21
b. Rasa
rasa atau feeling dalam puisi adalah perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan
harus dihayati oleh pembaca. Siswanto, 2008:124 menyatakan bahwa rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,kelas social,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, srta pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak tergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja tetapi lebih banyak bergantung kepada wawasan,
pengetahua, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Contoh pada puisi Toto Sudarto Bachtiar dalam “gadis peminta-minta”, menyikapi pengemis dengan netral, tidak membenci dan tidak juga dengan rasa belas
kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti disangka
orang.
c. Nada
nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisinya terhadap pembacanya, nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendekte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
22
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca. Dalam puisi “Jalan Segera”, sikap Taufiq
Ismail terhadap penguasa sinis. Dalam puisi “Nyanyian Angkasa”, Rendra seakan menganjak pembaca untuk melihat perlakuan masyarakat, dokter dan paspot terhadap
pelacur. Siswanto, 2008:125
d. Amanat
Amanat atau tujuan adalah alasan atau latar belakang yang mendorong penyair
menciptakan puisi, amanat adalah pesan apakah atau nasehat yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca, sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.
Menurut Siswanto ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi maupun dapat
ditemui dalam puisi. Dorongan sebelum dia menciptakan puisi mungkin berupa1 dorongan untuk memuaskan nafsu seksualnya yang terhambat ada kemunkinan, yang
masih harus dibuktikan, puisi-puisi porno merupakan indikasi adanya dorongan ini, 2 dorongan makan untuk mencari uang, 3 dorongan keamanan diri misalnya
mengarang puisi yang realism sosialis karena takut terhadap PKI, 4 dorongan berkomunikasi, 5 dorongan untuk mengaktualisasikan diri dan 6 dorongan untuk
berbakti baik kepada Tuhan maupun kepada manusia, misalnya puisi “Doa” Chairil Anwar .
23
2.3 Struktural
Dalam bahasa arab strktural di sebut juga dengan
ﻝﺍ ﺐﻴﻛﺮﺗ ,
Kelahiran kritik sastra struktural berawal dari upaya yang dirintis kaum formalis asy-syakliyyah Rusia yang
ingin membebaskan karya sastra dari lingkungan ilmu-ilmu lain, seperti psikologi, sejarah, atau penelitan kebudayaan. Pendekatan yang dipakai kaum formalis itu
kemudian berkembang di beberapa negara barat menjadi aliran kritik sastra baru yang
kemudian dikenal dengan strukturalisme al-bina’iyyah.
Analisis struktural berkembang di Prancis pada tahun 1965 di tangan Levi- Strauss dan Ronald Barthes. Aliran ini berkembang di tangan TS. Eliot dan terutama di
Amerika oleh aliran new Cristidism madrasah an-naqd al-jalid yang dipelopori oleh antara lain WK. Wimsatt dan John Crow Ranson.
Aliran strukturalisme memandang bahwa kritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai penikmat, hal-hal yang
disebut ekstrinsik di luar karya sastra, seperti data-data biografi, psikologi, sosiologi, dan sejarah. Aliran ini menandai dimulainya studi sastra yang bukan bersifat diakronis,
tetapi singkronis. Karya sastra dalam hal ini merupakan karya otonom yang harus diteliti dari
karya sastra itu sendiri, sebagaimana telah disinggung di atas. Ide dasarnya adalah menolak teori mimetic yang mengangap karya sastra sebagai tiruan, teori ekspresif
yang melihat karya sastra sebagai ungkapan watak dan perasaan pengarang, dan prakmatik yang memandang karya sastra sebagai media komunikasi antara pengarang
dan pembaca yang musti berguna bagi pembaca.
24
Dilihat dari sisi bahwa karya sastra sebagai karya otonom, antara teori formalis dengan strukturalisme adalah sama, yaitu sama-sama berpusat pada teks sastra itu
sendiri. Yang membedakannya adalah bahwa kaum formalis lebih menekankan pada keindahan sastra. Sedangkan strukturalisme memongkar dan memaparkan secermat,
seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek-aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Dalam strukturalisme, yang penting bukanlah penjumlahan anasir-anasir sastra, Tetapi sumbangan yang diberikan semua anasir pada keseluruhan makna dalam
keterkaitan dan keterjalinanya secara keseluruhan, unsur teks hanya mempunyai arti penuh melalui relasi, terutama dalam konteks sastra, elasi asosiasi. Karya sastra dilihat
kaum sturukturalis sebagai phenomena yang memiliki stuktur bangunanyang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki hubungan yang kompleks, sehingga
pemaknaan harus diarahkan pada hubungan antarunsur secara keseluruhan. Kamil, 2009.
Dengan demikian, kritik sastra struktural adalah kritik objektif yang menekan aspek instrinsik karya sastra, dimana yang menentukan estetiknya tidak saja estetika
bahasa yang digunakan, tetapi juga relasi antar unsur. Unsur-unsur itu dilihat sebagai artefak benda seni yang terdiri dari berbagai unsur. Prosa terdiri dari tema, plot, latar,
tokoh, dan gaya bahasa. Sedangkan puisi terdiri dari tema, stilistika atau gaya bahasa, imajnasi atau daya bayang, ritme atau irama mantra [bahrwazan dalam puisi
tradisional arab ], diksi atau pilihan kata, simbol, dan enyambemen sambung- menyambung baris atau larik seperti qasidah yang barisnya sejajar atau ruba’iyaat yang
25
barisnya empat dengan tersususn ke bawah artinya hal ini dilakukan untuk menegaskan makna dalam setiap baris dan bait. Semua unsur-unsur itu dilihat teori strukturalisme
jalan menjalin dengan rapi yang memiliki interrelasi dan saling ketergantungan interrelation and mutual dependencies. Kamil, 2009
Pentingnya relasi antarunsur sastra pandangan bahwa karya sastra harus dipandang sebagai karya yang otonom dalam teori strukturalisme tentu saja bisa
dipahami. Alasanya karena sebagaimana dikatakan Jean Piage, struktur apa pun, baik politik, psikologis, maupun sastra, mempunyai tiga sifat: totalisasi wholeness,
perubahan bentuk transpormation, dan mengatur diri sendiri self regulation. Kendati, sebuah struktur terdiri dari berbagai unsur, tetapi sebagai totalitas keseluruhan, semua
unsur-unsur itu berkaitan satu sama lain dan unsur-unsur itu membentuk struktur. Selain itu, secara hierakis, sebuah struktur mesti terdiri dari substruktur-substruktur yang terikat
oleh struktur yang lebih besar. Namun konsep struktur bukan berarti terstruktur, tetapi juga menstruktur. Sebuah struktur pun akan mengalami perubahan yang terjadi pada
sebuah unsurnya akan mengakibatkan perubahan unsur-unsur lainnya. Dengan demikian, struktur juga mengatur dirinya sendiri. Kamil, 2009
Strukturalisme telah dimulai sejak masa Yunani, yaitu ketika Aristoteles menulis poetika pada taun 340 SM yang telah diterjemahkan kedalam bahasa arab. Menurutnya,
untuk menghasilkan efek yang baik. Sebagaimana sebagainya telah disinggung dipembahasan balaqah sebagai teori formalis arab, kelebihan strukturalisme antara lain
menjadikan studi karya sastra mendekati positisme, sebagaimana ilmu sosial. Selain itu, dalam strukturalisme juga akan terlihat totalitas antar unsur yang membentuk keindahan
26
struktur luar dan struktur dalam sebuah karya sastra dan strukturalisme juga tidak mensyaratkan seseorang pengkaji sastra memiliki penetahuan seluas mungkin mengenai
latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Strukturalisme hanya mensyaratkan kemampuan bahasa, kepekaan sastra, dan minat yang intensif.
Karya sastra disamping memiliki unsur instrinsik yang otonom, tetapi juga ekstrinsik. Karya sastra merupakan struktur makna yang mewiliki pandangan dunia atau
ideolgi yang diekspresikannya.Yang dimaksud pandangan dunia adalah kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, inspirasi-inspirasi, dan perasaan-perasaan yang
menyatukan anggota-anggota suatu kelompok social tertentu, sebagai hasil dari situasi sosial politik dan ekonomi yang dihadapi secara kolektif, yang karena itu berpengaruh
besar terhadap kehidupan mereka. Jadi, strukturalisme genetik bermaksud menerangkan karya sastra dari sisi homologi, persesuaian dengan struktur sosialnya Kamil, 2009:182-
188. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami karya
sastra harus dianalisis Hill, 1966: 6, dalam pradopo, dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya dengan demikian makna keseluruhan karya sastra
akan dapat dipahami. Muzakki , 2011 mengatakan Dalam bahasa arab karya sastra disebut adab, adab
memliki batasan makna yang jelas, yaitu syair dan prosa. Sementara adab dalam
pengertian makna yang umum adalah :
27
ﺔﻠﻳﺫﺮﻟﺍ ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳﻭ ﺔﻠﻴﻀﻔﻟﺍ ﻰﻟﺍﻮﻋﺪﻳﻭ ﻖﻠﺨﻟﺍ ﺏﺬﻬﻳﻭ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻰﻓ ﺮﺛﺆﻳ ﺮﺜﻧ ﻭﺃ ﺮﻌﺷ ﻞﻛ ﺏﺩﻷﺍ ﻞﻴﻤﺟ ﺏﻮﻠﺳ ﺄﺑ
al-‘adabu kulu syi’ru ‘aw nasyisi yu’syiru fil nafsi wa yah ẕabu khalaqa wa yad’uw lil
fadīlatu wa yab’adu ‘an raẕiati bi’usluwtu jamīlu ꞌAdab adalah setiap syair atau prosa yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah, dapat mempengaruhi jiwa, dan
mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela ꞌ.
Karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya Bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi
hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda berdiri sendiri,
melainkan hal-hal itu saling terkait, saling berkaitan, dan saling tergantung. Dalam pengertian struktur ini piaget via hawkes,1978:16, dalam pradopo:119
melihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide besar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri self-regulation. Strukturalisme itu
dasarnya merupakan cara berfikir tentang pembahasan syair yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur seperti tersebut di atas. Menurut pikiran
strukturalisme, dunia karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang lebih merupakan sususnan hubungan dari pada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat
tiap unsur dalam stuktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur lainya yang terkandung dalam
struktur itu hawkes,1978:17-18. dengan pengertian seperti itu analisi ke dalam unsur- unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam
28
kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur pradopo,1999:118.
Berdasarkan pengertian strukturalisme diatas dapat disimpulkan bahwa struktural puisi atau syair yaitu membahas unsur instrinsik dan ekstinsik yang mencakup unsur fisik
dan unsur batin.
2.4 Puisi