Kebun Tuan (1985), Ibu Suri (1988), Matri Lini (1988),
Salonsong (1988), Ceramah Alamiah (1988), Mandi Angin (1999), Empat Sandiwara
Orang Melayu (2000).
Dari sekian banyak naskah drama karya Wisran Hadi, penulis memilih naskah
drama yang berjudul “Nyonya-Nyonya (1982)”. Dari naskah drama tersebut, penulis
akan menggunakan kajian analisis objektif atau yang sering disebut dengan analisis
struktural. Menurut Nurgiyantoro (2005:37) Analisis struktural karya sastra, yang
dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat
mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara
bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
6
1.2 Permasalahan
Bagaimana keterkaitan antar unsur struktural dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat
Dengan adanya makalah analisis naskah drama ini, dapat menambah wawasan
serta pengetahuan kita akan bagaimana cara menganalisis sebuah karya prosa
dengan menggunakan analisis struktural.
1.3.2 Tujuan Khusus/ Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini, agar kita semua dapat mengetahui bagaimana
cara menganalisis
sebuah karya prosa dengan menggunakan analisis struktural.
1.4 Tinjauan Pustaka
Ada beberapa tulisan ataupun semacam jurnal yang pernah membahas tentang naskah
drama “Nyonya-nyonya”. Yaitu:
1. Dalam sebuah makalah yang di tulis oleh S.E. Peni Adji yang berjudul
“Representasi Perempuan dan Kapitalisme dalam drama Nyonya-nyonya karya
Wisran Hadi”.
Dalam analisis makalah tersebut, penulis menggunakan teori feminis sosialis.
Penulis membagi dua subbab dalam setiap representasi perempuan dan
kapitalisme tersebut. Yaitu yang pertama membahas tentang Opresi dan dan
Eksploitasi dalam Transaksi, dan yang kedua tentang Citra Diri dan Segmentasi
Perempuan.
2. Dalam Sebuah Jurnal Elektronik penulis skripsi Program Studi Sastra Indonesia
FBS Universitas Negeri Padang tahun 2012 oleh Muhammad Bunga Ashab.
Dengan judul “Materiaslistis dalam Naskah Drama Nyonya-nyonya karya Wisran
Hadi”.
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa naskah drama “Nyonya-nyonya” sebagai
karya sastra yang menggambarkan kondisi saat ini didalam masyarakat. Kondisi
masyarakat yang dimaksudkan adalah kondisi dimana yang terdapat banyak orang
mengalami kehidupan tentang keserakahan dan lemahnya jiwa. Dan masalah
seperti uang, tawar-menawar, dan untung-rugi banyak direpresentasikan dalam
dialog naskah drama “Nyonya-nyonya” karya Wisran Hadi tersebut.
7
1.5 Landasan Teori
1.5.1
Judul
Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Menurut Jones (dalam Maslikatin 2007:23) Judul
karangan dapat menunjukkan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, yaitu:
dapat menunjukkan tokoh utama, dapat menunjukkan alur atau waktu, dapat
menunjukkan
objek
yang
dikemukakan
dalam
suatu
cerita,
dapat
mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita, dan dapat mengandung beberapa
pengertian.
1.5.2
Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama
yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan
Wawancang dan Kramagung menurut Tambajong (dalam Maslikatin
2007:110) Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dicetak lepas yang harus
diucapkan oleh tokoh cerita. Sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang
harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction.
1.5.3 Babak dan Adegan
Babak dan adegan juga merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang
membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan antara babak dan
adegan menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak
merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang
terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa
yang terjadi pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari
babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan
oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh.
1.5.4
Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Tema
menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro 2005:67) adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005:82) membagi
tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. dan
makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema minor.
Menurut Esten (dalam Maslikatin 2007:25) untuk menentukan tema mayor ada
8
tiga cara yaitu: menentukan persoalan mana yang menonjol, menentukan
persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, menentukan
persoalan mana yang membutuhkan waktu penceritaan.
1.5.5
Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan
merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita
tersebut.
Sedangkan
perwatakan
merupakan
cara
pengarang
dalam
menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut.
Menurut Maslikatin (2007:25) tokoh merupakan unsur yang sangat penting
dalam karya sastra. Tanpa tokoh cerita, karya sastra (prosa tidak bisa berjalan,
karena tokohlah yang bertugas menyampaikan cerita (informasi/amanat)
kepada pembaca. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita, tokoh
dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra. Ia merupakan
tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun
yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh bawahan ialah tokoh yang
keberadaannya mendukung tokoh utama. (Nurgiyantoro, 2005:176).
1.5.6
Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya
sastra prosa. Menurut Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro 2005:122)
konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua
kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu
konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central
conflict. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dan segala
sesuatu di luar dirinya, bisa orang atau alam. Dari kedua konflik itu muncul
konflik sentral. Konflik sentral dapat berasal dari konflik internal, konflik
eksternal, atau perpaduan antara konfik internal dan eksternal.
1.5.7
Alur
Alur merupakan urutan kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita karya
sastra prosa. Menurut Maslikatin (2007:39) alur merupakan susunan cerita.
Setiap pengarang mempunyai cara untuk menyusun ceritanya. Dalam drama
alur memegang peranan penting. Karena naskah drama baru dianggap selesai
9
kalau sudah dipentaskan, maka alur cerita harus tergambar jelas di naskah dan
harus bisa dipentaskan. (Maslikatin, 2007:129).
1.5.8
Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan
oleh pengarang. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) Latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
waktu merupakan latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar
sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
(Nurgiyantoro, 2005:227-233).
1.5.9
Teknik Dialog
Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Maslikatin (2007:139) menyatakan dialog
merupakan bqgian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah
drama merupakan deretan-deretan dialog. Menurut Boulton (dalam Maslikatin,
2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the
technique of dialogue individuals: teknik dialog sendiri (monolog) dan the
technique of dialogue conversation: teknik percakapan, dialog antara tokoh
satu dan tokoh lain.
1.5.10 Tipe Drama
Tipe drama merupakan karakter atau sifat yang pengarang terapkan dalam
naskahnya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:141) membagi drama
menjadi 17 macam, yaitu (1) drama tragedi, (2) melodrama, (3) heroic play
(drama kepahlawanan), (4) problem play (drama problema), (5) comedy
(komedi), (6) comedy of errors (komedi kekeliruan atau kesalahan), (7)
comedy of manners (komedi bergaya aneh), (8) sentimental comedy (komedi
sentimental), (9) comedy of character/humor (komedi watak/humor), (10)
farce (lawak), (11) drama of ideas (drama ide), (12) didaktic play (drama
10
didaktik), (13) history play (drama sejarah), (14) drama tragedi-komedi, (15)
symbolic play (drama simbolik), (16) drama tari, dan (17) pantomime
(pantomim).
11
BAB II PEMBAHASAN
2.5.1
Judul
Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca.
Dari karya sastra bergenre drama yang penulis analisis, naskah drama yang
berjudul Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi, judul tersebut sangat jelas sekali
menunjukkan tokoh utamanya. Sehingga penulis menyimpulkan, judul dari
naskah drama tersebut menunjukkan tokoh utama yaitu Nyonya.
2.5.2
Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama
yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Wawancang
merupakan dialog atau ucapan yang harus diucapkan oleh tokoh. Sedangkan
kramagung merupakan petunjuk teknis yang harus dijalankan oleh tokoh.
Wawancang dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat wawancang, yaitu
bejumlah 618 wawancang.
Contoh data:
Tuan
: Maaf, Nyonya. Kalau ada taksi, saya akan segera angkat kaki.
Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian. Dengan
berbagai alasan, Tuan telah memaksaku menjual satu meter persegi
untuk tempat Tuan berdiri, dengan janji akan menjaga keperluankeperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku.
(hal.116)
Kramagung dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat kramagung, yaitu
berjumlah 114 kramagung.
Contoh data:
Nyonya
: (MEREBUT PISAU DI TANGAN PONAKAN A DAN
DENGAN CEPAT MENGHUNUSNYA) Serahkan uang itu
kembali!
Ponakan A : (KETAKUTAN) Ekormu... ekormu... tidak baik bagi kesehatan
suamimu.
(hal.138)
12
2.5.3
Babak dan Adegan
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak merupakan
bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di
suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi
pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari babak yang
batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang
dan perginya seorang atau lebih tokoh.
Babak dalam naskah drama nyonya-nyonya, terbagi dalam empat babak.
Yaitu:
a. Babak pertama terjadi di teras.
Data:
-
-
Nyonya
: (MEMATIKAN TAPE RECORDER DAN DATANG
DENGAN BERANG MENEMUI TUAN) Bagus sekali, Tuan! Bagus.
Tentu Tuan sudah menyusun alasan pula untuk dapat berdiri di teras
rumahku ini. Hari telah malam, taksi tidak ada yang lewat, ramalan TV
meleset, dan sebagainya, dan sebagainya! Apa kata orang-orang itu
nanti, kalau mereka melihat Tuan terus berdiri disini. Kalau disangka
Tuan sedang bermain drama ya... mungkin tidak apa-apa. Tapi, kalau
mereka menyangka Tuan sedang mengintai saya yang sedang berdanda
di kamar kan susah. Ekor persoalannya, Tuan. Ekornya. (hal.116)
Nyonya
: Tuan mengira teras rumahku ini halte bus! Tak useh,
ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri di situ! Pergi! Namauku tidak boleh
cacat di mata umum. Berapa kali harus kukatakan pada Tuan! Namaku,
namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli! (hal.117)
b. Babak kedua terjadi di ruang tamu.
Data:
-
Tuan
: Sangat tahu Nyonya. Tapi, kalau kursi ini dinamakan
kursi tamu tentu semua tamu berhak duduk disini. (hal.140)
Nyonya
: Apa? Tuan mau meminjam kursi ini? Membawanya
keluar? Tuan! Bila kursi ini tidak berada lagi di ruang tamu, namanya
bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan coba-coba mengubah nama
barang-barang yang berada di rumahku ini. (hal.142)
c. Babak ketiga terjadi di ruang makan
Data:
-
Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi
kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidak-tidaknya
ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163)
Tuan : (MARAH SEKALI DAN BERDIRI DI ATAS KURSI)
Nyonya ini bagaimana?! Saya sudah membeli kursi, Nyonya tahu,
sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya gunakan untuk kursi
makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya sebagai pemilik. Nyonya
13
jangan coba-coba mengusir seorang yang sedang berdiri di atas
miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke pengadilan, Nyonya!
(TURUN DARI KURSI)
Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf.
(DUDUK LAGI)
d. Babak keempat terjadi di dalam kamar.
Data:
-
-
Tuan
: Agar Nyonya tidak sangsi atau merasa tertipu
nantinya, biar saya tolong menghitungnya. (DUDUK DI ATAS
TEMPAT TIDUR MENGHITUNG UANG, TAPI MATANYA
TERPAKU PADA TUBUH NYONYA YANG SEDANG
BERDANDAN)
Romantis sekali kamar ini. Apa disebabkan warna sofa, atau karena
suasananya cukup sunyi? Ya... ya... di mana-mana kamar seorang
wanita cantik selalu menarik. (hal.171)
Nyonya
: Di kamarku, duduk atau berdiri itu urusanku. Tak
seorang pun dapat melarang. (hal.172)
Adegan dalam naskah darama Nyonya-nyonya
a. Adegan dalam babak pertama:
Adegan 1:
Saat terjadi tawar menawar bebrapa petak teras yang ingin di beli oleh
Tuan. Data:
Tuan
Nyonya
Tuan
(hal.123)
: Kan hanya empat buah marmer yang terpakai untuk saya
berdiri!
: Apa? Empat buah? Tanpa fondasi? Tanpa ada marmer
lainnya, keempat marmer yang Tuan injak itu tidak berharga
sama sekali.
: Berapa harga seluruh marmer dan fondasinya?
Adegan 2:
Ketika Ponakan A datang, terjadi adu argumen antara Nyonya dan
Ponakan A. Dimana Ponakan A menagih uang tanah pusaka kepada
Nyonya. Data:
Nyonya
: Jadi, kamu menganggap uang itu digunakan datukmu untuk
keperluanku?
Ponakan A: Kalau tidak, ke mana larinya uang sebanyak itu? beli mobil,
tidak. Pakaian mewah, tidak. Naik haji, belum! Kawin lagi,
juga tidak.
Nyonya : tanyakan saja pada datukmu.
(hal.130)
14
b. Adegan dalam babak kedua.
Adegan 1:
Tuan tawar menawar kursi makan dengan Nyonya. Data:
Tuan
Nyonya
Tuan
: Nyonya tidak mau menjualnya karena fungsinya atau karena
empuknya?
: Karena namanya. Mungkin saja ada kursi taman sejenis kursi
tamuku ini, tapi kursi taman bukan kursi tamu bukan?
: Apa Nyonya mau melepaskannya bila kubayar enam ratus
ribu?
(hal.144)
Adegan 2:
Ketika istri tiba-tiba datang dan marah-marah pada Tuan. Data:
Istri
: (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah
dingin gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang
cepat! Nyatanya parkir disini! Lalu, kau bilang, “Halo
sayang”. Bilang saja, “Halo babu!”, “Halo kucing dapur!”
Sudah beranak tujuh masih bilang sayang hah... ! Di rumah
orang lagi!
(hal.147)
Adegan 3:
Ponakan B dan C mendatangi rumah Nyonya. Data:
Ponakan B
Ponakan C
Ponakan B
: Ini rumahnya! Uh! Lebih mewah daripada rumah
kepala imigrasi!
: Baru lagi! Besar dan mewah.
: O, pantas! Uang pusaka kita dihabiskan Datuk untuk
membangun rumah ini!
(hal.151)
Adegan 4:
Nyonya datang dan Ponakan B dan Ponakan C merubah sikapnya, ketiga
tokoh saling beradu argumen. Data:
Ponakan C
Ponakan B
Nyonya
Ponakan B
: Kami punya bukti yang cukup.
: (MENGELUARKAN SELEMBAR KERTAS DARI
DALAM TASNYA). Ini. Bukti tertulis. Pengakuan
datuk kami.
: Jadi, dia mengakui? Apa yang diakuinya?
: (MEMBACA KERTAS ITU BERBISIK-BISIK)
Pokoknya, uang tanah pusaka lebih diserahkan pada
istrinya.
hal.155)
15
Adegan 5:
Ketika ponakan A tiba-tiba datang dengan membawa pisau mengancam
Nyonya dan lainnya. Data:
Nyonya
Ponakan C
Ponakan A
Nyonya
Ponakan A
Ponakan C
Ponakan A
: Nah, itu dia! Itu dia! Uang marmerku! Uang
marmerku!
: Kau mau apa kesini! Pergi! Pembagianmu sudah kau
terima sendiri, kan?
: Siapa yang bicara akan kubungkam.
: (MENANGIS) Uang marmerku. Uang marmerku.
: Bagianku mana!?!
: Bagian apa lagi?
: Kalaau tidak dibagi rata, tak seorang pun yang bisa
selamat keluar dari rumah ini.
(hal.160)
c. Adegan dalam babak ketiga.
Adegan 1:
Saat Tuan datang dengan tiba-tiba dan langsung menduduki kursi makan.
Data:
Tuan
Nyonya
(hal.163)
: Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi
kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidaktidaknya ada minum lah, atau makanan ringan.
:Tuan benar-benar seorang penjajah!
Adegan 2:
Ketika tiba-tiba ketiga ponakan masuk rumah.
Data:
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan A
(hal.168)
: Tidak ada orang! Sialan!
: (TERUS MERATAP) O... datukku. Datuk telah
malang. Dapat isteri, tapi... .
: Jangan terus meratap. Tidak ada orang!
d. Adegan dalam babak keempat
Adegan 1:
Ketika Nyonya berada di dalam kamar, lalu Tuan datang dan tiba-tiba
masuk.
Data:
Nyonya
Tuan
: Keterlaluan! Keluar!
: Maaf, Nyonya.
16
Nyonya : Ini kamarku, Tuan!
(hal.170)
Adegan 2:
Ketika ketiga Ponakan memasuki rumah dengan meratap.
Data:
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan C
: O, datukku. Datukku. Ini kemenakanmu. Ini.
Percayalah, Datuk. Istrimu tidak ada gunanya, tidak
ada artinya lagi... .
: O, datukku yang malang. Kau meninggal tanpa
didampingi istrimu. O, nasib Datuk, malang sepaling
malang... .
: O, Datuk. Kami hanya bisa meratap. Dengan ratapan,
kau ku antar ke kuburan... .
(hal.175)
Adegan 3:
Ketika Istri tiba-tiba datang. Data:
Istri
: Aku punya bukti cukup. Suamiku telah berbuat... ah malu
aku. Suamiku tentu berada di rumah ini. O, kekasih hatiku.
Pulanglah dikau. Kucing dapurmu datang memanggil... .
(hal.176)
Adegan 4:
Ketika Nyonya mempertahankan untuk berdiri. Data:
Tuan
: Nyonya, apa Nyonya kira tidak ada akibatnya kalau berdiri
terlalu lama? Lutut Nyonya bisa bengkak dan kecantikan
Nyonya akan berkurang. Apa gunanya wajah cantik, tapi
berlutut besar.
(hal.177)
Adegan 5:
Ketika para Ponakan dan Istri terkejut melihat Tuan dan Nyonya.
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan C
Istri
: Tuan!
: Tuan!
: O, kau sialan! Ekornya. Ekornya.
: (DATANG TERGESA) Suamiku! Suami! Suamiku,
suamiku, suami, suam, suam... . (TERGELETAK).
(PINGSAN MELIHAT TUAN BERPELUKAN
DENGAN NYONYA).
(hal.181)
17
2.5.4
Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Dalam
analisis ini, penulis menggunakan landasan teori dari Burhan Nurgiyantoro
(2005:82) yang membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor.
Tema mayor ialah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar
umum karya itu. dan makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut
sebagai tema minor.
Tema mayor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Orang-orang munafik yang saling menjaga nama baik
Data:
Tuan : Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baikk
Nyonya hancur atau...? (MENYERAHKAN UANG DENGAN
PAKSA)
Nyonya : (MENERIMA UANG DENGAN GUGUP) Ya Tuhan.
(MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, Tuan tidak akan
mengatakannya pada siapa pun juga, bukan?
(halaman 127, babak 1)
Ponakan C : Dengan uang ini, nama kita sebagai kemenakan akan
pulih kembali. Kita bayar semua ongkos rumah sakitnya!
Ponakan A : Ya. Dengan begitu, tidak ada seorang pun lagi yang
menuding kita. Kita harus buktikan bahwa sampai sekarang para
kemenakan masih setia dan hormat pada datuknya.
Ponakan B : Ya. Bila ongkos rumah sakit telah kita bayar, orangorang tidak lagi menuduh kita tidak tahu adat.
(halaman 161, babak 2)
Tema minor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya:
-
Ketidakharmonisan dalam keluarga
Data:
Nyonya
: Selama empat bulan lebih datukmu di rumah sakit, hanya
aku sendiri yang menjaga dan menanggung biaya obat-obatnya. Mahal.
Kamu tentu tidak akan pernah tahu berapa biaya obat-obatan untuk
menyembuhkan penyakit kanker lidah, bukan?
Ponakan A : Ternyata sekarang Datuk belum juga boleh bicara?
Nyonya
: Soal datukmu dapat bicara atau tidak, itu urusan lain.
Tapi, perlu kujelaskan padamu bahwa aku sebagai istrinya telah
berbuat. lebih dari segalanya. Kalau suamiku itu punya banyak
kemenakan, coba mana kemenakannya yang datang atau ikut
membantu biaya perawatannya? Tidak seorang pun! Hanya kamu
sendirilah yang datang, itu pun untuk urusan tentang uang tanah
pusakamu! Tapi benar juga, suamiku menganggap bahwa
18
-
kemenakannya yang banya itu hanya tahu pada hak tapi tidak pada
kewajiban. Sudah begitu besarnya pengorbananku, aku malah
dicurigai. Ekornya nanti. Ekor persoalan begini tidak baik.
(halaman 131-132, babak 1)
Istri : (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah dingin
gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang cepat! Nyatanya
parkir di sini! Lalu, kau bilang, “Halo sayang”. Bilang saja, “Halo
babu!”, “Halo kucing dapur!”. Sudah beranak tujuh masih bilang
sayang hah... ! Di rumah orang lagi!
Tuan : Sabar. Sabar, sayang. Kau harus mengerti bagaimana peliknya
dunia bisnis. Berkali-kali hal seperti ini kukatakan, tapi kau tidak
kunjung paham. Aku baru saja terlibat pertengkaran. Masa kursi begini
dikatakan harganya enam ratus ribu?
(halaman 147, babak 1)
Keserakahan terhadap harta dapat menimbulkan perselisihan.
Data:
Nyonya : (TERUS MENGHITUNG UANG, MENANGIS) Tidak.
Tidak. Aku tidak akan menjualnya. Nanti suamiku akan kehilangan
kursi. Ibuku akan jatuh pingsan karena tidak punya kursi lagi.
Tuan : Ingat, Nyonya. Pembatalan secara sepihak dalam
perdagangan bisa dituntut di pengadilan.
(halaman 146, babak 2)
Nyonya
: Aku? Aku? Serupiah pun aku tidak menerima uang itu.
Ponakan B : Tapi, rumah mewah ini? Dengan kursi-kursinya?
Nyonya
: Ibuku yang membelinya.
Nyonya
: Tidak mungkin.
(halaman 156, babak 2)
2.5.5
Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan
merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita
tersebut.
Sedangkan
perwatakan
merupakan
cara
pengarang
dalam
menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut.
Dalam Naskah Drama “Nyonya-nyonya” pengarang menentukan peran
masing-masing tokoh, berikut :
1. Nyonya
Seorang perempuan masih muda dan cantik yang mempunyai sifat
materialistis, ceroboh, serakah, munafik,dan penakut.
Data:
Nyonya : Ha? Gedung pertunjukan? Masa bodoh! Tapi kan
cukup mahal, Tuan! Terasnya dari marmer! Tuan tahu harga
tempat tuan berdiri saat ini? (halaman 123, babak 1)
19
Nyonya : Khusus teras, lima ratus ribu!
Tuan
: Lima ratus ribu? Bohong! Nyonya jangan terlalu
banyak mengambil keuntungan untuk rumah Nyonya sendiri.
(halaman 123, babak 1)
2. Tuan
Seorang pedagang barang antik yang tidak mempunyai sopan santun,
boros, munafik dan berani.
Data:
TUAN DATANG DAN LANGSUNG DUDUK DI KURSI.
DIA DUDUK DENGAN SANGAT ENAK. SEMENTARA
ITU, NYONYA DATANG TERENGAH-ENGAH. DIA
KESAL SEKALI KARENA TIDAK BERHASIL MENGEJAR
PONAKAN A. DIA TERKEJUT MELIHAT TUAN SUDAH
DUDUK
DI
RUANG
TAMU.
LALU,
SEMUA
KEKESALANNYA ITU DILAMPIASKAN KEPADA TUAN.
( halaman 139, babak 2)
Tuan : Jangan mengalihkan persoalan, Nyonya. Kalau Nyonya
tidak mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi
ke pengadilan sekarang juga! Nyonya akan saya tuntut telah
berbuat seenaknya terhadap konsumen. Nama Nyonya akan
jatuh. Nyonya akan di penjarakan! Bahkan, nama suami
Nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa
Nyonya mau risiko begitu? (halaman 125, babak 1)
Istri
: Semua orang pasti berusaha mempertahankannya.
Apalagi kursi seperti ini. (DUDUK) Empuk lagi. Berapa
harganya?
Tuan : Enam ratus ribu.
Istri : Berapa kau tawar?
Tuan : Kubayar tujuh ratus ribu.
(halaman 148, babak 2)
3. Ponakan A
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Nyonya
: Karenanya, kamu tidak berhak mencurigai harta
bendaku.
Ponakan A : Tapi, berhak mengetahui di mana uang tanah
pusaka itu disimpan datukku.
(halaman 131, babak 1)
Ponakan A : Aku tidak perlu uangmu, tapi uang penjualan
tanah pusaka.
Nyonya
: Apa pun namanya, ini tetap uang dan nilainya
sama. (MEMASUKKAN UANG KE DALAM TAS
PONAKAN A)
Ponakan A : (MEMBIARKAN TASNYA BEGITU SAJA)
Tidak mau!
20
Nyonya
: Ini. Lagi. (MEMASUKKAN LAGI SEJUMLAH
UANG KE DALAM TAS PONAKAN A)
Ponakan A : (MEMBIARKAN TASNYA BEGITU SAJA)
Tidak mau.
Nyonya
: Ini. Lagi.
Ponakan A
: Tidak mau.
Nyonya
: Ini. Lagi.
Ponakan A
: (MERASA MENANG DAN MERABARABA TASNYA)
(halaman 137, babak 1)
4. Ponakan B
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Ponakan B : Kalau uang masih berada di bank, harus segera
dikeluarkan.
(halaman 154, babak 2)
Ponakan B : Kalau tidak karena siasatku, belum tentu kita
berhasil.
(halaman 157, babak 2)
5. Ponakan C
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Ponakan C : Uang itu harus didapatkan!
(halaman 154, babak 2)
Nyonya
: Ini uangnya.
Ponakan C : Berapa?
Nyonya
: Tujuh ratus ribu.
Ponakan C : Hanya segini? (MENGAMBIL UANG ITU
DARI TANGAN NYONYA)
2.5.6
Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya
sastra prosa. Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi
tiga yaitu konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external
conflict), central conflict.
a. Konflik Eksternal
Dibagi menjadi dua, yaitu:
a.1. Konflik Fisik
Konflik manusia dengan alam. Data:
21
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan,
walaupun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya.
Sulitnya disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan
kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja
orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi
tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus
dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan
hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri
yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya,
mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret
dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan menunggununggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
a.2. Konflik Sosial
Konflik antara manusia dengan manusia
Data:
-
-
Tuan : Pergi? Kembali berdiri di pekarangan itu? Uh,
apa Nyonya kira saya ini satpam! Sejak kapan Nyonya
menggaji saya menjadi petugas keamanan rumah macam
begini!
Memang satu meter persegi dari pekarangan Nyonya telah
kubeli untuk aku dapat berdiri agar Nyonya tidak
seenaknya mengusirku, tapi kan tidak selamanya orang
harus konsekuen berdiri di atas miliknya sendiri, ya kan?
Nyonya : Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak.
Tuan : Nyonya jangan berprasangka yang bukan-bukan.
Dan lagi, apa hubungan nama baik Nyonya dengan saya.
Kalau sekiranya.. ini sekiranya, Nyonya, saya berada di
dalam rumah Nyonya, pantas Nyonya curiga.
(halaman 117, babak 1)
Nyonya
: Tutup mulutmu! Bagaimanapun juga, aku
istrinya. Tercinta dan terpercaya.
Ponakan A : Aku kemenakannya. Yang selalu setia
menjaga tanah pusaka!
Nyonya
: Baiklah. Lalu, kamu mau apa?
Ponakan A : Serahkan uang penjualan tanah pusaka kami.
Nyonya
: (JENGKEL SEKALI) Kemenakan suamiku
yang terhormat, tidak serupiah pun uangmu disimpan
disini!
Ponakan A : Pasti ada. Pasti! Sudah kutanyakan pada
dukun-dukun, dan dan jawabannya sama!
Nyonya
: Dukun? O, tidak. Tidak. Tidak ada disini!
Ponakan A : Pasti. Kalau tidak... .
(MENGELUARKAN PISAU DARI DALAM TAS DAN
MENGANCAM) Ini!
22
Nyonya
: (GUGUP SEKALI) Ekornya... ekornya tidak
baik. Namaku nanti hancur.
Ponakan A : Ekor kamu pun akan kutusuk! Aku tidak
segan-segan melakukannya biar di depan orang ramai
sekalipun!
Nyonya
: Ekornya... ekornya... simpanlah. Simpan.
(halaman 136, babak 1)
b. Konflik Internal
Dalam naskah drama yang penulis analisis kali ini, penulis tidak menemukan
adanya konflik internal dalam masing-masing tokoh.
2.5.7
Alur
Naskah drama Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi menggunakan alur maju.
Drama ini terdiri dari empat babak. Dari setiap babak ke babak berikutnya
merupakan kelanjutan cerita dari babak sebelumnya. Kejadian yang terjadi
pada babak kedua sebagai sebab-akibat dari kejadian di babak pertama, begitu
seterusnya.
Babak pertama “Di Teras”
Menceritakan Nyonya yang terganggu karena Tuan tidak juga pergi dari depan
tersanya. Nyonya takut nama baiknya akan tercemar karena Tuan tidak cepat
pergi dari depan rumahnya.
Dialog Nyonya:
Nyonya
: Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak.
Hingga Tuan membeli marmer tempatnya berdiri agar tidak
diusir oleh Nyonya. Marmer milik Nyonya terpaksa harus
dijual karena adanya tawar-menawar harga mermer dan
nyonya tidak bisa menolak menjual marmernya karena Tuan
akan mengadukan ke pengadilan yang dapat membuat nama
baiknya tercemar.
Dialog Tuan :
Tuan
Tuan
: Baiklah. Pembangunan rumah Nyonya ini memang tidak saya
ketahui secara persis biayanya. Nah, coba Nyonya jelaskan
berapa harga marmer, pemasangan, fondasi, atapnya, dan... .
....
: Jangan mengalihkan persoalan, Nyonya. Kalau Nyonya tidak
mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi ke
pengadilan sekarang juga! Nyonya kan saya tuntut telah berbuat
seenaknyaterhadap konsumen. Nama Nyonya akan jatuh.
23
Nyonya akan dipenjarakan! Bahkan, nama suami Nyonya
sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa Nyonya
mau risiko begitu?
Di babak pertama ini juga terdapat adegan dialog antara Nyonya dengan
Ponakan A. Pembicaraan mereka membahas warisan tanah pusaka yang dijual
Datuk suami Nyonya. Ponakan A menganggap bahwa uang hasil penjualan
tanah pusaka yang dijanjikan Datuknya akan dibagikan kepada ponakanponakannya ada pada Nyonya. Nyonya tidak mengakuinya hingga akhirnya
Ponakan A menodongkan pisau ke arah Nyonya. Nyonya pun terpaska
mengakui dan memberikan uang kepada Ponakan A karena takutnya nama
baiknya tercemar.
Dialog Ponakan A
Ponakan A
Ponakan A
: Datuk berjanji akan membagi-bagikan uang itu kepada kami.
Setelah setahun ditunggu, berita saja tidak... apalagi
pembagian uang. Tentu datukku telah menghabiskannya
sendiri.
...
: Pasti. Kalau tidak... .
(MENGELUARKAN PISAU DARI DALAM TAS DAN
MENGANCAM) Ini!
Babak kedua “di Ruang Tamu”
Menceritakan Nyonya yang terganggu lagi karena Tuan yang tiba-tiba duduk
di kursi ruang tamu. Terjadi tawar menawar kursi tamu, dengan alasan agar
Tuan segera pergi dari rumahnya karena masalah nama baik.
Dialog Tuan:
Tuan
: (MENENDANG KURSI) Masa kursi begini harganya sampai satu
juta! Gila apa! Paling mahal dua ratus ribu!
...
Tuan : Apa Nyonya mau melepasnya bila kubayar enam ratus ribu?
Disini uang hasil penjualan kursi tamu diberikan pada Ponakan B dan
Ponakan C karena Nyonya tidak ingin nama baiknya tercemar.
Dialog Ponakan B
Ponakan B
: Apakah uang itu ada, dan berada di mana.
Dialog Nyonya
24
Nyonya
Nyonya
Nyonya
: (MENJERIT SEKUAT-KUATNYA)
Aaaiiii! Ya ampun. Bagaimana ini? Kalian akan mengadukan
aku ke pengadilan? Ekornya. Ekor persoalan ini tidak baik.
Ya, ampun. Jadi kedatangan kalian berdua hanya untuk itu?
bukan untuk melihat Datukmu yang lagi sakit? Apa kalian
tega mengadukan istri Datukmu sendiri ke pengadilan?
...
: Pengadilan? Ya ampun? Namaku… ekornya….
(KETAKUTAN) Baik. Baiklah. Ya, ya… aku ikut mengakui
sesuai dengan pengakuan suamiku. Ya, ya uang itu ada di sini.
Biar kuambil (LARI KE DALAM)
...
: Ini uangnya.
Babak ketiga “di Ruang Makan”
Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu dengan ulah Tuan yang duduk
dengan enak di atas kursi makan. Terjadi jual beli kursi makan, dengan alasan
yang tetap sama yaitu agar Tuan segera pergi dari Ruang makan dan nama
baik Nyonya tidak tercemar.
Dialog Nyonya
Nyonya
Nyonya
Nyonya
: Tuan, haruskah aku menjual kursi yang Tuan duduki itu agar
Tuan tidak lagi di situ?
...
: Tuan mau beli kursi itu atau tidak?
...
: Kalau Tuan tidak mau membelinya, pergi!
Dialog Tuan
Tuan
Tuan
Tuan
Tuan
: Jadi, saya dipaksa untuk membeli kursi Nyonya?
...
: Baik. Berapa?
...
: Itu bukan alasan perdagangan, Nyonya. Kalau mau mengusir
saya, kan ada polisi. Tapi ekornya Nyonya, ekornya. Polisi akan
menyeret kita ke pengadilan. Nyonya tidak ingin merusak nama
Nyonya sendiri, bukan? Coba Nyonya, apa alas an Nyonya
yang tepat?
...
: Jadi, harganya tetap seratus ribu,kan?
Babak keempat “di Dalam Kamar”
25
Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu karena ulah Tuan yang tibatiba masuk dalam kamar Nyonya. Nyonya menjual tempat tidurnya hingga
lutut Nyonya pun akan dijual juga.
Dialog
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
2.5.8
:Segala sesuatunya Tuan hubungkan dengan fungsi. Apa Tuan
akan menyeretku lagi agar menjual tempat tidur itu?
: Tidak hanya tempat tidur, Nyonya
: Tidak hanya tempat tidur? Tempat dudukku ini juga Tuan
beli? Tidak bisa, Tuan! Tidak bisa.
: Dalam perdagangan semuanya bisa terjadi, Nyonya. Asal ada
persetujuan. Kalau Nyonya mau menjualnya, ini misalnya saja
Nyonya seharga tujuh ratus dua puluh lima ribu dan saya pun
setuju membayarnya maka apa yang Nyonya katakan tidakn
bisa akan menjadi bisa
:Apa sebenarnya yang Tuan inginkan?
: Hanya mengikuti kecendurngan saya sebagai pedagang.
Membeli segala sesuatu yang mungkin dibeli dan
memungkinkan memperoleh sedikit keuntungan
: Bila kujual kursiku ini dan tempat tidur itu, nanti Tuan tentu
akan membeli yang lain lagi
: Tergantung pada peluang yang Nyonya sediakan. Tapi hari ini
tidak, Nyonya. Jika Nyonya mau menjual kursi dan tempat tidur
Nyonya, itulah usaha bisnis terakhir saya hari ini
: Terakhir?
: Ya. Tidak percaya? Tanya istri saya
: Baik, agar Tuan segera angkat kaki dari kamar ini, kursi dan
tempat tidur itu akan kujual sebagaimana yang Tuan inginkan.
Berapa?
...
: Tuan, bagaimana caranya agar Tuan tidak memegangi kakiku
lagi?
: Sebagaimana siasat Nyonya selama ini
: Jadi, Tuan juga akan membeli tumitku
: Daripada darah Nyonya naik ke kepala!?
: Baik, bila Tuan telah menyerahkan uangnya segera lepaskan
kakiku
: Ya, Nyonya
Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan
oleh pengarang. Nurgiyantoro membagi unsur latar ke dalam tiga unsur pokok,
yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.
a. Latar Tempat
26
Merupakan penggambaran “lokasi” terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra.
Dalam drama Nyonya-nyonya karya Wisran Hadi ini, penggambaran latar
banyak terjadi di berbagai tempat.
1) Di Teras ( Perdebatan antara Tuan dengan nyonya tentang barang
antik ) data:
Nyonya : Tuan mengira terus rumahku ini halte bus ! Tak useh,
ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri disitu! Pergi! Namaku tidak boleh
cacat dimata umum. Berapa kali harus kukatakan pada tuan!
Namaku, namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli !
Tuan
: Tenggang rasa sedikit, Nyonya. Saya hanya sebentar
saja. (hal.117)
2) Di Ruang Tamu.
Data:
- Tuan
: Sangat tahu Nyonya. Tapi, kalau kursi ini
dinamakan kursi tamu tentu semua tamu berhak duduk disini.
(hal.140)
- Nyonya
: Apa? Tuan mau meminjam kursi ini?
Membawanya keluar? Tuan! Bila kursi ini tidak berada lagi di
ruang tamu, namanya bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan cobacoba mengubah nama barang-barang yang berada di rumahku ini.
(hal.142)
3) Di Ruang Makan.
Data:
- Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka
fungsi kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan.
Setidak-tidaknya ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163)
- Tuan : (MARAH SEKALI DAN BERDIRI DI ATAS
KURSI) Nyonya ini bagaimana?! Saya sudah membeli kursi,
Nyonya tahu, sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya
gunakan untuk kursi makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya
sebagai pemilik. Nyonya jangan coba-coba mengusir seorang yang
sedang berdiri di atas miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke
pengadilan, Nyonya!
(TURUN DARI KURSI)
Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf.
(DUDUK LAGI)
4) Di Dalam Kamar ( modus Tuan untuk mendapatkan tempat tidur
Nyonya ). Data:
Nyonya
Tuan
: Keterlaluan! Keluar !
: Maaf Nyonya.
27
Nyonya : ini kamarku, Tuan!
Tuan
: ya, Nyonya!
(hal.170)
b. Latar Waktu
Merupakan penggambaran “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra.
Latar waktu dalam naskah drama Nyonya-nyonya:
1) Sore hari. Data:
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun
televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya
disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisikondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja orangorang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tidak
ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus
dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan
hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri
yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi
saya, mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderetderet dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan
menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
2) Malam hari. Data:
Tuan : Hari sudah malam. Taksi belum ada yang lewat. Kalau saya
berdiri di halaman, pasti orang akan mengatakan saya ini penjaga
rumah Nyonya. Apalagi saya mengidap penyakit malaria. (hal.121)
c. Latar sosial
Merupakan penggambaran “kehidupan sosial” dalam sebuah karya sastra.
Latar sosial dalam naskah drama Nyonya-nyonya merupakan
penggambaran kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Dimana ada
penyebutan “datuk” yang berarti bapak dari orang tua kita, kakek.
Data:
Ponakan A : Diam kamu! Datukku itu seorang bangsawan, tahu!
Kamu mau dikawininya karena kamu ingin bersuamikan seorang
bangsawan. Uh! Apa kamu kira seorang bangsawan harus
membayar kamar seorang gundik? (hal.135)
Nyonya
: Kejam atau tidak, yang penting aku harus menjaga
nama baikku. Coba Tuan pikir. Ibukku sedang tidak ada di rumah.
Suamiku sedang dirawat di rumah sakit. Bila seorang istri sendirian
lalu didatangi lelaki, Tuan tentu tahu ekaornya, bukan? (hal.118)
28
2.5.9
Teknik Dialog
Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin,
2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the
technique of dialogue individuals, dan the technique of dialogue conversation.
Teknik dialog dalam naskah drama Nyonya-nyonya ini banyak menggunakan
the technique of dialogue conversation atau teknik percakapan. Teknik dialog
monolog hanya ada pada babak pertama ketika Tuan berdialog sendiri.
Data yang menunjukkan teknik dialog monolog:
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun televisi
setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya disini, mereka
meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang
jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam
sejak senja, taksi tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus dilindungi dari
bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkahnya
pedagang barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka
datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagiberbisik mengunjingkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi
yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
Data yang menunjukkan the technique of dialogue conversation atau teknik
percakapan:
1. Dialog antara tokoh nyonya dengan tuan.
Seperti dalam data :
Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian.Dengan
berbagai alasan,Tuan telah memaksaku menjual satu meter
persegi untuk tempat Tuan berdiri,dengan janji akan menjaga
keperluan-keperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku.
Tuan : Nyonya boleh marah,tapi dalam keadaan seperti sekarang tidak
baik.Bagaimanapun marahnya nyonya,mengingat kondisikondisi tertentu kemarahan itu harus ditunda dulu.Bila keadaan
sudah normal,barulah nyonya boleh menyesuaikan marah
nyonya dengan keadaan itu.(hal.116)
2. Dialog antara tokoh nyonya dengan keponakan A.
29
Seperti dalam data :
Nyonya
: Kenapa datang tergesa? Kamu dari rumah sakit? Apa
datukmu memerlukan sesuatu? Apa dokter mengatakan
datukmu akan dioperasi? Katakan cepat.Saya cemas sekali
dengan kedatanganmu yang tiba-tiba begini.
Ponakan A : Aku tergesa karena memerlukan sesuatu.(hal.129)
30
BAB III KESIMPULAN
Naskah
drama
memiliki
unsur-unsur
instrinsik.Tema,penokohan
dan
perwatakan,alur,latar,dan konflik adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama.Unsurunsur tersebut dapat saling berhubungan dan memiliki keterkaitan ketika dikaji dengan
analisis struktural.
Tokoh-tokoh dengan segala perwatakannya dalam naskah drama nyonya-nyonya ini
yang menyebabkan terjadinya konflik dalam drama,baik konflik antartokoh maupun konflik
dengan alam sekitar.Tokoh utama terlibat langsung dengan keseluruhan cerita dalam naskah
drama ini.Tokoh utama menyebabkan terjadinya tema mayor atau tema utama dan tema
minor atau makna tambahan yang pada tema minor ini tokoh bawahan juga berperan
penting.Latar yang menjadi tempat terjadinya peristiwa adalah tempat para tokoh berada
dalam drama tersebut.
Dari analisis yang telah penulis lakukan, sudah sangat jelas nampak pada bab 2 diatas.
Jikalau ada unsur keterkaitan antara satu unsur instrinsik yang satu dengan lainnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wisran_Hadi, (diakses pada tanggal 1 Maret 2014).
Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Grasindo, 2005. 5 Naskah Drama. Jakarta: PT Grasindo.
32
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS
Seorang Tuan pedagang barang antik sedang berdiri di teras depan rumah seorang
Nyonya sambil menggerutu sendiri. Nyonya tersebut mengomel karena Tuan berdiri
di terasnya. Ia khawatir keberadaan Tuan di teras rumahnya akan menimbulkan
pandangan negatif dari masyarakat. Ia juga mengusir Tuan agar lekas pergi dari teras
rumahnya. Tuan mengelak kekhawatiran Nyonya dengan mengemukakan banyak
alasan. Akhirnya Tuan membeli empat buah marmer tempat dia berdiri agar ia bisa
bebas berdiri di sana tanpa didesak-desak untuk pergi oleh Nyonya. Kemudian
Ponakan A—keponakan suami Nyonya—datang menagih uang hasil penjualan tanah
pusaka. Tanah pusaka milik keluarga mereka telah diserahkan kepada Datuk, suami
Nyonya, untuk dijual, namun uang hasil penjualannya tidak dibagi-bagikan kepada
keponkan-keponakannya. Karena itu Ponakan A menuntut bagi hasil. Ia juga
mencurigai Nyonya me
“NYONYA-NYONYA” KARYA WISRAN HADI
disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Kajian Drama Indonesia I
oleh Dra. Hj. Titik Maslikatin, M.Hum. dan Bambang Aris Kartika, S.S., M.A.
Oleh:
1. Ayu Budiarti (120110201062)
2. Mia Ratna Sari (120110201077)
3. Octa Margaretta (120110201090)
4. Anajilan Maulida (120110201091)
5. Istiqfariyanti Nur Afifa (120110201096)
6. Iyut Sri Wahyuni (120110201111)
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Analisis Struktural dalam Naskah Drama “NyonyaNyonya karya Wisran Hadi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Drama Indonesia I.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh Karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Kajian Drama Indonesia I
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
3. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 03 Maret 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA.................................................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah........................................................................................
1
1.2 Permasalahan........................................................................................................
3
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat ......................................................................
3
1.3.2 Tujuan Khusus/Tujuan .........................................................................
3
1.4 Tinjauan Pustaka..................................................................................................
3
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Judul .........................................................................................................
4
1.5.2 Wawancang dan Kramagung....................................................................
4
1.5.3 Babak dan Adegan....................................................................................
4
1.5.4 Tema..........................................................................................................
4
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan......................................................................
5
1.5.6 Konflik......................................................................................................
5
1.5.7 Alur...........................................................................................................
5
1.5.8 Latar..........................................................................................................
6
1.5.9 Teknik Dialog...........................................................................................
6
1.5.10 Tipe Drama..............................................................................................
6
BAB II ANALISIS
2.5.1 Judul..................................................................................................................
8
2.5.2 Wawancang dan Kramagung............................................................................
8
2.5.3 Babak dan Adegan............................................................................................
9
2.5.4 Tema..................................................................................................................
14
2.5.5 Penokohan dan Perwatakan...............................................................................
15
2.5.6 Konflik..............................................................................................................
17
2.5.7 Alur...................................................................................................................
19
2.5.8 Latar..................................................................................................................
22
2.5.9 Teknik Dialog....................................................................................................
25
3
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang memproyeksikan
kehidupan manusia dalam bentuk naskah dan ditampilkan dalam bentuk pementasan.
Drama berbeda dengan karya sastra prosa lainnya. Karena terdapat dua unsur yang
membangun drama berbeda dengan karya prosa yang lainnya. Dua unsur tersebut
ialah unsur naskah dan unsur pertunjukan. Menurut Maslikatin (2007:109) unsurunsur naskah drama sebagian besar sama dengan novel, namun karena bentuk fisik
dan karakter antara naskah drama dan novel berbeda maka secara fisik unsur-unsur
drama juga berbeda dengan cerita prosa yang lain (novel, novelet, dan cerpen).
Banyak para sastrawan atau budayawan yang gemar menulis naskah drama.
Salah satunya ialah budayawan yang bernama Wisran Hadi. Wisran Hadi merupakan
budayawan Indonesia asal Padang yang pernah mendapatkan penghargaan dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Sastrawan
terbaik Indonesia pada tahun 1991 dan tahun 2000. Hal yang menarik dari karyakaryanya ialah ia mampu menghidupkan dan mentransformasikan mitos dan nilainilai lama Minangkabau dan Melayu dalam bentuk seni yang baru.
Wisran Hadi termasuk dalam tokoh sastrawan angkatan 66. Ia merupakan
salah satu sastrawan yang konsisten berkarya hingga hari tuanya. Semasa hidupnya,
dia telah menulis sebanyak 16 macam cerita pendek (cerpen), 5 buah novel, dan
sebanyak 50 naskah drama pernah ia tulis. Naskah-naskah drama tersebut yaitu: Dua
Buah Segi Tiga (1972), Sumur Tua (1972), Gaung (1975), Putri Cendana (drama
anak-anak, 1975), Angsa-angsa bermahkota (drama anak-anak, 1975), Kejaran
Bungsa (drama anak-anak, 1975), Putri Mawar (drama anak-anak, 1975), Sajjah dan
adinda (drama remaja, 1975), Ehm (1975), Memuara ke Telaga (1976), Ring (1976),
Tetangga (1977), Sandi Ba Sandi (1977), Payung Kuning (1977), Simpang (1977),
Astaga (1977), Anggun Nan Tongga (1977), Cindua Mato (1977), Malin Kundang
(1978), Malin Deman (1978), Perguruan (1978), Putri Bungsu (1979), Tuanku Yayai
(1979), Imam Bonjol (1980), Terminal (operet, 1980), Kemerdekaan (1980), Baeram
(Kumpulan sandiwara: Baeram, Nilam sari, Nilonali, Sutan Pamenan, Sabai, dan
Isteri Kita, 1981), Pewaris (1981), Nurani (1981), Titian (1982), Perantau Pulau Puteri
(1982), Nyonya-nyonya (1982), Tuanku nan Renceh (1982), Sabai Nan Aluih (naskah
5
randai 1982), Paimbang Dunia (naskah randai, 1982), Makan Pajamba (naskah randai,
1983), Manjau Ari (naskah randai, 1984), Dara Jingga (1984), Penyebrangan (1984),
Senandung Semenanjung (1985), Jalan Lurus (1985), Drama Perjuangan (1985),
Teater Elektronik (1985), Kebun Tuan (1985), Ibu Suri (1988), Matri Lini (1988),
Salonsong (1988), Ceramah Alamiah (1988), Mandi Angin (1999), Empat Sandiwara
Orang Melayu (2000).
Dari sekian banyak naskah drama karya Wisran Hadi, penulis memilih naskah
drama yang berjudul “Nyonya-Nyonya (1982)”. Dari naskah drama tersebut, penulis
akan menggunakan kajian analisis objektif atau yang sering disebut dengan analisis
struktural. Menurut Nurgiyantoro (2005:37) Analisis struktural karya sastra, yang
dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat
mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara
bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
6
1.2 Permasalahan
Bagaimana keterkaitan antar unsur struktural dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat
Dengan adanya makalah analisis naskah drama ini, dapat menambah wawasan
serta pengetahuan kita akan bagaimana cara menganalisis sebuah karya prosa
dengan menggunakan analisis struktural.
1.3.2 Tujuan Khusus/ Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini, agar kita semua dapat mengetahui bagaimana
cara menganalisis
sebuah karya prosa dengan menggunakan analisis struktural.
1.4 Tinjauan Pustaka
Ada beberapa tulisan ataupun semacam jurnal yang pernah membahas tentang naskah
drama “Nyonya-nyonya”. Yaitu:
1. Dalam sebuah makalah yang di tulis oleh S.E. Peni Adji yang berjudul
“Representasi Perempuan dan Kapitalisme dalam drama Nyonya-nyonya karya
Wisran Hadi”.
Dalam analisis makalah tersebut, penulis menggunakan teori feminis sosialis.
Penulis membagi dua subbab dalam setiap representasi perempuan dan
kapitalisme tersebut. Yaitu yang pertama membahas tentang Opresi dan dan
Eksploitasi dalam Transaksi, dan yang kedua tentang Citra Diri dan Segmentasi
Perempuan.
2. Dalam Sebuah Jurnal Elektronik penulis skripsi Program Studi Sastra Indonesia
FBS Universitas Negeri Padang tahun 2012 oleh Muhammad Bunga Ashab.
Dengan judul “Materiaslistis dalam Naskah Drama Nyonya-nyonya karya Wisran
Hadi”.
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa naskah drama “Nyonya-nyonya” sebagai
karya sastra yang menggambarkan kondisi saat ini didalam masyarakat. Kondisi
masyarakat yang dimaksudkan adalah kondisi dimana yang terdapat banyak orang
mengalami kehidupan tentang keserakahan dan lemahnya jiwa. Dan masalah
seperti uang, tawar-menawar, dan untung-rugi banyak direpresentasikan dalam
dialog naskah drama “Nyonya-nyonya” karya Wisran Hadi tersebut.
7
1.5 Landasan Teori
1.5.1
Judul
Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Menurut Jones (dalam Maslikatin 2007:23) Judul
karangan dapat menunjukkan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, yaitu:
dapat menunjukkan tokoh utama, dapat menunjukkan alur atau waktu, dapat
menunjukkan
objek
yang
dikemukakan
dalam
suatu
cerita,
dapat
mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita, dan dapat mengandung beberapa
pengertian.
1.5.2
Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama
yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan
Wawancang dan Kramagung menurut Tambajong (dalam Maslikatin
2007:110) Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dicetak lepas yang harus
diucapkan oleh tokoh cerita. Sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang
harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction.
1.5.3 Babak dan Adegan
Babak dan adegan juga merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang
membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan antara babak dan
adegan menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak
merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang
terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa
yang terjadi pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari
babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan
oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh.
1.5.4
Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Tema
menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro 2005:67) adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005:82) membagi
tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. dan
makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema minor.
Menurut Esten (dalam Maslikatin 2007:25) untuk menentukan tema mayor ada
8
tiga cara yaitu: menentukan persoalan mana yang menonjol, menentukan
persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, menentukan
persoalan mana yang membutuhkan waktu penceritaan.
1.5.5
Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan
merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita
tersebut.
Sedangkan
perwatakan
merupakan
cara
pengarang
dalam
menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut.
Menurut Maslikatin (2007:25) tokoh merupakan unsur yang sangat penting
dalam karya sastra. Tanpa tokoh cerita, karya sastra (prosa tidak bisa berjalan,
karena tokohlah yang bertugas menyampaikan cerita (informasi/amanat)
kepada pembaca. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita, tokoh
dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra. Ia merupakan
tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun
yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh bawahan ialah tokoh yang
keberadaannya mendukung tokoh utama. (Nurgiyantoro, 2005:176).
1.5.6
Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya
sastra prosa. Menurut Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro 2005:122)
konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua
kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu
konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central
conflict. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dan segala
sesuatu di luar dirinya, bisa orang atau alam. Dari kedua konflik itu muncul
konflik sentral. Konflik sentral dapat berasal dari konflik internal, konflik
eksternal, atau perpaduan antara konfik internal dan eksternal.
1.5.7
Alur
Alur merupakan urutan kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita karya
sastra prosa. Menurut Maslikatin (2007:39) alur merupakan susunan cerita.
Setiap pengarang mempunyai cara untuk menyusun ceritanya. Dalam drama
alur memegang peranan penting. Karena naskah drama baru dianggap selesai
9
kalau sudah dipentaskan, maka alur cerita harus tergambar jelas di naskah dan
harus bisa dipentaskan. (Maslikatin, 2007:129).
1.5.8
Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan
oleh pengarang. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) Latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
waktu merupakan latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar
sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
(Nurgiyantoro, 2005:227-233).
1.5.9
Teknik Dialog
Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Maslikatin (2007:139) menyatakan dialog
merupakan bqgian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah
drama merupakan deretan-deretan dialog. Menurut Boulton (dalam Maslikatin,
2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the
technique of dialogue individuals: teknik dialog sendiri (monolog) dan the
technique of dialogue conversation: teknik percakapan, dialog antara tokoh
satu dan tokoh lain.
1.5.10 Tipe Drama
Tipe drama merupakan karakter atau sifat yang pengarang terapkan dalam
naskahnya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:141) membagi drama
menjadi 17 macam, yaitu (1) drama tragedi, (2) melodrama, (3) heroic play
(drama kepahlawanan), (4) problem play (drama problema), (5) comedy
(komedi), (6) comedy of errors (komedi kekeliruan atau kesalahan), (7)
comedy of manners (komedi bergaya aneh), (8) sentimental comedy (komedi
sentimental), (9) comedy of character/humor (komedi watak/humor), (10)
farce (lawak), (11) drama of ideas (drama ide), (12) didaktic play (drama
10
didaktik), (13) history play (drama sejarah), (14) drama tragedi-komedi, (15)
symbolic play (drama simbolik), (16) drama tari, dan (17) pantomime
(pantomim).
11
BAB II PEMBAHASAN
2.5.1
Judul
Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca.
Dari karya sastra bergenre drama yang penulis analisis, naskah drama yang
berjudul Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi, judul tersebut sangat jelas sekali
menunjukkan tokoh utamanya. Sehingga penulis menyimpulkan, judul dari
naskah drama tersebut menunjukkan tokoh utama yaitu Nyonya.
2.5.2
Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama
yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Wawancang
merupakan dialog atau ucapan yang harus diucapkan oleh tokoh. Sedangkan
kramagung merupakan petunjuk teknis yang harus dijalankan oleh tokoh.
Wawancang dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat wawancang, yaitu
bejumlah 618 wawancang.
Contoh data:
Tuan
: Maaf, Nyonya. Kalau ada taksi, saya akan segera angkat kaki.
Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian. Dengan
berbagai alasan, Tuan telah memaksaku menjual satu meter persegi
untuk tempat Tuan berdiri, dengan janji akan menjaga keperluankeperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku.
(hal.116)
Kramagung dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat kramagung, yaitu
berjumlah 114 kramagung.
Contoh data:
Nyonya
: (MEREBUT PISAU DI TANGAN PONAKAN A DAN
DENGAN CEPAT MENGHUNUSNYA) Serahkan uang itu
kembali!
Ponakan A : (KETAKUTAN) Ekormu... ekormu... tidak baik bagi kesehatan
suamimu.
(hal.138)
12
2.5.3
Babak dan Adegan
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak merupakan
bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di
suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi
pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari babak yang
batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang
dan perginya seorang atau lebih tokoh.
Babak dalam naskah drama nyonya-nyonya, terbagi dalam empat babak.
Yaitu:
a. Babak pertama terjadi di teras.
Data:
-
-
Nyonya
: (MEMATIKAN TAPE RECORDER DAN DATANG
DENGAN BERANG MENEMUI TUAN) Bagus sekali, Tuan! Bagus.
Tentu Tuan sudah menyusun alasan pula untuk dapat berdiri di teras
rumahku ini. Hari telah malam, taksi tidak ada yang lewat, ramalan TV
meleset, dan sebagainya, dan sebagainya! Apa kata orang-orang itu
nanti, kalau mereka melihat Tuan terus berdiri disini. Kalau disangka
Tuan sedang bermain drama ya... mungkin tidak apa-apa. Tapi, kalau
mereka menyangka Tuan sedang mengintai saya yang sedang berdanda
di kamar kan susah. Ekor persoalannya, Tuan. Ekornya. (hal.116)
Nyonya
: Tuan mengira teras rumahku ini halte bus! Tak useh,
ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri di situ! Pergi! Namauku tidak boleh
cacat di mata umum. Berapa kali harus kukatakan pada Tuan! Namaku,
namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli! (hal.117)
b. Babak kedua terjadi di ruang tamu.
Data:
-
Tuan
: Sangat tahu Nyonya. Tapi, kalau kursi ini dinamakan
kursi tamu tentu semua tamu berhak duduk disini. (hal.140)
Nyonya
: Apa? Tuan mau meminjam kursi ini? Membawanya
keluar? Tuan! Bila kursi ini tidak berada lagi di ruang tamu, namanya
bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan coba-coba mengubah nama
barang-barang yang berada di rumahku ini. (hal.142)
c. Babak ketiga terjadi di ruang makan
Data:
-
Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi
kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidak-tidaknya
ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163)
Tuan : (MARAH SEKALI DAN BERDIRI DI ATAS KURSI)
Nyonya ini bagaimana?! Saya sudah membeli kursi, Nyonya tahu,
sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya gunakan untuk kursi
makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya sebagai pemilik. Nyonya
13
jangan coba-coba mengusir seorang yang sedang berdiri di atas
miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke pengadilan, Nyonya!
(TURUN DARI KURSI)
Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf.
(DUDUK LAGI)
d. Babak keempat terjadi di dalam kamar.
Data:
-
-
Tuan
: Agar Nyonya tidak sangsi atau merasa tertipu
nantinya, biar saya tolong menghitungnya. (DUDUK DI ATAS
TEMPAT TIDUR MENGHITUNG UANG, TAPI MATANYA
TERPAKU PADA TUBUH NYONYA YANG SEDANG
BERDANDAN)
Romantis sekali kamar ini. Apa disebabkan warna sofa, atau karena
suasananya cukup sunyi? Ya... ya... di mana-mana kamar seorang
wanita cantik selalu menarik. (hal.171)
Nyonya
: Di kamarku, duduk atau berdiri itu urusanku. Tak
seorang pun dapat melarang. (hal.172)
Adegan dalam naskah darama Nyonya-nyonya
a. Adegan dalam babak pertama:
Adegan 1:
Saat terjadi tawar menawar bebrapa petak teras yang ingin di beli oleh
Tuan. Data:
Tuan
Nyonya
Tuan
(hal.123)
: Kan hanya empat buah marmer yang terpakai untuk saya
berdiri!
: Apa? Empat buah? Tanpa fondasi? Tanpa ada marmer
lainnya, keempat marmer yang Tuan injak itu tidak berharga
sama sekali.
: Berapa harga seluruh marmer dan fondasinya?
Adegan 2:
Ketika Ponakan A datang, terjadi adu argumen antara Nyonya dan
Ponakan A. Dimana Ponakan A menagih uang tanah pusaka kepada
Nyonya. Data:
Nyonya
: Jadi, kamu menganggap uang itu digunakan datukmu untuk
keperluanku?
Ponakan A: Kalau tidak, ke mana larinya uang sebanyak itu? beli mobil,
tidak. Pakaian mewah, tidak. Naik haji, belum! Kawin lagi,
juga tidak.
Nyonya : tanyakan saja pada datukmu.
(hal.130)
14
b. Adegan dalam babak kedua.
Adegan 1:
Tuan tawar menawar kursi makan dengan Nyonya. Data:
Tuan
Nyonya
Tuan
: Nyonya tidak mau menjualnya karena fungsinya atau karena
empuknya?
: Karena namanya. Mungkin saja ada kursi taman sejenis kursi
tamuku ini, tapi kursi taman bukan kursi tamu bukan?
: Apa Nyonya mau melepaskannya bila kubayar enam ratus
ribu?
(hal.144)
Adegan 2:
Ketika istri tiba-tiba datang dan marah-marah pada Tuan. Data:
Istri
: (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah
dingin gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang
cepat! Nyatanya parkir disini! Lalu, kau bilang, “Halo
sayang”. Bilang saja, “Halo babu!”, “Halo kucing dapur!”
Sudah beranak tujuh masih bilang sayang hah... ! Di rumah
orang lagi!
(hal.147)
Adegan 3:
Ponakan B dan C mendatangi rumah Nyonya. Data:
Ponakan B
Ponakan C
Ponakan B
: Ini rumahnya! Uh! Lebih mewah daripada rumah
kepala imigrasi!
: Baru lagi! Besar dan mewah.
: O, pantas! Uang pusaka kita dihabiskan Datuk untuk
membangun rumah ini!
(hal.151)
Adegan 4:
Nyonya datang dan Ponakan B dan Ponakan C merubah sikapnya, ketiga
tokoh saling beradu argumen. Data:
Ponakan C
Ponakan B
Nyonya
Ponakan B
: Kami punya bukti yang cukup.
: (MENGELUARKAN SELEMBAR KERTAS DARI
DALAM TASNYA). Ini. Bukti tertulis. Pengakuan
datuk kami.
: Jadi, dia mengakui? Apa yang diakuinya?
: (MEMBACA KERTAS ITU BERBISIK-BISIK)
Pokoknya, uang tanah pusaka lebih diserahkan pada
istrinya.
hal.155)
15
Adegan 5:
Ketika ponakan A tiba-tiba datang dengan membawa pisau mengancam
Nyonya dan lainnya. Data:
Nyonya
Ponakan C
Ponakan A
Nyonya
Ponakan A
Ponakan C
Ponakan A
: Nah, itu dia! Itu dia! Uang marmerku! Uang
marmerku!
: Kau mau apa kesini! Pergi! Pembagianmu sudah kau
terima sendiri, kan?
: Siapa yang bicara akan kubungkam.
: (MENANGIS) Uang marmerku. Uang marmerku.
: Bagianku mana!?!
: Bagian apa lagi?
: Kalaau tidak dibagi rata, tak seorang pun yang bisa
selamat keluar dari rumah ini.
(hal.160)
c. Adegan dalam babak ketiga.
Adegan 1:
Saat Tuan datang dengan tiba-tiba dan langsung menduduki kursi makan.
Data:
Tuan
Nyonya
(hal.163)
: Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi
kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidaktidaknya ada minum lah, atau makanan ringan.
:Tuan benar-benar seorang penjajah!
Adegan 2:
Ketika tiba-tiba ketiga ponakan masuk rumah.
Data:
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan A
(hal.168)
: Tidak ada orang! Sialan!
: (TERUS MERATAP) O... datukku. Datuk telah
malang. Dapat isteri, tapi... .
: Jangan terus meratap. Tidak ada orang!
d. Adegan dalam babak keempat
Adegan 1:
Ketika Nyonya berada di dalam kamar, lalu Tuan datang dan tiba-tiba
masuk.
Data:
Nyonya
Tuan
: Keterlaluan! Keluar!
: Maaf, Nyonya.
16
Nyonya : Ini kamarku, Tuan!
(hal.170)
Adegan 2:
Ketika ketiga Ponakan memasuki rumah dengan meratap.
Data:
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan C
: O, datukku. Datukku. Ini kemenakanmu. Ini.
Percayalah, Datuk. Istrimu tidak ada gunanya, tidak
ada artinya lagi... .
: O, datukku yang malang. Kau meninggal tanpa
didampingi istrimu. O, nasib Datuk, malang sepaling
malang... .
: O, Datuk. Kami hanya bisa meratap. Dengan ratapan,
kau ku antar ke kuburan... .
(hal.175)
Adegan 3:
Ketika Istri tiba-tiba datang. Data:
Istri
: Aku punya bukti cukup. Suamiku telah berbuat... ah malu
aku. Suamiku tentu berada di rumah ini. O, kekasih hatiku.
Pulanglah dikau. Kucing dapurmu datang memanggil... .
(hal.176)
Adegan 4:
Ketika Nyonya mempertahankan untuk berdiri. Data:
Tuan
: Nyonya, apa Nyonya kira tidak ada akibatnya kalau berdiri
terlalu lama? Lutut Nyonya bisa bengkak dan kecantikan
Nyonya akan berkurang. Apa gunanya wajah cantik, tapi
berlutut besar.
(hal.177)
Adegan 5:
Ketika para Ponakan dan Istri terkejut melihat Tuan dan Nyonya.
Ponakan A
Ponakan B
Ponakan C
Istri
: Tuan!
: Tuan!
: O, kau sialan! Ekornya. Ekornya.
: (DATANG TERGESA) Suamiku! Suami! Suamiku,
suamiku, suami, suam, suam... . (TERGELETAK).
(PINGSAN MELIHAT TUAN BERPELUKAN
DENGAN NYONYA).
(hal.181)
17
2.5.4
Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Dalam
analisis ini, penulis menggunakan landasan teori dari Burhan Nurgiyantoro
(2005:82) yang membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor.
Tema mayor ialah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar
umum karya itu. dan makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut
sebagai tema minor.
Tema mayor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:
Orang-orang munafik yang saling menjaga nama baik
Data:
Tuan : Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baikk
Nyonya hancur atau...? (MENYERAHKAN UANG DENGAN
PAKSA)
Nyonya : (MENERIMA UANG DENGAN GUGUP) Ya Tuhan.
(MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, Tuan tidak akan
mengatakannya pada siapa pun juga, bukan?
(halaman 127, babak 1)
Ponakan C : Dengan uang ini, nama kita sebagai kemenakan akan
pulih kembali. Kita bayar semua ongkos rumah sakitnya!
Ponakan A : Ya. Dengan begitu, tidak ada seorang pun lagi yang
menuding kita. Kita harus buktikan bahwa sampai sekarang para
kemenakan masih setia dan hormat pada datuknya.
Ponakan B : Ya. Bila ongkos rumah sakit telah kita bayar, orangorang tidak lagi menuduh kita tidak tahu adat.
(halaman 161, babak 2)
Tema minor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya:
-
Ketidakharmonisan dalam keluarga
Data:
Nyonya
: Selama empat bulan lebih datukmu di rumah sakit, hanya
aku sendiri yang menjaga dan menanggung biaya obat-obatnya. Mahal.
Kamu tentu tidak akan pernah tahu berapa biaya obat-obatan untuk
menyembuhkan penyakit kanker lidah, bukan?
Ponakan A : Ternyata sekarang Datuk belum juga boleh bicara?
Nyonya
: Soal datukmu dapat bicara atau tidak, itu urusan lain.
Tapi, perlu kujelaskan padamu bahwa aku sebagai istrinya telah
berbuat. lebih dari segalanya. Kalau suamiku itu punya banyak
kemenakan, coba mana kemenakannya yang datang atau ikut
membantu biaya perawatannya? Tidak seorang pun! Hanya kamu
sendirilah yang datang, itu pun untuk urusan tentang uang tanah
pusakamu! Tapi benar juga, suamiku menganggap bahwa
18
-
kemenakannya yang banya itu hanya tahu pada hak tapi tidak pada
kewajiban. Sudah begitu besarnya pengorbananku, aku malah
dicurigai. Ekornya nanti. Ekor persoalan begini tidak baik.
(halaman 131-132, babak 1)
Istri : (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah dingin
gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang cepat! Nyatanya
parkir di sini! Lalu, kau bilang, “Halo sayang”. Bilang saja, “Halo
babu!”, “Halo kucing dapur!”. Sudah beranak tujuh masih bilang
sayang hah... ! Di rumah orang lagi!
Tuan : Sabar. Sabar, sayang. Kau harus mengerti bagaimana peliknya
dunia bisnis. Berkali-kali hal seperti ini kukatakan, tapi kau tidak
kunjung paham. Aku baru saja terlibat pertengkaran. Masa kursi begini
dikatakan harganya enam ratus ribu?
(halaman 147, babak 1)
Keserakahan terhadap harta dapat menimbulkan perselisihan.
Data:
Nyonya : (TERUS MENGHITUNG UANG, MENANGIS) Tidak.
Tidak. Aku tidak akan menjualnya. Nanti suamiku akan kehilangan
kursi. Ibuku akan jatuh pingsan karena tidak punya kursi lagi.
Tuan : Ingat, Nyonya. Pembatalan secara sepihak dalam
perdagangan bisa dituntut di pengadilan.
(halaman 146, babak 2)
Nyonya
: Aku? Aku? Serupiah pun aku tidak menerima uang itu.
Ponakan B : Tapi, rumah mewah ini? Dengan kursi-kursinya?
Nyonya
: Ibuku yang membelinya.
Nyonya
: Tidak mungkin.
(halaman 156, babak 2)
2.5.5
Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan
merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita
tersebut.
Sedangkan
perwatakan
merupakan
cara
pengarang
dalam
menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut.
Dalam Naskah Drama “Nyonya-nyonya” pengarang menentukan peran
masing-masing tokoh, berikut :
1. Nyonya
Seorang perempuan masih muda dan cantik yang mempunyai sifat
materialistis, ceroboh, serakah, munafik,dan penakut.
Data:
Nyonya : Ha? Gedung pertunjukan? Masa bodoh! Tapi kan
cukup mahal, Tuan! Terasnya dari marmer! Tuan tahu harga
tempat tuan berdiri saat ini? (halaman 123, babak 1)
19
Nyonya : Khusus teras, lima ratus ribu!
Tuan
: Lima ratus ribu? Bohong! Nyonya jangan terlalu
banyak mengambil keuntungan untuk rumah Nyonya sendiri.
(halaman 123, babak 1)
2. Tuan
Seorang pedagang barang antik yang tidak mempunyai sopan santun,
boros, munafik dan berani.
Data:
TUAN DATANG DAN LANGSUNG DUDUK DI KURSI.
DIA DUDUK DENGAN SANGAT ENAK. SEMENTARA
ITU, NYONYA DATANG TERENGAH-ENGAH. DIA
KESAL SEKALI KARENA TIDAK BERHASIL MENGEJAR
PONAKAN A. DIA TERKEJUT MELIHAT TUAN SUDAH
DUDUK
DI
RUANG
TAMU.
LALU,
SEMUA
KEKESALANNYA ITU DILAMPIASKAN KEPADA TUAN.
( halaman 139, babak 2)
Tuan : Jangan mengalihkan persoalan, Nyonya. Kalau Nyonya
tidak mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi
ke pengadilan sekarang juga! Nyonya akan saya tuntut telah
berbuat seenaknya terhadap konsumen. Nama Nyonya akan
jatuh. Nyonya akan di penjarakan! Bahkan, nama suami
Nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa
Nyonya mau risiko begitu? (halaman 125, babak 1)
Istri
: Semua orang pasti berusaha mempertahankannya.
Apalagi kursi seperti ini. (DUDUK) Empuk lagi. Berapa
harganya?
Tuan : Enam ratus ribu.
Istri : Berapa kau tawar?
Tuan : Kubayar tujuh ratus ribu.
(halaman 148, babak 2)
3. Ponakan A
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Nyonya
: Karenanya, kamu tidak berhak mencurigai harta
bendaku.
Ponakan A : Tapi, berhak mengetahui di mana uang tanah
pusaka itu disimpan datukku.
(halaman 131, babak 1)
Ponakan A : Aku tidak perlu uangmu, tapi uang penjualan
tanah pusaka.
Nyonya
: Apa pun namanya, ini tetap uang dan nilainya
sama. (MEMASUKKAN UANG KE DALAM TAS
PONAKAN A)
Ponakan A : (MEMBIARKAN TASNYA BEGITU SAJA)
Tidak mau!
20
Nyonya
: Ini. Lagi. (MEMASUKKAN LAGI SEJUMLAH
UANG KE DALAM TAS PONAKAN A)
Ponakan A : (MEMBIARKAN TASNYA BEGITU SAJA)
Tidak mau.
Nyonya
: Ini. Lagi.
Ponakan A
: Tidak mau.
Nyonya
: Ini. Lagi.
Ponakan A
: (MERASA MENANG DAN MERABARABA TASNYA)
(halaman 137, babak 1)
4. Ponakan B
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Ponakan B : Kalau uang masih berada di bank, harus segera
dikeluarkan.
(halaman 154, babak 2)
Ponakan B : Kalau tidak karena siasatku, belum tentu kita
berhasil.
(halaman 157, babak 2)
5. Ponakan C
Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik.
Data:
Ponakan C : Uang itu harus didapatkan!
(halaman 154, babak 2)
Nyonya
: Ini uangnya.
Ponakan C : Berapa?
Nyonya
: Tujuh ratus ribu.
Ponakan C : Hanya segini? (MENGAMBIL UANG ITU
DARI TANGAN NYONYA)
2.5.6
Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya
sastra prosa. Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi
tiga yaitu konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external
conflict), central conflict.
a. Konflik Eksternal
Dibagi menjadi dua, yaitu:
a.1. Konflik Fisik
Konflik manusia dengan alam. Data:
21
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan,
walaupun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya.
Sulitnya disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan
kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja
orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi
tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus
dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan
hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri
yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya,
mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret
dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan menunggununggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
a.2. Konflik Sosial
Konflik antara manusia dengan manusia
Data:
-
-
Tuan : Pergi? Kembali berdiri di pekarangan itu? Uh,
apa Nyonya kira saya ini satpam! Sejak kapan Nyonya
menggaji saya menjadi petugas keamanan rumah macam
begini!
Memang satu meter persegi dari pekarangan Nyonya telah
kubeli untuk aku dapat berdiri agar Nyonya tidak
seenaknya mengusirku, tapi kan tidak selamanya orang
harus konsekuen berdiri di atas miliknya sendiri, ya kan?
Nyonya : Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak.
Tuan : Nyonya jangan berprasangka yang bukan-bukan.
Dan lagi, apa hubungan nama baik Nyonya dengan saya.
Kalau sekiranya.. ini sekiranya, Nyonya, saya berada di
dalam rumah Nyonya, pantas Nyonya curiga.
(halaman 117, babak 1)
Nyonya
: Tutup mulutmu! Bagaimanapun juga, aku
istrinya. Tercinta dan terpercaya.
Ponakan A : Aku kemenakannya. Yang selalu setia
menjaga tanah pusaka!
Nyonya
: Baiklah. Lalu, kamu mau apa?
Ponakan A : Serahkan uang penjualan tanah pusaka kami.
Nyonya
: (JENGKEL SEKALI) Kemenakan suamiku
yang terhormat, tidak serupiah pun uangmu disimpan
disini!
Ponakan A : Pasti ada. Pasti! Sudah kutanyakan pada
dukun-dukun, dan dan jawabannya sama!
Nyonya
: Dukun? O, tidak. Tidak. Tidak ada disini!
Ponakan A : Pasti. Kalau tidak... .
(MENGELUARKAN PISAU DARI DALAM TAS DAN
MENGANCAM) Ini!
22
Nyonya
: (GUGUP SEKALI) Ekornya... ekornya tidak
baik. Namaku nanti hancur.
Ponakan A : Ekor kamu pun akan kutusuk! Aku tidak
segan-segan melakukannya biar di depan orang ramai
sekalipun!
Nyonya
: Ekornya... ekornya... simpanlah. Simpan.
(halaman 136, babak 1)
b. Konflik Internal
Dalam naskah drama yang penulis analisis kali ini, penulis tidak menemukan
adanya konflik internal dalam masing-masing tokoh.
2.5.7
Alur
Naskah drama Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi menggunakan alur maju.
Drama ini terdiri dari empat babak. Dari setiap babak ke babak berikutnya
merupakan kelanjutan cerita dari babak sebelumnya. Kejadian yang terjadi
pada babak kedua sebagai sebab-akibat dari kejadian di babak pertama, begitu
seterusnya.
Babak pertama “Di Teras”
Menceritakan Nyonya yang terganggu karena Tuan tidak juga pergi dari depan
tersanya. Nyonya takut nama baiknya akan tercemar karena Tuan tidak cepat
pergi dari depan rumahnya.
Dialog Nyonya:
Nyonya
: Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak.
Hingga Tuan membeli marmer tempatnya berdiri agar tidak
diusir oleh Nyonya. Marmer milik Nyonya terpaksa harus
dijual karena adanya tawar-menawar harga mermer dan
nyonya tidak bisa menolak menjual marmernya karena Tuan
akan mengadukan ke pengadilan yang dapat membuat nama
baiknya tercemar.
Dialog Tuan :
Tuan
Tuan
: Baiklah. Pembangunan rumah Nyonya ini memang tidak saya
ketahui secara persis biayanya. Nah, coba Nyonya jelaskan
berapa harga marmer, pemasangan, fondasi, atapnya, dan... .
....
: Jangan mengalihkan persoalan, Nyonya. Kalau Nyonya tidak
mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi ke
pengadilan sekarang juga! Nyonya kan saya tuntut telah berbuat
seenaknyaterhadap konsumen. Nama Nyonya akan jatuh.
23
Nyonya akan dipenjarakan! Bahkan, nama suami Nyonya
sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa Nyonya
mau risiko begitu?
Di babak pertama ini juga terdapat adegan dialog antara Nyonya dengan
Ponakan A. Pembicaraan mereka membahas warisan tanah pusaka yang dijual
Datuk suami Nyonya. Ponakan A menganggap bahwa uang hasil penjualan
tanah pusaka yang dijanjikan Datuknya akan dibagikan kepada ponakanponakannya ada pada Nyonya. Nyonya tidak mengakuinya hingga akhirnya
Ponakan A menodongkan pisau ke arah Nyonya. Nyonya pun terpaska
mengakui dan memberikan uang kepada Ponakan A karena takutnya nama
baiknya tercemar.
Dialog Ponakan A
Ponakan A
Ponakan A
: Datuk berjanji akan membagi-bagikan uang itu kepada kami.
Setelah setahun ditunggu, berita saja tidak... apalagi
pembagian uang. Tentu datukku telah menghabiskannya
sendiri.
...
: Pasti. Kalau tidak... .
(MENGELUARKAN PISAU DARI DALAM TAS DAN
MENGANCAM) Ini!
Babak kedua “di Ruang Tamu”
Menceritakan Nyonya yang terganggu lagi karena Tuan yang tiba-tiba duduk
di kursi ruang tamu. Terjadi tawar menawar kursi tamu, dengan alasan agar
Tuan segera pergi dari rumahnya karena masalah nama baik.
Dialog Tuan:
Tuan
: (MENENDANG KURSI) Masa kursi begini harganya sampai satu
juta! Gila apa! Paling mahal dua ratus ribu!
...
Tuan : Apa Nyonya mau melepasnya bila kubayar enam ratus ribu?
Disini uang hasil penjualan kursi tamu diberikan pada Ponakan B dan
Ponakan C karena Nyonya tidak ingin nama baiknya tercemar.
Dialog Ponakan B
Ponakan B
: Apakah uang itu ada, dan berada di mana.
Dialog Nyonya
24
Nyonya
Nyonya
Nyonya
: (MENJERIT SEKUAT-KUATNYA)
Aaaiiii! Ya ampun. Bagaimana ini? Kalian akan mengadukan
aku ke pengadilan? Ekornya. Ekor persoalan ini tidak baik.
Ya, ampun. Jadi kedatangan kalian berdua hanya untuk itu?
bukan untuk melihat Datukmu yang lagi sakit? Apa kalian
tega mengadukan istri Datukmu sendiri ke pengadilan?
...
: Pengadilan? Ya ampun? Namaku… ekornya….
(KETAKUTAN) Baik. Baiklah. Ya, ya… aku ikut mengakui
sesuai dengan pengakuan suamiku. Ya, ya uang itu ada di sini.
Biar kuambil (LARI KE DALAM)
...
: Ini uangnya.
Babak ketiga “di Ruang Makan”
Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu dengan ulah Tuan yang duduk
dengan enak di atas kursi makan. Terjadi jual beli kursi makan, dengan alasan
yang tetap sama yaitu agar Tuan segera pergi dari Ruang makan dan nama
baik Nyonya tidak tercemar.
Dialog Nyonya
Nyonya
Nyonya
Nyonya
: Tuan, haruskah aku menjual kursi yang Tuan duduki itu agar
Tuan tidak lagi di situ?
...
: Tuan mau beli kursi itu atau tidak?
...
: Kalau Tuan tidak mau membelinya, pergi!
Dialog Tuan
Tuan
Tuan
Tuan
Tuan
: Jadi, saya dipaksa untuk membeli kursi Nyonya?
...
: Baik. Berapa?
...
: Itu bukan alasan perdagangan, Nyonya. Kalau mau mengusir
saya, kan ada polisi. Tapi ekornya Nyonya, ekornya. Polisi akan
menyeret kita ke pengadilan. Nyonya tidak ingin merusak nama
Nyonya sendiri, bukan? Coba Nyonya, apa alas an Nyonya
yang tepat?
...
: Jadi, harganya tetap seratus ribu,kan?
Babak keempat “di Dalam Kamar”
25
Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu karena ulah Tuan yang tibatiba masuk dalam kamar Nyonya. Nyonya menjual tempat tidurnya hingga
lutut Nyonya pun akan dijual juga.
Dialog
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
Nyonya
Tuan
2.5.8
:Segala sesuatunya Tuan hubungkan dengan fungsi. Apa Tuan
akan menyeretku lagi agar menjual tempat tidur itu?
: Tidak hanya tempat tidur, Nyonya
: Tidak hanya tempat tidur? Tempat dudukku ini juga Tuan
beli? Tidak bisa, Tuan! Tidak bisa.
: Dalam perdagangan semuanya bisa terjadi, Nyonya. Asal ada
persetujuan. Kalau Nyonya mau menjualnya, ini misalnya saja
Nyonya seharga tujuh ratus dua puluh lima ribu dan saya pun
setuju membayarnya maka apa yang Nyonya katakan tidakn
bisa akan menjadi bisa
:Apa sebenarnya yang Tuan inginkan?
: Hanya mengikuti kecendurngan saya sebagai pedagang.
Membeli segala sesuatu yang mungkin dibeli dan
memungkinkan memperoleh sedikit keuntungan
: Bila kujual kursiku ini dan tempat tidur itu, nanti Tuan tentu
akan membeli yang lain lagi
: Tergantung pada peluang yang Nyonya sediakan. Tapi hari ini
tidak, Nyonya. Jika Nyonya mau menjual kursi dan tempat tidur
Nyonya, itulah usaha bisnis terakhir saya hari ini
: Terakhir?
: Ya. Tidak percaya? Tanya istri saya
: Baik, agar Tuan segera angkat kaki dari kamar ini, kursi dan
tempat tidur itu akan kujual sebagaimana yang Tuan inginkan.
Berapa?
...
: Tuan, bagaimana caranya agar Tuan tidak memegangi kakiku
lagi?
: Sebagaimana siasat Nyonya selama ini
: Jadi, Tuan juga akan membeli tumitku
: Daripada darah Nyonya naik ke kepala!?
: Baik, bila Tuan telah menyerahkan uangnya segera lepaskan
kakiku
: Ya, Nyonya
Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan
oleh pengarang. Nurgiyantoro membagi unsur latar ke dalam tiga unsur pokok,
yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.
a. Latar Tempat
26
Merupakan penggambaran “lokasi” terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra.
Dalam drama Nyonya-nyonya karya Wisran Hadi ini, penggambaran latar
banyak terjadi di berbagai tempat.
1) Di Teras ( Perdebatan antara Tuan dengan nyonya tentang barang
antik ) data:
Nyonya : Tuan mengira terus rumahku ini halte bus ! Tak useh,
ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri disitu! Pergi! Namaku tidak boleh
cacat dimata umum. Berapa kali harus kukatakan pada tuan!
Namaku, namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli !
Tuan
: Tenggang rasa sedikit, Nyonya. Saya hanya sebentar
saja. (hal.117)
2) Di Ruang Tamu.
Data:
- Tuan
: Sangat tahu Nyonya. Tapi, kalau kursi ini
dinamakan kursi tamu tentu semua tamu berhak duduk disini.
(hal.140)
- Nyonya
: Apa? Tuan mau meminjam kursi ini?
Membawanya keluar? Tuan! Bila kursi ini tidak berada lagi di
ruang tamu, namanya bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan cobacoba mengubah nama barang-barang yang berada di rumahku ini.
(hal.142)
3) Di Ruang Makan.
Data:
- Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka
fungsi kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan.
Setidak-tidaknya ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163)
- Tuan : (MARAH SEKALI DAN BERDIRI DI ATAS
KURSI) Nyonya ini bagaimana?! Saya sudah membeli kursi,
Nyonya tahu, sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya
gunakan untuk kursi makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya
sebagai pemilik. Nyonya jangan coba-coba mengusir seorang yang
sedang berdiri di atas miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke
pengadilan, Nyonya!
(TURUN DARI KURSI)
Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf.
(DUDUK LAGI)
4) Di Dalam Kamar ( modus Tuan untuk mendapatkan tempat tidur
Nyonya ). Data:
Nyonya
Tuan
: Keterlaluan! Keluar !
: Maaf Nyonya.
27
Nyonya : ini kamarku, Tuan!
Tuan
: ya, Nyonya!
(hal.170)
b. Latar Waktu
Merupakan penggambaran “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah
karya sastra.
Latar waktu dalam naskah drama Nyonya-nyonya:
1) Sore hari. Data:
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun
televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya
disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisikondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja orangorang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tidak
ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus
dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan
hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri
yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi
saya, mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderetderet dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan
menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
2) Malam hari. Data:
Tuan : Hari sudah malam. Taksi belum ada yang lewat. Kalau saya
berdiri di halaman, pasti orang akan mengatakan saya ini penjaga
rumah Nyonya. Apalagi saya mengidap penyakit malaria. (hal.121)
c. Latar sosial
Merupakan penggambaran “kehidupan sosial” dalam sebuah karya sastra.
Latar sosial dalam naskah drama Nyonya-nyonya merupakan
penggambaran kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Dimana ada
penyebutan “datuk” yang berarti bapak dari orang tua kita, kakek.
Data:
Ponakan A : Diam kamu! Datukku itu seorang bangsawan, tahu!
Kamu mau dikawininya karena kamu ingin bersuamikan seorang
bangsawan. Uh! Apa kamu kira seorang bangsawan harus
membayar kamar seorang gundik? (hal.135)
Nyonya
: Kejam atau tidak, yang penting aku harus menjaga
nama baikku. Coba Tuan pikir. Ibukku sedang tidak ada di rumah.
Suamiku sedang dirawat di rumah sakit. Bila seorang istri sendirian
lalu didatangi lelaki, Tuan tentu tahu ekaornya, bukan? (hal.118)
28
2.5.9
Teknik Dialog
Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin,
2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the
technique of dialogue individuals, dan the technique of dialogue conversation.
Teknik dialog dalam naskah drama Nyonya-nyonya ini banyak menggunakan
the technique of dialogue conversation atau teknik percakapan. Teknik dialog
monolog hanya ada pada babak pertama ketika Tuan berdialog sendiri.
Data yang menunjukkan teknik dialog monolog:
Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun televisi
setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya disini, mereka
meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang
jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam
sejak senja, taksi tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus dilindungi dari
bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkahnya
pedagang barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka
datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagiberbisik mengunjingkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi
yang akan saya lakukan.
(halaman 115, babak 1)
Data yang menunjukkan the technique of dialogue conversation atau teknik
percakapan:
1. Dialog antara tokoh nyonya dengan tuan.
Seperti dalam data :
Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian.Dengan
berbagai alasan,Tuan telah memaksaku menjual satu meter
persegi untuk tempat Tuan berdiri,dengan janji akan menjaga
keperluan-keperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku.
Tuan : Nyonya boleh marah,tapi dalam keadaan seperti sekarang tidak
baik.Bagaimanapun marahnya nyonya,mengingat kondisikondisi tertentu kemarahan itu harus ditunda dulu.Bila keadaan
sudah normal,barulah nyonya boleh menyesuaikan marah
nyonya dengan keadaan itu.(hal.116)
2. Dialog antara tokoh nyonya dengan keponakan A.
29
Seperti dalam data :
Nyonya
: Kenapa datang tergesa? Kamu dari rumah sakit? Apa
datukmu memerlukan sesuatu? Apa dokter mengatakan
datukmu akan dioperasi? Katakan cepat.Saya cemas sekali
dengan kedatanganmu yang tiba-tiba begini.
Ponakan A : Aku tergesa karena memerlukan sesuatu.(hal.129)
30
BAB III KESIMPULAN
Naskah
drama
memiliki
unsur-unsur
instrinsik.Tema,penokohan
dan
perwatakan,alur,latar,dan konflik adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama.Unsurunsur tersebut dapat saling berhubungan dan memiliki keterkaitan ketika dikaji dengan
analisis struktural.
Tokoh-tokoh dengan segala perwatakannya dalam naskah drama nyonya-nyonya ini
yang menyebabkan terjadinya konflik dalam drama,baik konflik antartokoh maupun konflik
dengan alam sekitar.Tokoh utama terlibat langsung dengan keseluruhan cerita dalam naskah
drama ini.Tokoh utama menyebabkan terjadinya tema mayor atau tema utama dan tema
minor atau makna tambahan yang pada tema minor ini tokoh bawahan juga berperan
penting.Latar yang menjadi tempat terjadinya peristiwa adalah tempat para tokoh berada
dalam drama tersebut.
Dari analisis yang telah penulis lakukan, sudah sangat jelas nampak pada bab 2 diatas.
Jikalau ada unsur keterkaitan antara satu unsur instrinsik yang satu dengan lainnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wisran_Hadi, (diakses pada tanggal 1 Maret 2014).
Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Grasindo, 2005. 5 Naskah Drama. Jakarta: PT Grasindo.
32
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS
Seorang Tuan pedagang barang antik sedang berdiri di teras depan rumah seorang
Nyonya sambil menggerutu sendiri. Nyonya tersebut mengomel karena Tuan berdiri
di terasnya. Ia khawatir keberadaan Tuan di teras rumahnya akan menimbulkan
pandangan negatif dari masyarakat. Ia juga mengusir Tuan agar lekas pergi dari teras
rumahnya. Tuan mengelak kekhawatiran Nyonya dengan mengemukakan banyak
alasan. Akhirnya Tuan membeli empat buah marmer tempat dia berdiri agar ia bisa
bebas berdiri di sana tanpa didesak-desak untuk pergi oleh Nyonya. Kemudian
Ponakan A—keponakan suami Nyonya—datang menagih uang hasil penjualan tanah
pusaka. Tanah pusaka milik keluarga mereka telah diserahkan kepada Datuk, suami
Nyonya, untuk dijual, namun uang hasil penjualannya tidak dibagi-bagikan kepada
keponkan-keponakannya. Karena itu Ponakan A menuntut bagi hasil. Ia juga
mencurigai Nyonya me