5. Dapat mengetahui persentase sifat peningkatan ambang dengar prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan berdasarkan kelompok umur.
6. Dapat mengetahui persentase frekuensi gangguan dengar prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan berdasarkan pemakaian alat
pelindung diri.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan pimpinan TNI pada umumnya dan TNI-AD pada khususnya dalam program latihan
menembak, dalam rangka upaya perlindungan pendengaran para prajurit TNI.
2. Sebagai bahan masukan bagi pencegahan gangguan pendengaran bagi pihak-pihak yang melakukan aktifitas sejenis pihak yang menggunakan
senjata api.
1.5 Kerangka Pemikiran
Trauma akustik merupakan gangguan dengar yang disebabkan oleh paparan gelombang suara tunggal dengan waktu singkat yang dapat
menimbulkan penurunan pendengaran permanen tanpa didahului oleh perubahan ambang dengar sementara temporary treshold shift TTS. Dobie
R.A, 2006; Kujawa S.G., 2008. Gelombang suara ini dapat merusak organ Corti, menimbulkan kebocoran
membran, merusak sel serta menyebabkan bercampurnya cairan perilimf dan endolimf. Tekanan suara tinggi akibat ledakan dapat merusak membran timpani
maupun tulang-tulang pendengaran yang dapat menimbulkan tuli konduktif maupun tuli campur Dobie R.A, 2006.
Trauma akustik berulang dalam jangka waktu lama 10 – 15 tahun dapat menimbulkan kelainan organ auditorik maupun non auditorik Finke, 1990;
Alberti PW, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan dengar akibat paparan bising adalah usia, jenis kelamin, tinggi rendahnya frekuensi
paparan, lama paparan serta tingkat besar paparan bising Dobie R.A, 2006. Penurunan pendengaran mendadak yang disebabkan paparan senjata
umumnya akan membaik selama 48-60 jam kemudian dan umumnya akan
normal kembali setelah 20 hari. Penurunan pendengaran asimetris tergantung
kedekatan senjata pada sisi telinga, dan umumnya akan meningkatkan ambang dengar lebih dari 25 dB Alberti PW, 1997.
1.6 Hipotesis
Trauma akustik yang disebabkan letusan senjata SS1 R5 mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran lebih besar dari 25 dB pada frekuensi tinggi
yang bersifat sementara pada salah satu telinga prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian
lateral dari membran timpani Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997. Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit.
Kearah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang
ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang
telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz Mills JH et al, 1997.
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas
dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari
membran timpani Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Gacek, R.R, 2009. Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian
tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997.
Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah anteromedial, mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam,
sehingga besar energi suara yang masuk dibatasi Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997.
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea
bunyi akan diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari
Universitas Sumatera Utara