Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri Indikator Titrasi Permanganometri

Kandungan hidrogen peroksida membantu memulai proses pembentukan warna dan menciptakan warna yang tahan lama. Semakin besar volume peroksida, berarti makin besar pula jumlah sulfur yang hilang dari rambut. Hilangnya sulfur bisa menyebabkan rambut kaku dan rapuh. Itulah sebabnya, pada kosmetik pewarna rambut yang baik, kandungan hidrogen peroksidanya sekitar 30 persen atau kurang Anonim, 2002.

2.5 Titrasi Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat KMnO 4 . Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe + , asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat Anonim, 2008.

2.5.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri

Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes Universitas Sumatera Utara permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan Day dan Underwood, 1986. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat Mn 2+ yang berwarna hijau Rivai, 1995. Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH Rivai, 1995. Menurut Day dan Underwood 1986, Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen III oksida sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah: 5 C 2 O 4 2- + 2 MnO 4 - + 16 H + → 2 Mn 2+ + 10 CO 2 + 8 H 2 O

2.5.2 Indikator Titrasi Permanganometri

Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau disebut juga dengan sebutan titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat Rivai, 1995. Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO 4 - dengan ion Mn 2+ hasil titrasi: Universitas Sumatera Utara 3 Mn 2+ + 2 MnO 4 - + 2 H 2 O → 5 MnO 2 s + 4 H + Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir Harjadi, 1993. Ada beberapa macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi redoks anatara lain: a. Suatu zat berwarna dapat bekerja sebagai indikator sendiri, misalnya larutan kalium permanganat demikian tua warnanya hingga suatu kelebihan kecil pereaksi ini dalam sutau titrasi dengan mudah dapat langsung diketahui. b. Sebuah indikator Spesifik adalah suatu zat yang bereaksi dengan cara yang khusus dengan salah satu pereaksi dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu warna c. Indikator luar, atau uji noda suatu waktu digunakan apabila tidak dapat diperoleh indikator dalam. d. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi dan titik ekivalenya ditemukan dari perubahan yang besar dari potensial pada kurva titrasi. e. Akhirnya suatu indikator yang sendirinya mengalami oksidasi-reduksi dapat digunakan Day dan Underwood, 1986.

2.5.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri