BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Penelitian
Personil militer dan wajib militer mempunyai resiko yang sangat tinggi menderita gangguan pendengaran yang disebabkan kebisingan akibat dari
paparan Sebagai satuan pemukul Kodam, Yonif 100 Raider memiliki persenjataan
yang khusus dan intensitas latihan yang lebih. Latihan menembak dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok secara periodik PENDAM, 2005.
bising tembakan dan ledakan Ylikoski, 1994.
Salah satu persenjataan prajurit batalyon infanteri 100 Raider yang selalu dipakai adalah senapan serbu 1 R5 SS1 R5. Pada saat menembak, seorang
prajurit dapat menghabiskan 30 butir peluru yang dibagi : sikap berdiri 10 butir, sikap duduk 10 butir dan sikap tiarap 10 butir, ini dihabiskan hanya sekali
latihan PENDAM, 2005. Pada saat prajurit infanteri melakukan latihan menembak, kebisingan yang
ditimbulkan senjata tersebut diperkirakan telah melampaui tingkat kebisingan yang diijinkan di suatu lingkungan kerja yang mempunyai batas 85 dB Sesuai
petikan S.E. Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. 01MEN1978 tanggal 7-2-1978 Sasongko, 2003.
Penelitian pendengaran terhadap 134 anggota militer Kanada kecabangan infanteri, artileri dan kavaleri secara prospektif pada saat mulai bekerja dan 3
tahun setelah bekerja, ditemukan 11 prajurit kecabangan infanteri mengalami peningkatan ambang dengar ringan sampai sedang pada telinga lebih dari 25
dB, karena selalu menggunakan pistol kaliber kecil Pelausa EO et al, 1995. Di Indonesia ada beberapa penelitian yang menghubungkan masalah
bisinga terhadap prajurit. Penelitian Markian 2011 menyatakan bahwa bising senjata SS1 R5 yang dipergunakan prajurit batalyon infanteri 100 Raider rata-
rata adalah 107,66 dB.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Zuldidzaan 1995 pada awak pesawat helikopter TNI AU dan AD mendapatkan paparan bising antara 86-117 dB dengan prevalensi NIHL
27,16. Sasongko S 2003 menemukan rata-rata tingkat tekanan suara meriam pada jarak 1 meter sebesar 173.4 dBA. Penelitian Budiyanto A. 2003
kejadian trauma akustik pada taruna Akpol Semarang sebanyak 80 orang 12,4 dari 643 anggota.
Sampai saat ini data maupun penelitian tentang trauma akustik, khususnya Yonif 100 Raider belum ada, dengan pertimbangan hal tersebut diatas, maka
dilakukan penelitian terhadap pengaruh trauma akustik yang disebabkan senapan serbu SS1 R5 pada fungsi pendengaran prajurit.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah trauma akustik yang disebabkan letusan senjata SS1 R5 menyebabkan penurunan fungsi pendengaran yang bersifat sementara
pada salah satu sisi telinga prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh trauma akustik akibat letusan senjata SS1 R5 pada fungsi pendengaran prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit
Barisan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui Karakteristik Subyek Penelitian 2. Dapat mengetahui intensitas bunyi senjata SS1 R5.
3. Dapat menilai fungsi pendengaran prajurit Yonif 100 Raider KODAM I