23 bahwa periode tahun 2002-2006 perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan tindakan
manajemen laba dengan cara memaksimalkan laba intinya. Adapun rata-rata
t
ACCRUALS masing-masing sebesar -3,8E-02. Untuk rata-rata
t
SI perusahaan manufaktur Indonesia
sebesar -3,05E-02. Variabel kinerja saham menunjukkan rata-rata negatif -8,4E-03, artinya mengalami penurunan harga saham pada tahun t disekitar periode window dua hari sebelum dan
dua hari sesudah. Model dua terdiri dari variabel manajemen laba, strategi manajemen laba pemilihan
metoda, dan pengaturan waktu transaksi mempunyai nilai rata-rata semua positif yaitu 0,11; 1,29; dan 0,33. Ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur pada periode penelitian
menaikkan laba dengan cara manajemen akrual dan strateginya pemilihan metoda akuntansi dan pengaturan waktu transaksi.
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
TABEL 2 HASIL ANALISIS REGRESI MODEL 1
Variabel Independen Koefisien
Standard error
Probabilitas value
Model 1 variabel dependen: CAR
C 0.001731 0.008840
0.8450 UECE
8.13E-09 2.36E-09 0.0007
SI 0.058556 0.083188
0.4824 UECESI
-1.20E-07 1.83E-07 0.5120
MKTB 0.053471 0.074273
0.4725 HPE
-1.44E-09 1.01E-09 0.1562
ACCRUAL 0.094149 0.043549
0.0319 R-squared
0.123339 Adjusted R-squared 0.095655
24 F-statistic
4.455248 ProbF-statistic
0.000 Secara statistis signifikan pada tingkat 0,01
Secara statistis signifikan pada tingkat 0,05
Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk model 1 variabel independen pergeseran klasifikasi tidak signifikan mempengaruhi kinerja saham. Hipotesis pertama tidak didukung. Variabel
kontrol yang signifikan adalah total akrual. Variabel pergeseran klasifikasi juga tidak memoderasi pengaruh laba kejutan terhadap kinerja saham. Ini artinya perusahaan yang
melakukan pergeseran klasifikasi tidak menguatkan pengaruh laba kejutan dengan kinerja saham tanda koefisien negatif. Semakin tinggi perusahaan melakukan manajemen laba pergeseran
klasifikasi semakin lemah pengaruh laba kejutan dengan kinerja saham, tetapi tidak signifikan. Hasil ini konsisten dengan penelitian terdahulu Mc Vay 2006 yang memberikan bukti
empiris bahwa investor tidak bereaksi adanya manajemen laba dengan strategi pergeseran klasifikasi. Para investor tidak dapat mengidentifikasi adanya kejadian tersebut karena tidak
mengubah laba bersih. Pengujian ketepatan perkiraan dalam suatu model dapat dilihat dari nilai koefisien
determinasinya. Kondisi lebih baik ditunjukkan dengan nilai R Square R
2
, yang merupakan nilai koefisien determinasi persamaan yang diuji, yang lebih tinggi Rahmawati, 2006. Artinya
dalam model dengan nilai R Square R
2
yang lebih tinggi lebih dapat memprediksikan nilai variasi variabel dependen.
Penghitungan regresi model 1 menghasilkan nilai adjusted R
2
sebesar 9,5 yang berarti bahwa 9,5 variabel dependen dapat dijekaskan oleh variabel independen yang dijelaskan dalam
model 1. Adapun sisanya sebesar 90,5 dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.
TABEL 3
25
HASIL ANALISIS REGRESI MODEL 2
Variabel Independen
Koefisien Standard error
Probabilitas value
Model 2 variabel dependen: DA
C -0.294704
0.137607 0.0334
METO 0.253273
0.100113 0.0122
PWT 0.233578
0.096396 0.0163
R-squared 0.063826 Mean dependent var
0.111317 Adjusted R-squared
0.054557 S.D. dependent var 0.666747
Log likelihood -200.5253 F-statistic
6.885953 Durbin-Watson stat
1.910591 ProbF-statistic 0.001
Secara statistis signifikan pada tingkat signifikansi 0,01 Secara statistis signifikan pada tingkat signifikansi 0,05
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa strategi manajemen laba dengan pemilihan metoda akuntansi dan pengaturan waktu transaksi mempengaruhi manajemen laba dengan proksi
akrual kelolaan didukung. Koefisien dari kedua variabel independen positif. Penghitungan regresi model 2 menghasilkan nilai R
2
sebesar 5,4 yang berarti bahwa 5,4 variabel dependen dapat dijekaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar
94,6 dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.
Diskusi pembahasan
Penelitian ini membahas tentang salah satu alat manajemen laba yang disebut dengan classification shifting pengujian atas core earnings dan special items. Classification shifting
merupakan alat manajemen laba yang lain diluar manajemen akrual dan manipulai aktivitas ekonomi riil.
Classification shifting adalah kesalahan klasifikasi items di dalam laporan laba rugi. Classification shifting dapat juga diartikan menggeser atau merubah biaya inti core expenses
harga pokok penjualan, dan biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi ke special
items. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan penulis menggunakan sampel perusahaan
26 manufaktur publik di BEI dalam periode pengamatan tahun 1999-2005, memberikan simpulan
bahwa special items mempunyai pengaruh terhadap core earnings. Para manajer
mengklasifikasikan core expenses sebagai special items serta para manajer mengklasifikasikan
lebih core expenses sebagai special items pada periode ketika laba bersih dengan pergeseran
klasifikasi diharapkan menjadi lebih besar. Hasil penelitian ini menunjukkan ternyata investor tidak bereaksi karena pergeseran biaya
tidak mengubah besarnya laba bersih, hanya mengubah laba inti. Para investor tidak dapat mengidentifikasi ketidaknormalan laba inti yang tinggi pada tahun t dan tidak dapat
membedakan dengan yang asli, serta peningkatan ekonomi riil yang berhubungan dengan pos khusus atau pergeseran klasifikasi.
Strategi pergeseran klasifikasi berbeda dengan manipulasi aktivitas riil karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas dan perusahaan dapat terdeteksi melakukan strategi
tersebut dari arus kas. Jadi manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang akan mempengaruhi kinerja saham.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini didukung, sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa manajemen laba dapat menggunakan pendekatan pemilihan metoda
akuntansi Zhong dkk. 2007. Pendekatan ini relatif mahal, dapat diobservasi, dan lebih mudah untuk dideteksi oleh auditor.
SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
27 1.
Hasil pengujian normalitas residual dengan menggunakan alat uji Jarque-Bera JB
Test of Normality menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal untuk model 1 dan 2.
2. Hasil pengujian dengan menggunakan nilai VIF menunjukkan bahwa setiap variabel
independen yang akan diuji tidak mengalami multikolinieritas, artinya variabel independen dalam satu persamaan saling bebas dan tidak berkorelasi satu sama lain.
3. Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin-Watson menghasilkan kesimpulan bahwa pada pengujian autokorelasi untuk semua model nilai d telah
memenuhi syarat, artinya dalam pengujian tersebut tidak ditemukan adanya autokorelasi.
4. Pengujian heterokedastisitas dengan menggunakan uji
White menunjukkan bahwa probabilitas t statistik α, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas. 5.
Nilai R
2
yang rendah menggambarkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen cukup lemah.
6. Perusahaan yang melakukan pergeseran klasifikasi tidak menguatkan pengaruh laba kejutan dengan kinerja saham tanda koefisien negatif. Semakin tinggi
perusahaan melakukan manajemen laba pergeseran klasifikasi semakin lemah pengaruh laba kejutan dengan kinerja saham, tetapi tidak signifikan. Hasil ini
konsisten dengan penelitian terdahulu Mc Vay 2006 yang memberikan bukti empiris bahwa investor tidak bereaksi adanya manajemen laba dengan strategi
pergeseran klasifikasi. Para investor tidak dapat mengidentifikasi adanya kejadian tersebut karena tidak mengubah laba bersih.
28 7. Strategi manajemen laba dengan pemilihan metoda akuntansi dan pengaturan waktu
transaksi mempengaruhi manajemen laba dengan proksi akrual kelolaan didukung. Koefisien dari kedua variabel independen positif, artinya semakin besar manajemen laba
menggunakan strategi pemilihan metoda dan pengaturan waktu transaksi semakin besar pula manajemen laba yang diproksikan dengan akrual kelolaan.
B. KETERBATASAN