Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri

(1)

PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

DEVI NURIANTI

NIM 092410049

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh:

DEVI NURIANTI NIM 092410049

Medan, Juni 2012 Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. NIP 194909101980031002

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Bapak Drs. Agus Prabowo, M.S., selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan yang telah memberi izin pelaksanaan praktek kerja lapangan.

5. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku koordinator pembimbing praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.


(4)

6. Ayahanda Muhammad Nur dan Ibunda Mariati tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

9. Teman dekat dan sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis,

Devi Nurianti NIM 092410049


(5)

PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

Abstrak

Hidrogen peroksida memiliki peranan pada saat melakukan pewarnaan rambut. Suatu kosmetika pewarna rambut memiliki kandungan hidrogen peroksida karena sifat senyawa hidrogen peroksida yang tidak berwarna, berbau keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar hidrogen peroksida di dalam sediaan pewarna rambut.

Penentuan kadar hidrogen peroksida dilakukan menurut metode titrasi permanganometri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium Kosmetika dan Alat Kesehatan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri, diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pewarna rambut yang diperiksa mengandung kadar hidrogen peroksida yang memenuhi persyaratan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%.

Kata kunci: pewarna rambut, penetapan kadar, hidrogen peroksida, permanganometri.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kosmetika ... 4

2.1.1 Pengertian Kosmetika ... 4

2.1.2 Penggolongan Kosmetika ... 5

2.1.3 Tujuan Penggunaan Kosmetika ... 5

2.2 Kosmetika Rias Rambut ... 6

2.3 Pewarna Rambut ... 6

2.3.1 Zat Pewarna Rambut ... 7

2.3.2 Klasifikasi Pewarna Rambut ... 10


(7)

2.4 Hidrogen Peroksida ... 12

2.4.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut ... 13

2.4.2 Efek Hidrogen Peroksida ... 13

2.5 Titrasi Permanganometri ... 14

2.5.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri ... 14

2.5.2 Indikator Titrasi Permanganometri ... 15

2.5.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri ... 16

BAB III. METODOLOGI ... 18

3.1 Tempat Pengujian ... 18

3.2 Alat ... 18

3.3 Bahan ... 18

3.4 Sampel ... 18

3.5 Prosedur ... 20

3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 20

3.5.1.1 Asam Sulfat 2 N ... 20

3.5.1.2 Kalium Permanganat 0,1 N ... 20

3.6 Pembakuan Kalium Permanganat ... 20

3.7 Cara Pengujian ... 21

3.8 Penetapan Kadar ... 21

3.9 Persyaratan ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22


(8)

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pembakuan Kalium Permanganat 0,1 N... 27 Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam

Sediaan Pewarna Rambut ... 28


(10)

PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA TITRASI

PERMANGANOMETRI

Abstrak

Hidrogen peroksida memiliki peranan pada saat melakukan pewarnaan rambut. Suatu kosmetika pewarna rambut memiliki kandungan hidrogen peroksida karena sifat senyawa hidrogen peroksida yang tidak berwarna, berbau keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar hidrogen peroksida di dalam sediaan pewarna rambut.

Penentuan kadar hidrogen peroksida dilakukan menurut metode titrasi permanganometri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium Kosmetika dan Alat Kesehatan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri, diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pewarna rambut yang diperiksa mengandung kadar hidrogen peroksida yang memenuhi persyaratan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%.

Kata kunci: pewarna rambut, penetapan kadar, hidrogen peroksida, permanganometri.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepanjang sejarah peradaban manusia, rambut selalu menempati kedudukan penting. Kedudukan penting tersebut berkaitan langsung dengan fungsi rambut yang antara lain sebagai pelindung bagi kepala, sebagai penghangat, dan sebagai pertanda sosial pada beberapa bangsa. Seiring dengan berkembangnya peradaban dan ketika manusia semakin menyadari betapa pentingnya penampilan sebagai penunjang keberhasilan, maka satu persatu fungsi alami rambut mulai tergeser oleh fungsi utamanya sekarang, yaitu sebagai penunjang penampilan (Chakim, 2006).

Selain karena hal diatas, memang sudah menjadi sifat manusia untuk terkadang ingin tampil berbeda. Keadaan ini dikarenakan arus globalisasi yang sudah merambah dikalangan anak muda abad ini, mereka berlomba-lomba untuk mengikuti trend, salah satunya adalah trend mewarnakan rambut. Ada 3 tipe pewarnaan rambut, salah satunya adalah pewarnaan rambut permanen. Pewarna rambut mengandung Hidrogen peroksida (H2O2) dan pewarna, untuk mengubah warna, peroksida harus dimasukkan ke dalam korteks rambut agar dapat mengubah susunan kimia pada pigmen rambut. Warna hitam pada rambut harus dipudarkan lebih dulu agar menjadi lebih terang, sehingga lebih mudah diubah menjadi warna lain. Semakin sering rambut dipudarkan, kutikula akan rusak dan membentuk sisik. Padahal, kutikula adalah pelindung rambut. Kerusakan pada


(12)

kutikula dapat mengakibatkan rambut mudah kusut saat basah, bersisik dan kering (Chakim, 2006).

Apabila rambut sudah terkena kandungan H2O2 yang terkandung dalam kosmetik pewarnaan, maka batang rambut yang tidak kuat dalam menahan bahan kimia membuat rambut mudah rusak yang mengakibatkan batang rambut terbuka, sehingga rambut pecah-pecah, rontok, patah, dan kering (Purba, 2006).

Menyadari akan hal ini, bahwa efek yang ditimbulkan oleh hidrogen peroksida dapat merugikan konsumen, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida dalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

Analisis hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut dapat dilakukan dengan metode titrasi permanganometri karena reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer (Day dan Underwood, 1986).

1.2 Tujuan

i. Untuk mengetahui kadar hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri.

ii. Untuk mengetahui kadar hidrogen peroksida dalam pewarna rambut yang digunakan memenuhi persyaratan kadar hidrogen peroksida yang diizinkan oleh pemerintah Indonesia.


(13)

1.3 Manfaat

i. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan untuk analisis hidrogen peroksida.

ii. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar hidrogen peroksida yang terdapat dalam pewarna rambut.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.1 Pengertian Kosmetika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76, kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).


(15)

2.1.2 Penggolongan Kosmetika

Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam:

1. Preparat untuk bayi 2. Preparat untuk mandi 3. Preparat untuk mata 4. Preparat wangi-wangian 5. Preparat untuk rambut

6. Preparat untuk rias (make up) 7. Preparat untuk pewarna rambut 8. Preparat untuk kebersihan mulut 9. Preparat untuk kebersihan badan 10. Preparat untuk kuku

11. Preparat untuk cukur

12. Preparat untuk perawatan kulit

13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.3 Tujuan Penggunaan Kosmetika

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan


(16)

secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2 Kosmetika Rias Rambut

Sediaan rias rambut adalah sediaaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias dengan maksud untuk pewarnaan rambut, pemucatan atau pemutihan rambut, pelurusan rambut, pengeritingan atau pengikalan rambut dan atau penghilang ketombe, pelembut rambut, penataan rambut, pembantu perawatan rambut, pelebatan dan atau penyuburan rambut (Ditjen POM, 1985).

Sediaan rias rambut disajikan dalam berbagai bentuk sediaan, seperti bubuk, emulsi, gel atau jeli, krim, larutan, losio, dan pomit (Ditjen POM, 1985).

2.3 Pewarna Rambut

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985).

Warna rambut manusia bermacam-macam, hitam, merah, cokelat, keemasan (pirang) bergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, yang kurang disukai keberadaannya (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Untuk mengubah warna rambut diperlukan pengetahuan tentang warna dasar, yaitu warna primer yang terdiri atas merah, kuning, biru. Warna sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer, yaitu merah-kuning


(17)

(oranye), kuning-biru (hijau), merah-biru (violet). Warna tersier adalah campuran warna sekunder, yaitu merah-oranye, oranye-kuning, dan sebagainya (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.3.1 Zat Pewarna Rambut

Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985).

Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985).

Pewarna dari bahan sintetik organik pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis, berdasarkan kemampuan bertahannya di rambut.

1. Pewarna Azo - Pewarna Azo bersifat sementara. Banyak dibuat dari para-hidroksi-azo-benzena (para-hydroxyazobenzene). Molekul zat pewarnanya besar dan tidak dapat melewati celah imbrikasi selaput rambut guna masuk ke kulit rambut dan hanya melapisi selaput rambut saja. Warnanya akan hilang


(18)

dalam sekali pensampoan. Keuntungan menggunakan pewarna azo ialah sifatnya yang tidak merusak selaput rambut maupun kulit rambut; karena tidak mengandung ammonia dan tidak memerlukan proses oksidasi dengan hidrogen peroksida. Pewarna Azo baik digunakan juntuk mencoba warna rambut, sehingga jika hasilnya kurang memuaskan, dapat segera dihilangkan.

2. Pewarna Nitro - Pewarna nitro bersifat semi-permanen. Banyak dibuat dari bahan nitro-fenelen-diamina yang menghasilkan warna merah dan kuning; atau dari bahan antrakuinonyang menghasilkan warna biru. Molekul pewarna nitro sebagian dapat masuk ke kulit rambut melalui celah imbrikasi; sebagian lain hanya melapisi selaput rambut. Zat warnanya baru luntur setelah beberapa kali pensampoan. Keuntungan penggunaan pewarna nitro ialah tidak merusak selaput rambut dan kulit rambut; karena tidak mengandung amonia maupun memerlukan hidrogen peroksida dalam penggunaannya. Berhubung lunturnya sedikit demi sedikit, maka timbulnya kembali warna asli rambut berlangsung tidak mencolok.

3. Pewarna Oksidasi - Pewarna oksidasi bersifat permanen. Molekul pewarnanya mula-mula sangat kecil dan mampu melewati celah imbrikasi selaput rambut untuk masuk ke kulit rambut. Melalui proses oksidasi yang kebanyakan menggunakan larutan hidrogen peroksida, zat pewarnanya timbul dan molekul tersebut mengembang menjadi molekul raksasa, sehingga tidak dapat keluar lagi dari kulit rambut.

Pewarna oksidasi banyak dibuat dari bahan dasar keturunan aniline, seperti para-fenelin-diamina yang menghasilkan warna hitam; para-toluen-diamina


(19)

yang menghasilkan warna cokelat; para-amino-fenol yang menghasilkan warana merah kecokelatan; meta-dihidroksi-benzena, yang menghasilkan warna abu-abu.

Keuntungan menggunakan pewarna oksidasi ialah hasil warnanya permanen, indah, dan cemerlang. Kerugiannya adalah sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh proses pengeritingan yang terlalu sering. Selaput rambut dapat menjadi terlalu porus, kasar, kering, mudah patah, dan kulit rambut juga menjadi kering, rusak, menurun tingkat elastisitasnya, tampak kusam, kekuning-kuningan, dan atau kemerah-merahan.

4. Pewarna Logam - Pewarna logam melapisi batang rambut dengan kuat dan dikategorikan sebagai pewarna permanen; serta sering dipasarkan sebagai color restorer atau pengembali warna semula. Pewarna jenis ini menggunakan bahan dasar logam, seperti timah yang menghasilkan warna hitam-lembayung; perak menghasilkan hitam-kehijauan; dan tembaga menghasilkan warna hitam pekat (Kusumadewi, 2003).

Dalam zat warna senyawa logam, peranan pewarnaan rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam, jenis pembangkit warna, dan suasana lingkungan pembawanya (Ditjen POM, 1985).

Oleh karena itu zat warna senyawa logam meliputi, senyawa logam, zat pembangkit warna, asam, alkalis, dan pembawa. Senyawa logam meliputi bismut sitrat, kadmium sulfat, kobalt sulfat, nikel sulfat, perak nitrat, tembaga sulfat, dan timbal asetat (Ditjen POM, 1985).


(20)

2.3.2 Klasifikasi Pewarna Rambut

Pewarna rambut dapat digolongkan berdasarkan lama bertahannya pewarna dalam helai rambut, dikenal tiga kategori pewarnaan rambut:

1. Pewarnaan Sementara (Temporary Color)

Pewarna jenis ini adalah pewarna yang paling lembut. Penggunaannya adalah dengan cara mencuci rambut dengan air larutan bahan pewarna ini sehingga warna yang terkandung di dalamnya tertinggal pada permukaan kulit ari.

Sifat pewarna ini akan mudah hilang bila rambut dikeramas atau dihapus dengan tisu/ kapas. Pewarnaan ini digunakan ketika diperlukan saja. Setelah itu, warna tersebut dapat dihilangkan dengan cara menghapus atau mencuci dengan air.

2. Pewarna Semi Permanen (Semi Permanent Color)

Bahan pewarna ini hanya dapat dipakai sebagai pengganti rona rambut dan tidak dapat memudakan (mencerahkan) warna. Warnanya dapat meresap ke dalam kulit ari, tetapi akan hilang setelah enam sampai delapan kali pencucian rambut. Fungsi bahan ini bisa sebagai penyamar (camouflage) warna rambut yang sebenarnya atau sekadar mengikuti trend. Pewarna semi permanen tidak mengandung amoniak dan peroksida yang membuka kutikula rambut sehingga zat warna tertinggal di bagian rambut saja.

Tujuan pemberian bahan pewarna semi permanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan pada saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut


(21)

putih yang dicat hitam dengan jenis cat yang bersifat semi permanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan.

3. Pewarna Tetap (Permanent Color)

Pewarna tetap dibuat dari cat yang bermolekul kecil, yaitu parafenilendiamina. Pemakaian pewarna jenis ini, dalam pelaksanaan pengecatan rambut, memerlukan hidrogen peroksida untuk menghantarkan zat pewarna agar dapat meresap ke dalam lapisan korteks/kulit rambut sampai pada bagian yang paling dalam dari lapisan kulit rambut tersebut. Pewarna tetap terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jelly, dan cairan. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna-warna asli lain menurut selera atau zaman. Untuk rambut yang telah diwarnai dengan pewarna tetap, sebaiknya digunakan pula sampo yang berformula lembut dengan pengondisinya (Bariqina dan Ideawati, 2001).


(22)

2.3.3 Proses Sistem Pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2 golongan:

1. Pewarnaan Rambut Langsung

Sediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985).

2. Pewarnaan Rambut Tidak Langsung

Sediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985).

2.4 Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan (Anonim, 2012).

Hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah. b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit.


(23)

2.4.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut

Hidrogen peroksida sangat berguna dalam pembuatan kosmetika penataan rambut seperti yang tersebut berikut ini.

a. Sebagai bahan penambah dalam larutan pengeriting dan bahan cat rambut untuk memudahkan meresapnya bahan-bahan tersebut ke dalam korteks rambut.

b. Sebagai bahan untuk menghilangkan atau memudakan warna pigmen rambut (bleaching).

Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hidrogen peroksida digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan pengeriting dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.4.2 Efek Hidrogen Peroksida

Kelainan-kelainan pada batang rambut yang tidak sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya batang rambut yang terbelah ujungnya, kekeringan dan kekusaman akibat berjemur disinar matahari, rapuh karena tindakan pengeringan dengan alat-alat yang panas (blow-dry), pengeritingan, pelurusan, pewarnaan dan sasakan. Sementara itu kelainan-kelainan rambut yang dapat sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya rambut yang kusut sehingga waktu disisir banyak yang putus atau tercabut dengan akar rambutnya, infeksi karena jamur dan kuman serta keracunan bahan-bahan kimia atau cat rambut yang sampai ke akar rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).


(24)

Kandungan hidrogen peroksida membantu memulai proses pembentukan warna dan menciptakan warna yang tahan lama. Semakin besar volume peroksida, berarti makin besar pula jumlah sulfur yang hilang dari rambut. Hilangnya sulfur bisa menyebabkan rambut kaku dan rapuh. Itulah sebabnya, pada kosmetik pewarna rambut yang baik, kandungan hidrogen peroksidanya sekitar 30 persen atau kurang (Anonim, 2002).

2.5 Titrasi Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat (Anonim, 2008).

2.5.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Permanganometri

Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes


(25)

permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1986).

Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn2+) yang berwarna hijau (Rivai, 1995).

Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai, 1995).

Menurut Day dan Underwood (1986), Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah:

5 C2O42- +2 MnO4- + 16 H+ → 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

2.5.2 Indikator Titrasi Permanganometri

Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO4 sebagai pentiter atau disebut juga dengan sebutan titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat (Rivai, 1995). Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO4- dengan ion Mn2+ hasil titrasi:


(26)

3 Mn2+ + 2 MnO4- + 2 H2O → 5 MnO2 (s) + 4 H+

Namun karena reaksinya sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir (Harjadi, 1993).

Ada beberapa macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi redoks anatara lain:

a. Suatu zat berwarna dapat bekerja sebagai indikator sendiri, misalnya larutan kalium permanganat demikian tua warnanya hingga suatu kelebihan kecil pereaksi ini dalam sutau titrasi dengan mudah dapat langsung diketahui.

b. Sebuah indikator Spesifik adalah suatu zat yang bereaksi dengan cara yang khusus dengan salah satu pereaksi dalam suatu reaksi untuk menghasilkan suatu warna

c. Indikator luar, atau uji noda suatu waktu digunakan apabila tidak dapat diperoleh indikator dalam.

d. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi dan titik ekivalenya ditemukan dari perubahan yang besar dari potensial pada kurva titrasi.

e. Akhirnya suatu indikator yang sendirinya mengalami oksidasi-reduksi dapat digunakan (Day dan Underwood, 1986).

2.5.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Permanganometri Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk menentukan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor (Rivai, 1995). Menurut Farmakope Edisi IV (1995) Larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untuk


(27)

menetapkan kadar hidrogen peroksida dengan cara titrasi. Dimana tiap ml larutan kalium permanganat 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Pada penetapan kadar tersebut, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

↓2 MnO4- + 6 H+ + 5 H2O2 2 Mn2+ + 5 O2 + 8H2O

Karena 5 mol H2O2 setara dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul dibagi 2 atau BE = BM/2 (Rohman dan Gandjar, 2007).

Tanda panah ke arah bawah pada ion permanganat dalam persamaan reaksi di atas menunjukkan bahwa ion permanganat sebagai pentiter (Rivai, 1995).


(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri dilakukan di Laboratorium Pengujian Kosmetika dan Alat Kesehatan, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan, Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, erlenmeyer 125 ml, buret 25 ml, labu ukur 1000 ml, pipet tetes, beaker glass, gelas ukur 20 ml.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah akuades, asam sulfat 2 N, kalium permanganat 0,1 N dan ammonium oksalat.

3.4 Sampel 1. Sampel I

Nama sampel : Sasha Professional Hair Colorant

Komposisi : Aqua, Hydrogen Peroxide, Cetyl Alcohol, Ceteareth-25, Sodium stannate, Phosphoric Acid, Disodium Pyrophosphate.


(29)

Nama Pabrik : PT. Kinotari Era Kosmetindo No. Reg : POM C A18081003447 No. Bets : 213191

Waktu daluarsa : -

2. Sampel II

Nama sampel : Tancho Treatmant Hair Dye

Komposisi : Water, Hydrogen peroxide, cetyl alcohol, PEG-50, Lanolin, Sodium Laureth Sulfate, Etidronic acid, Tetrasodium pyrophosphate.

Nama Pabrik : PT. Mandom Indonesia Tbk. No. Reg : POM C A18091006313 No. Bets : 1GI11DX1

Waktu daluarsa : September 2014

3. Sampel III

Nama sampel : Marimar Hair Dye

Komposisi : Demineralized water, 8-Hydroxyquinoline, Ceteareth 7, Hydrogen Peroxide.

Nama Pabrik : PT. Mustika Satya Nusantara No. Reg : POM CL 0701701951 No. Bets : 01235


(30)

4. Sampel IV

Nama sampel : Miranda Hair Color

Komposisi : Deionized Water, Hydrogen Peroxide, Cetearyl Alcohol, Deceth-4, Disodium Phosphate, Perfume. Nama Pabrik : PT. Victoria Care Indonesia

No. Reg : 486533

No. Bets : MFP 16 KNN Waktu daluarsa : November 2014

3.5. Prosedur

3.5.1 Pembuatan Pereaksi 3.5.1.1 Asam Sulfat 2 N

Ditambahkan hati-hati dengan pengadukan 55,5 ml asam sulfat P pada lebih kurang 1000 ml air, biarkan dingin hingga suhu 25o.

3.5.1.2 Kalium Permanganat 0,1 N

Dilarutkan lebih kurang 3,3 g kalium permanganat P dalam 1000 ml air dalam labu, dan dididihkan larutan selama lebih kurang 15 menit. Tutup labu, biarkan selama tidak kurang dari 2 hari, lalu disaring.

3.6 Pembakuan Kalium Permanganat

Ditimbang seksama lebih kurang 200 mg amonium oksalat P, yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110o hingga bobot tetap, dan larutkan


(31)

dalam 250 ml air. Tambahkan 7 ml asam sulfat P panaskan hingga suhu lebih kurang 70o dan kemudian tambahkan perlahan-lahan larutan kalium permanganat dari buret sambil diaduk hingga terjadi warna merah muda pucat yang mantap selama 15 detik. Suhu larutan selama titrasi tidak kurang dari 60o.

3.7Cara Pengujian

Ditimbang saksama sejumlah ± 0,5 g contoh ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml, ditambah dengan 20 ml air dan dikocok hingga larut. Kemudian ditambah 20 ml asam sulfat 2 N, dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0,1 N hingga warna merah muda yang stabil selama 15 detik.

3.8 Penetapan Kadar

Kadar H2O2 = x 100% Keterangan :

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida V = volume titran

N = Normalitas KMnO4 yang telah dibakukan W = berat sampel

3.9 Persyaratan

Menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, sediaan perawatan rambut mengandung hidrogen peroksida ≤ 12%.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Dalam Sediaan Pewarna Rambut Nama Sampel Kadar 1 Kadar 2 Kadar

rata-rata Sasha Professional Hair Colorant 9,44% 9,43% 9,44% Tancho Treatment Hair Dye 5,89% 5,91% 5,90%

Marimar Hair Dye 6,28% 6,17% 6,23%

Miranda Hair Color 6,14% 6,13% 6,14%

4.2 Pembahasan

Dalam pengujian ini zat yang akan dititrasi adalah H2O2 yang biasanya dalam proses tekstil digunakan dalam proses bleaching. H2O2 bersifat oksidator sehingga tidak memerlukan indikator dalam proses titrasinya. Umumnya titrasi larutan KMnO4 menggunakan larutan yang tidak berwarna karena KMnO4 sendiri sudah berwarna violet. Titrasi permanganometri harus dalam suasana asam kuat sehingga harus digunakan H2SO4 sebagai pengasamnya. Hal ini dilakukan karena jika tidak berada dalam suasana asam kuat maka perubahan warna KMnO4 tidak akan terlihat. Volume H2SO4 yang digunakan sebanyak 20 ml. Dalam proses reaksi ini H2SO4 hanya berfungsi sebagai pengasam sehingga H2SO4 tidak ikut bereaksi, maka keakuratan volume H2SO4 tidak mempengaruhi hasil titrasi.

Dari hasil pengujian hidrogen peroksida dalam sediaan pewarna rambut secara titrasi permanganometri diperoleh kadar hidrogen peroksida sebesar 9,44%


(33)

pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color. Kadar hidrogen peroksida yang diperoleh dalam semua sampel memenuhi persyaratan kadar hidrogen peroksida yang diizinkan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%.

Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang mampu mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif, selain bahwa larutannya yang berwarna yang menjadikannya sekaligus sebagai indikator titik ekuivalensi (kelebihan 1 tetes larutan 0,1 N sudah dapat menghasilkan warna ungu terang dalam volum larutan yang besar). Larutan permanganat yang diterapkan biasanya berkonsentrasi sekitar 0,1 N (atau 0,05 M). Untuk larutannya yang lebih encer, pada titik akhir perubahan warna, ion permanganat kurang terang, dan disarankan untuk membubuhinya dengan indikator ortofenantrolin (HAM, 2006).


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

i. Kadar Hidrogen Peroksida yang diperoleh sebesar 9,44% pada Sasha Professional Hair Colorant; 5,90% pada Tancho Treatmant Hair Dye; 6,23% pada Marimar Hair Dye; dan 6,14% pada Miranda Hair Color.

ii. Kadar hidrogen peroksida yang diperoleh dalam semua sampel memenuhi persyaratan kadar hidrogen peroksida yang diizinkan menurut PerMenKes No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010, yaitu ≤ 12%.

5.2 Saran

i. Konsumen diharapkan dapat berhati-hati dalam menggunakan produk pewarna rambut.

ii. Konsumen diharapkan lebih teliti dalam memilih produk yang akan dibeli, terutama jika produk tersebut tidak memiliki izin edar.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Cat Rambut: Antara Keindahan dan Kesehatan. Available from:

Anonim. (2008). Permanganometri. Available from: Permanganometri. Tgl: 13 Mei 2012.

Anonim. (2012). Hydrogen Peroxide. Available from: wiki/Hydrogen_peroxide. Tgl: 13 Mei 2012.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z., (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hal. 3, 26-27.

Chakim, Thoiful. (2006). Hubungan Antara Kandungan Hidrogen Peroksida Dalam Pewarna Rambut Terhadap Kerusakan Rambut. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Universitas Diponegoro. Hal. 3-4.

Day, R.A, dan Underwood A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 290-293.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 189.

Ditjen POM. (1993). Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.12/KO/05 tentang Penetapan Kadar Hidrogen peroksida. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I .

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. hal. 1135, 1160.

HAM, Mulyono. (2006). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 151.

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 176.

Khopkar, SM. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 53.

Kusumadewi. (2003). Rambut Anda: masalah, perawatan dan penataannya. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hal. 59-60.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Persyaratan Teknis Bahan


(36)

Purba, Michael. (2006). Kimia Untuk SMA 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 57. Rivai, Harrizul. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal.

362-363.

Rohman, A., dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 155-157.

Tranggono, R. I. S. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-8, 21.

Wasitaatmadja, Syarif M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 26-29, 40, 63, 122-124.


(37)

Lampiran 1

Pembakuan KMnO4 0,1 N dengan ammonium oksalat

BU1 = 201,9 mg Vt1 = 22,5 ml BU2 = 204,5 mg Vt2 = 22,7 ml Kesetaraan = 7,1 mg

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 7,1 mg amonium oksalat

N1 =

=

=

= 0,1264 N

N2 =

=

=

= 0,1269 N

N rata-rata =


(38)

Lampiran 2

Perhitungan Penetapan Kadar Hidrogen PeroksidaDalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri

1. Sampel Sasha Professional Hair Colorant

V1 = 24,8 ml W1 = 565,8 mg

V2 = 22,3 ml W2 = 509,1 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 9,44% Kadar2 H2O2 =

=

= 9,43%

Kadar rata-rata H2O2 = = 9,44%

2. Sampel Tancho Treatment Hair Dye

V1 = 14 ml W1 = 511,9 mg


(39)

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 5,89% Kadar2 H2O2 =

=

= 5,91%

Kadar H2O2 Rata-rata = = 5,90%

3. Sampel Marimar Hair Dye

V1 = 15,5 ml W1 = 531,5 mg

V2 = 15 ml W2 = 523,2 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 6,28% Kadar2 H2O2 =

=


(40)

Kadar H2O2 Rata-rata = = 6,23%

4. Sampel Miranda Hair Color

V1 = 14,6 ml W1 = 511,9 mg

V2 = 14,3 ml W2 = 502,6 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 6,14% Kadar2 H2O2 =

=

= 6,13%

Kadar H2O2 Rata-rata = = 6,14%


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Cat Rambut: Antara Keindahan dan Kesehatan. Available from:

Anonim. (2008). Permanganometri. Available from: Permanganometri. Tgl: 13 Mei 2012.

Anonim. (2012). Hydrogen Peroxide. Available from: wiki/Hydrogen_peroxide. Tgl: 13 Mei 2012.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z., (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hal. 3, 26-27.

Chakim, Thoiful. (2006). Hubungan Antara Kandungan Hidrogen Peroksida Dalam Pewarna Rambut Terhadap Kerusakan Rambut. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Universitas Diponegoro. Hal. 3-4.

Day, R.A, dan Underwood A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 290-293.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 189.

Ditjen POM. (1993). Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.12/KO/05 tentang Penetapan Kadar Hidrogen peroksida. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I .

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. hal. 1135, 1160.

HAM, Mulyono. (2006). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 151.

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 176.

Khopkar, SM. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 53.

Kusumadewi. (2003). Rambut Anda: masalah, perawatan dan penataannya. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hal. 59-60.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Persyaratan Teknis Bahan


(2)

Purba, Michael. (2006). Kimia Untuk SMA 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 57. Rivai, Harrizul. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal.

362-363.

Rohman, A., dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 155-157.

Tranggono, R. I. S. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-8, 21.

Wasitaatmadja, Syarif M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 26-29, 40, 63, 122-124.


(3)

Lampiran 1

Pembakuan KMnO4 0,1 N dengan ammonium oksalat

BU1 = 201,9 mg Vt1 = 22,5 ml BU2 = 204,5 mg Vt2 = 22,7 ml Kesetaraan = 7,1 mg

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 7,1 mg amonium oksalat

N1 =

=

=

= 0,1264 N

N2 =

=

=

= 0,1269 N

N rata-rata

=


(4)

Lampiran 2

Perhitungan Penetapan Kadar Hidrogen PeroksidaDalam Sediaan Pewarna Rambut Secara Titrasi Permanganometri

1. Sampel Sasha Professional Hair Colorant

V1 = 24,8 ml W1 = 565,8 mg

V2 = 22,3 ml W2 = 509,1 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 9,44% Kadar2 H2O2 =

=

= 9,43%

Kadar rata-rata H2O2 = = 9,44%

2. Sampel Tancho Treatment Hair Dye

V1 = 14 ml W1 = 511,9 mg

V2 = 14,5 ml W2 = 528,6 mg


(5)

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 5,89% Kadar2 H2O2 =

=

= 5,91%

Kadar H2O2 Rata-rata = = 5,90%

3. Sampel Marimar Hair Dye

V1 = 15,5 ml W1 = 531,5 mg

V2 = 15 ml W2 = 523,2 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 6,28% Kadar2 H2O2 =

=


(6)

Kadar H2O2 Rata-rata = = 6,23%

4. Sampel Miranda Hair Color

V1 = 14,6 ml W1 = 511,9 mg

V2 = 14,3 ml W2 = 502,6 mg

Normalitas KMnO4 = 0,1266 N

1 ml KMnO4 0,1 N setara dengan 1,701 mg Hidrogen Peroksida Kadar1 H2O2 =

=

= 6,14% Kadar2 H2O2 =

=

= 6,13%

Kadar H2O2 Rata-rata = = 6,14%